Pernikahan bahagia tak selalu tanpa masalah, ada banyak hal yang terjadi di balik sebuah pernikahan yang tampak baik-baik saja. Kadang, beberapa orang tak bisa mencegah dirinya untuk selingkuh sekalipun pernikahannya bahagia.
Mengapa seseorang masih berselingkuh sekalipun pernikahannya bahagia? Terapis pernikahan Aaron Anderson menyebutkan beberapa teori yang terjadi berdasarkan pengalamannya mengatasi pasangan selingkuh yang pernikahannya sebenarnya baik-baik saja.
Ia mengungkapkan bahwa kebanyakan orang berpikir perselingkuhan hanya terjadi ketika pernikahan seseorang tidak bahagia. Padahal, ada banyak orang yang mencintai pasangan, anak, dan memiliki kehidupan bahagia namun tetap selingkuh.
Ada beberapa faktor penyebab hal itu terjadi. Diantaranya adalah:
1. Masalah kepribadian diri
Orang yang gagal di satu hal biasanya menebusnya dengan melakukan hal lainnya. Misalnya, saat ia merasa gagal berperan utuh untuk keluarga, ia akan melampiaskannya dengan bekerja sangat keras dalam pekerjaannya.
Ia tak merasa bahwa ketidakseimbangan itu akan menjadi masalah bagi pribadi dan karakternya di kemudian hari. Ia akan mengabaikan hal itu hingga akhirnya ia terjurumus dalam perselingkuhan yang tak disengaja.
2. Ketidakpercayaan diri (insecurity)
Jika seseorang punya masalah ketidakpercayaan diri karena faktor kepribadian diri maupun trauma dengan hubungan di masa lalunya, maka ia akan rentan mencari pelampiasan lain untuk membuat dirinya merasa lebih percaya diri. Biasanya, pasangan sah dalam pernikahannya tak menyadari bahwa ketidakpercayaan diri yang akut tersebut diderita oleh pasangannya.
Biasanya, orang seperti ini pandai menutupi insecurity tersebut di depan pasangannya sehingga semua tampak baik-baik saja. Padahal inilah yang menggerogoti karakter dirinya dari dalam sehingga ia mencari “ketenangan” dengan mencari pujian dari selingkuhannya.
Jika ia merasa lemah di depan pasangan sahnya, maka ia mencari pembenaran dan kesenangan yang lain dari selingkuhannya. Ia tidak merasa bahwa pasangannya melakukan kesalahan, namun justru, ia merasa gagal menjadi orang yang seimbang untuk pasangannya.
3. Genetik
Dalam sebuah seminar, dokter Ryu Hasan, seorang ahli bedah saraf mengatakan bahwa orang yang memiliki orangtua poligami/selingkuh akan menurunkan keturunan yang memiliki kecenderungan yang sama. Sebenarnya, faktor motivasi diri dan lingkungan akan dapat mengubah faktor genetik ini.
Misalnya, saat seorang suami berjanji tidak akan membuat istrinya bersedih karena poligami/perselingkuhan seperti yang dialami oleh ibunya dulu. Atau anak yang trauma dengan perselingkuhan orangtuanya sehingga berjanji tak akan melakukan hal yang sama untuk melindungi anak-anaknya kelak.
Artikel terkait: Ciri lelaki yang suka selingkuh.
4. Fantasi seksual
Kevin (bukan nama sebenarnya) pernah mengaku bahwa ia melakukan perselingkuhan sekalipun ia sangat mencintai istri maupun keluarganya. Selama ini, ia juga telah menjadi ayah yang baik dan bertanggung jawab.
Namun, dalam hal seks, ia sering segan meminta istrinya untuk mewujudkan fantasinya. Misal, ia tak tega jika harus mengikat tangan istri sambil menutup matanya saat melakukan hubungan seksual karena istrinya adalah wanita polos dan masuk kategori wanita baik-baik yang minim pengalaman seks. Ia juga terlalu malu untuk meminta istrinya memakai kostum seksi demi memuaskan fantasi seksnya.
“Kalau kita melakukan hubungan seksual dengan membayar ataupun karena ketertarikan seksual, kita akan lebih bebas mengatakan apa yang kita mau pada selingkuhan kita itu. Tapi kalau ke istri, saya sama sekali tidak tega, dia terlalu baik untuk bisa melakukan itu semua,” akunya.
5. Hubungan yang monoton
Pernikahan yang bahagia bukan berarti bebas dari kebosanan. Apalagi tidak ada yang baru dalam pernikahan tersebut. Misalnya, tidak ada variasi dalam seks maupun tidak ada aktivitas yang membuat pernikahan jadi lebih berwarna.
Kebosanan itu biasanya ditambal dengan aktivitas yang menantang adrenalin dan memicu datangnya bibit cinta baru yang lebih menggebu. Namun, bukan berarti ia ingin meninggalkan pasangan sah maupun melakukan penelantaran pada keluarganya.
Terutama, jika orang seperti ini merasa bebas melakukan apapun di luar rumah asalkan tidak ada yang mengetahuinya. Sehingga ia merasa bahwa tingkah lakunya tidak akan memengaruhi kehidupan pernikahannya.
Artikel terkait: Mengapa istri tidak meminta cerai sekalipun suami selingkuh?
6. Kehadiran mantan
Cinta lama bangkit kembali (CLBK) bisa terjadi dalam pernikahan yang bahagia. Pertemuan dengan mantan yang memiliki kenangan indah yang belum selesai bisa membuat seseorang khilaf dengan melakukan perselingkuhan.
Ia tahu berselingkuh sekalipun pernikahannya bahagia itu salah, namun ia juga tak bisa mencegah terjadinya desiran hati saat menyangkut mantannya.
Ada kenangan indah yang ingin diulang maupun ada perasaan ingin menebus kesalahannya di masa lalu. Bisa juga hal itu terjadi karena mantannya curhat bahwa kehidupannya tidak baik-baik saja sehingga timbul rasa kasihan dan sayang kepada mantannya tersebut.
7. Adanya kesempatan
Kadang, dalam keadaan tertentu, perselingkuhan bisa terjadi karena ada kesempatan. Misalnya sering bertemu dan bekerja dalam satu tim, sampai terjadinya kontak fisik karena pekerjaan. Sehingga ada nafsu yang tak tertahankan dari intensitas yang terjadi.
Artikel terkait: Trik mencegah perselingkuhan dengan teman kerja.
Biasanya, hal ini berawal dari kecocokan pikiran maupun kesamaan visi dengan rekannya. Sehingga kecocokan-kecocokan tersebut membuat seseorang otomatis sering memikirkan rekan kerjanya.
Ada dua hal yang dapat mencegah seseorang berselingkuh sekalipun pernikahannya bahagia. Diantaranya adalah:
1. Bicara
Terapis pernikahan Anderson menyarankan bahwa berbicara dari hati ke hati adalah kunci dari mencegah pasangan berselingkuh sekalipun pernikahannya bahagia. Buatlah sebuah hubungan pernikahan yang membuat Anda merasa bahwa pasangan adalah orang yang bisa diajak bicara dalam hal apapun. Sehingga Anda tak punya alasan untuk berbagi hal pribadi pada orang lain.
Kadang, memang ada beberapa topik pembicaraan tertentu yang cukup sensitif untuk dibicarakan. Misalnya soal fantasi seks, ketidaknyamanan sikap dengan pasangan, maupun hal yang dirasa akan menyakitkan pasangan.
Namun, menghadapi kekhawatiran soal adanya kemungkinan pasangan marah saat sedang mengatakan kejujuran adalah ciri ikatan pernikahan yang kuat. jadi, pilihlah ketidaknyamanan sementara tersebut untuk bicara dari hati ke hati daripada memendamnya sendiri dan bersikap seolah semuanya baik-baik saja.
Jika tidak mengatakannya, hal itu akan terus menumpuk di pikiran Anda. Akan berbahaya jika Anda menemukan sosok yang enak diajak bicara mengenai topik apa saja, bisa-bisa kesempatan selingkuh terjadi.
2. Variasi
Adanya variasi dalam pernikahan itu penting. Misalnya liburan bersama pasangan, bulan madu kedua, maupun melakukan hal lain yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Penyegaran ini akan membuat pernikahan Anda lebih menggairahkan.
Intinya adalah keterbukaan dan kejujuran. Jika Anda menghindari topik tertentu karena segan atau takut marah, maka pernikahan yang menurut Anda baik-baik saja sebenarnya dibangun dengan pondasi yang rapuh. Kepercayaan pada pasangan juga jadi salah satu kunci agar Anda tidak merasa dikhianati maupun berniat mengkhianati pasangan.
Seseorang yang berselingkuh sekalipun pernikahannya bahagia memang ada. Namun, semoga ini tidak menimpa rumah tangga Anda.
Referensi: theAsianparent Singapura, Love Panky.
Baca juga:
Curahan Hati Seorang Wanita, “Suamiku Selingkuh Ketika Aku Sedang Hamil…”