Pernahkah Anda bertanya, sebenarnya berapa frekuensi ideal seks suami istri yang harus dilakukan? Setiap hari? Tiga hari sekali? Atau, malah hanya seminggu sekali?
Tidak bisa dipungkiri, aktivitas seks suami istri memang memiliki peran penting menjaga keharmonisan rumah tangga. Terlebih lagi, jika Anda dan pasangan memang sedang merencanakan untuk program hamil untuk mendapatkan momongan.
Lantas, idealnya berapa sering frekuensi seks suami istri yang baik untuk dilakukan?
Artikel terkait: Seks setelah bertengkar lebih nikmat dengan 5 posisi ini!
Frekuensi seks suami istri yang normal
Bagi sebagian pasangan suami istri, khususnya yang baru menikah, hubungan seks suami istri dilakukan hampir setiap hari. Sementara bagi pasangan yang memasuki usia pernikahan yang terbilang matang, umumnya aktivitas seks kian meredup. Hal ini memang bisa terjadi karena beberapa faktor.
Dokter kandungan, dr. Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS, atau yang akrab disapa dr. Boyke sendiri menyatakan sebenarnya tidak ada patokan khusus berapa kali pasangan suami istri perlu melakukan hubungan seksual.
“Frekuensi ideal pasutri, tidak bisa kita katakan bahwa yang ini normal, yang ini kesedikitan, yang ini kelebihan,” ujar dr. Boyke dilansir dari Boykepedia Indonesia.
Namun, menurut beberapa survei statistik menunjukkan kalau rata-rata dalam satu minggu, pasangan bisa dua sampai tiga kali melakukan hubungan seksual. dr. Boyke menambahkan biasanya dilakukan oleh pasangan yang masih berusia di bawah 40 tahun.
Bila di atas usia 40 tahun, satu sampai dua kali itupun sudah normal. Frekuensi ini 85% dilakukan oleh orang di seluruh dunia.
Biasanya, angka inilah yang kemudian bisa menjadi patokan normalnya seseorang melakukan seks suami istri.
Artikel terkait: Ini 7 fakta seks saat hamil yang paling bikin suami penasaran
Kondisi tertentu membuat frekuensi seks suami istri berkurang
dr. Boyke sendiri menyarankan sebenarnya pasangan suami istri tidak hanya berpatokan pada jumlah fberrekuensi berhubungan seksnya, karena yang paling penting justru kualitasnya.
“Hubungan seks yang terlalu sering juga bisa membuat pasangan bosan, apalagi kalau gayanya itu-itu saja, oleh karena itu dalam frekuensi berhubungan seks kualitaslah yang harus diperbaiki, bagaimana variasi hubungan seks, posisi, ruangan yang di pakai,” tambah dr. Boyke.
Memang, untuk mengukur kualitas hubungan seksual merupakan masalah yang cukup rumit, karena apa yang dirasakan antara pihak suami atau istri bisa berbeda. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengomunikasikan dengan pasangan, termasuk masalah hubungan seksual.
Hal senada juga ditegaskan oleh Dr.Mulyadi Tedjapranata,MD. Kepada theAsianparent Indonesia, seksolog yang punya Medizone Clinic dibilangan Kemayoran ini menjelaskan bahwa sebenarnya tidak ada batasan atau ketentuan khusus mengenai frekuensi aktivitas seksual. Frekuensi hubungan seksual sangat tergantung kepada kemampuan dan kemauan setiap pasangan.
“Berapa pun frekuensi hubungan seksual yang dilakukan, asal memuaskan pasutri, itulah yang sebaiknya dilakukan. Frekuensi hubungan seksual dipengaruhi oleh dorongan seksual, keadaan kesehatan tubuh, dan pengalaman seksual,” ungkapnya.
Ia mengatakan, pada usia di atas 40 tahun, biasanya telah terjadi penurunan hormon testosteron sehingga berpeganruh pada frekuensi aktivitas seksual. Di mana ereksi pada pria bisa terjadi dalam keadaan kurang kuat, intensitas ejakulasi menurun dan volume sperma menurun, periode refrakter menjadi semakin lama dan diperlukan waktu lebih lama dan rangsangan langsung pada penis untuk ereksi. Pun dengan perempuan, di mana dorongan seksualnya juga bisa menurun.
Hal inilah yang perlu menjadi perhatian pasangan suami istri, bagaimana menyadari untuk terus menghidupkan gairah seksual sehingga aktivitas seks bisa dilakukan dengan menyenangkan. Hubungan seks yang cukup sering namun tidak memuaskan kedua belah justru bisa berisiko akan mematikan gairah. Kondisi ini tidak ingin Parents alami bukan?
Referensi: Boykepedia Indonesia
Baca juga:
Seberapa Sering Pasangan Harus Berhubungan Seksual Agar Cepat Hamil? Ini Jawabannya