Sebagai orang tua tentu kita memiliki gaya pengasuhan yang berbeda-beda. Tak sedikit yang rela melakukan apa saja demi membuat anak merasa bahagia. Mulai memberikan mainan, mengajak jalan-jalan, atau membiarkan anak terpapar screen time sebelum 2 tahun.
Tapi buat saya pribadi, hal yang membahagiakan bagi si Kecil adalah ketika kita memperhatikannya 100% tanpa kita melakukan ini dan itu. Fokus.
Tahu dari mana? Coba bayangkan, ketika bayi kita direct breastfeeding (menyusu langsung). Saat dua mata bertaut saling menatap bagiku adalah moment yang paling sakral. Di mana matanya tak bosan menatap kita dengan tulus dan ketika dia sudah puas, maka dia akan melepaskan hisapannya sambil tersenyum bahagia.
Lalu seiring berjalannya waktu, si Kecil yang dulu tak bisa terlepas dari ASI ini pun semakin aktif ingin tahu ini dan itu tapi tetap tak mau jauh-jauh dari kita.
Menurut para ahli, 1000 hari pertama kehidupan si Kecil adalah waktu yang paling krusial. Saya yakin, Parent pasti sudah tidak asing lagi ya dengan istilah Golden Ages atau periode emas anak. Periode yang dimulai sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun, dimana otak anak bertumbuh dengan pesat.
Sebagai orang tua kita tidak ingin melewatkan begitu saja kan?
Sebagai fulltime Mom yang tinggal di perantauan, membuat keseharian saya fokus membersamai anak sepanjang waktu. Ketika anak mulai merangkak, benda yang berhasil dia temukan akan dimasukan ke dalam mulutnya.
Ketika mulai berjalan, segala isi rumah akan dibongkar dengan tangan kecilnya. Mencoba melempar ini dan itu, rupanya dia sedang belajar gaya grafitasi bumi. Penasaran bagaimana barang itu bisa jatuh ke lantai saat ia lempar, dia pun asyik mengulang dan mengulang lagi.
Bagi orang tua yang paham bahwa itu memanglah tahap perkembangan anak, pasti akan senang dan terus memfasilitasinya. Dengan memberikan bola kecil yang sesuai dengan ukuran tangan mungilnya. Lalu mulai melatihnya untuk bermain lempar tangkap bola.
Meski belum paham dan bisa melakukannya, tapi si Kecil sangat merasa senang dan tertawa lepas melihat loncatan bola yang dia lemparkan. Hal yang sederhana tapi mengasyikan bagi kami berdua, apalagi melihat senyum dan tawa bahagianya.
Imbauan Para Ahli Tidak Ada Screen Time Sebelum 2 Tahun
Selain mendampingi dan menstimulasi si Kecil sesuai dengan tahap perkembangannya. Saya pun sangat berhati-hati tidak ingin anak sering terpapar layar gadget atau pun televisi. Begitu banyak himbauan dari para dokter dan psikologi anak yang mengingatkan bahaya screen time sebelum 2 tahun.
Mencoba menerapkan tidak ada screen time sebelum 2 tahun memang bukanlah hal yang mudah, terlebih di era yang serba digital saat ini. Meski tidak sepenuhnya no screen time, tapi saya dan suami berusaha komit untuk tidak memberikan waktu khusus untuk anak menonton layar gadget maupun TV di setiap harinya.
Ya, meskipun dalam perjalanan tiap harinya sering dibikin gemas oleh suami yang suka kecolongan memberi tontonan dari gadgetnya. Selama tidak terlalu lama dan sambil diajak interaksi saat menonton, si Kecil tidak dibiarkan asyik fokus sendiri, sih, saya masih OK dan ijinkan.
Jujur, saya memang tidak punya basic pendidikan di bidang ini, hanya saja saya aktif mengikuti berbagai seminar online dan beberapa kali menjadi moderator kulwap tentang perkembangan anak. Selain itu saya sering membagikan ke social media saya tentang perkembangan si Kecil.
Sehingga tidak jarang mendapat curhatan via DM atau chat pribadi yang menanyakan soal perkembangan bicara anaknya. Rata-rata permasalahannya karena saat ditinggal kerja, anak di rumah bersama nenek atau pengasuhnya, kurang adanya interaksi langsung dan screentime yang tidak terkontrol.
Tidak Ada Screen Time Sebelum 2 Tahun
Nah, saya sendiri pun merasakan dalam kurun waktu 1 tahun lebih usia si Kecil, sudah terasa sekali efek dari pembiasaan NO SCREEN TIME ini. Mau tahu?
– Anak tidak betah screen time lama-lama
Plusnya tinggal di perantauan adalah kita bisa memegang penuh kendali mendisiplinkan anak. Tapi tantangannya adalah ketika mudik atau di rumah saudara. Di mana TV menyala hampir sepanjang hari dan beberapa saudara berusaha menarik perhatian si Kecil dengan memperlihatkan gadget.
Ternyata karena sudah pembiasaan di rumah, si Kecil pun tidak terlalu fokus dan justru cepat bosan saat menonton. Akhirnya kembali sibuk mencari mainan yang bisa dioprek sama dia.
– Perkembangan bicara anak yang pesat
Alhamdulillah, entah ada hubungan secara langsung atau pure rejeki dari Yang Maha Kuasa, si Kecil sangat lancar berbicara. Baru memasuki 1 tahun, si Kecil sudah bisa melanjutkan akhiran lagu yang saya nyanyikan. Saya pun tidak melewati masa anak bubling yang membuat orang lain kesulitan memahami apa yang dia ucapkan.
– Anak mudah hafal apa yang diajarkan
Sebelum 2 tahun usia si Kecil, dia sudah hafal dan bisa menyebutkan nama-nama huruf A-Z tanpa bantuan. Beberapa surat pendek pun sudah berhasil dihafalkan meski beberapa bagian belum tepat pengucapannya.
– No screen time sebelum 2 tahun, melatih anak jadi cinta buku
Karena tidak terbiasa melihat visual bergerak dalam layar dalam waktu yang lama, melihat gambar-gambar dalam buku menjadi hal yang menarik bagi anak. Tentunya kita sebagai orang tua yang lebih dahulu mengenalkan asyiknya membaca buku.
Dengan teknik Read aloud atau membaca nyaring, anak akan semakin tertarik dan suka dengan media yang mungkin sudah terbilang jadul ini. Meski jadul, justru pengaruh buku ini sangat luar biasa dan sulit tergantikan bagi perkembangan anak lho Moms.
– Anak lebih kreatif dan mengetahui kegiatan sehari-hari di rumah
Karena jarang duduk terpaku menonton layar dalam waktu yang tidak singkat, anak pun lebih aktif dan kreatif memainkan apa yang ada di sekelilingnya. Selain itu, melatih kemandirian dan kepekaan si Kecil untuk melihat keadaan sekitarnya.
Saat kita mengerjakan urusan domestik dan anak dibiarkan ikut terlibat maka anak akan merasa lebih dipercaya dan diakui keberadaanya. Penting lho buat kita mengajarkan life skills sejak dini, tanpa memandang anak cowok atau cewek.
Saat usia 2 tahun ‘perjanjian’ no screen time dengan suami pun berakhir. Saya sih berharap berlanjut saja, tapi lagi-lagi suami yang terlalu “sayang” ke anak ingin asyik nonton TV bersama. Maklum nonton TV adalah hobi suami sedari kecil. Sempat terlena, hampir setiap hari si Kecil diajak menonton TV atau youtube oleh Ayahnya dan saya biarkan. Hingga akhirnya tersadar ada beberapa hal yang kurang pas.
– Tidak mudah cranky
Seringkali saya perhatikan, jika pagi hari si Kecil sudah terpapar screen time maka seharian akan badmood dan mudah uring-uringan. Hanya karena hal sepele yang tidak sesuai dengan keinginannya, maka akan menangis berlebihan.
– Anak mudah bosan dan tidak semangat membaca buku
Efek lainnya adalah anak jadi mudah sekali bosan dengan apa yang dimainkannya. Memang wajar di usianya saat itu mudah merasa bosan dan belum bisa focus dalam waktu yang lama. Tapi sangat kentara perbedaannya antara sebelum dan sesudah rutin screentime. Selain itu, si Kecil pun tidak menagih-nagih untuk dibacakan buku lagi. Padahal sebelumnya, setiap ada kesempatan selalu menyodorkan buku meminta untuk dibacakan.
– Beberapa hafalan pun jadi terlupa saat ditanya
Biasanya saya mengulang apa-apa yang sudah diketahui si Kecil, seperti beberapa kata English yang sudah dihafal sebelumnya. Nah setelah rutin screen time dalam kurun waktu yang belum terlalu lama ini, banyak hal yang sudah terlupakan oleh si Kecil. Saat ditanya benar-benar lupa sepenuhnya, bukan yang salah ingat lagi. Menyesal? Tentu saja. Tapi bersyukur karena belum terlalu jauh..
Akhirnya, setelah diskusi dengan suami kami pun kembali untuk komit no screen time again. Dengan sedikit kelonggoran, hanya di saat weekend sebagai hiburan di kala PPKM. Itupun dibatasi maksimal 1 jam saja per hari. Saat masa peralihan, si Kecil sempat merasa marah saat time out. Sedikit demi sedikit mencoba mengalihkan dengan menyiapkan DIY (do it yourself) permainan menarik yang kiranya anak sangat sukai.
Memasuki 3,5 tahun usianya kami pun akhirnya memberikan screentime lagi, masih dengan batas waktu yang sama,yaitu 1 jam per hari. Awalnya karena ide suami yang ingin melatih si Kecil mau bangun pagi sebagai bentuk persiapan sekolah tahun depan.
Dan lagi-lagi saya dibuat takjub, meski deretan jadwal kartun di televisi yang tiada akhirnya itu. Saat sudah selesai waktu yang telah dijanjikan di awal, dengan senang dan rela hati si Kecil mematikan sendiri televisinya tanpa perlu diingatkan atau diminta terlebih dahulu.
Aktivitas yang Bisa Dilakukan Terapkan Anak Tidak Screen Time Tebelum 2 Tahun.
Lalu pertanyaan yang sering muncul, di rumah si Kecil ngapain aja kalau tidak ada hiburan dari TV atau gadget?
Sehari-hari saya siapkan permainan berkonsep untuk mengajarkan berbagai hal ke anak di usianya yang masih dini. Saya senang menyiapkan tema bermain per bulan tentang hal-hal apa yang akan diajarkan ke anak. Jadi si Kecil tidak merasa sedang belajar, karena apa-apa yang diajarkan ke anak dikemas dalam permainan yang menyenangkan.
Berbagai macam ide main yang bisa menstimulasi sensor motornya pun saya coba. Hanya bermodalkan barangatau benda yang ada di rumah lalu ‘disulap’ sedemikian rupa menjadi permainan yang bisa melatih sensory anak. Mulai dari hal remeh temeh, seperti bermain tepung, es batu, beras, kacang hijau, hingga membuat DIY play dough pun saya lakoni agar lebih aman dimainkan si Kecil.
Meski lebih ribet dan rumah menjadi berantakan dengan permainan semacam itu, tapi setimpal kok dengan kemajuan tumbuh kembang si Kecil. Selain itu, asyiknya bermain bersama anak juga bisa memperkuat bonding lho. Sehingga lebih mudah untuk kita mengetahui karakter belajarnya dan juga melatih fokusnya agar lebih lama.
Dengan permainan-permainan tersebut, bisa menguatkan motorik halus si Kecil untuk persiapan menulis. Selain itu, bisa merangsang dan melatih kognitifnya juga. Diluar itu, waktu si Kecil digunakan untuk free play seperti main lego, susun balok, main bola atau latihan fisik lainnya. Tentunya sambil tetap kita dampingi yaa. Last but not least, yang tidak boleh ketinggalan adalah membacakan buku secara rutin setiap harinya seperti yang sudah saya bahas di awal tadi yaa..
Kurang lebih seperti itulah perjalanan kami yang yang memenutuskan tidak ada screen time sebelum 2 tahun. Semoga bisa memberi semangat dan memotivasi Parents yang lain untuk aktif membersamai anak dengan kegiatan yang lebih bermakna demi tumbuh kembang si Kecil yang makin optimal.
Ditulis oleh Ivayana C Wichayanti, VIPP Member theAsianparent ID