Setiap tanggal 12 November, kita memperingati Hari Ayah Nasional. Peringatan Hari Ayah dilakukan untuk menghormati peran Ayah dalam kehidupan keluarga. Bagi banyak keluarga, Ayah merupakan sosok pahlawan yang akan selalu ada dalam keadaan apa pun. Untuk mengapresiasinya, Bunda bisa, lo, memberikan kumpulan puisi untuk Ayah.
Puisi merupakan karya sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, dan rima. Karya puisi bisa menjadi media yang cocok untuk mengungkapkan perasaan dan rasa terima kasih pada Ayah.
Bagaimana pun keberadaan Ayah merupakan suatu hal yang penting dalam setiap keluarga. Ayah bisa menjadi pelindung dan penjamin kebahagiaan keluarga sehingga tak ada salahnya untuk memberikannya penghargaan dalam bentuk puisi.
Bila Bunda ingin memberikan puisi baik kepada Ayah atau suami yang kini telah menjadi Ayah, Bunda bisa menulisnya sendiri. Namun, tak perlu khawatir bila Bunda tidak bisa membuatnya, Bunda bisa memberikan puisi mengharukan yang bercerita tentang Ayah. Puisi-puisi ini dijamin akan membuat Ayah merasa bahagia dan tersanjung. Selain itu juga bisa menjadi pelampiasan rasa rindu pada sosok Ayah yang sudah meninggal dunia.
Kumpulan Puisi untuk Ayah yang Mengharukan
Puisi merupakan sebuah media yang sering digunakan untuk menyampaikan isi perasaan. Bila selama ini Bunda kesulitan untuk mengungkapkan perasaan, Bunda bisa menggunakan kumpulan puisi untuk Ayah ini untuk membagikannya.
1. “Untukmu Seorang Bapak” karya Ibnu Abhi, Puisi sebagai Ucapan Terima Kasih
Meski suaramu
Tak semerdu nyanyian lembut seorang ibu
Kau membingkaiku dengan nada nada ketulusan
Yang mengantarkan hatiku
Menuju lembah tinggi
Bernama kedamaian
Meski sentuhanmu tak selembut belaian suci seorang ibu
Namun dengan dekapanmu
Ku terhangatkan dengan kasihmu
Ku terlenakan
Dengan cintamu
Tangisku berderai
Kala ku ingat ucapan indahmu menimangku
Kala ku sentuh tubuh letihmu menjagaku
Seperti karang menjaga debu pasir
Kau jaga aku
Kau lindungiku
Dari kotoran raga dan jiwa yang kan basahiku
Kau rela di terpa deburan buih
Yang berlalu
Demi aku
Demi anakmu
Seakan tak pernah lelah
Kau hapuskan tetes air mataku
Seakan tak pernah bosan
Kau redamkan aku dari tangisan
Ku urai hati ini
Untukmu
Untuk segalanya yang tlah kau labuhkan pada dermaga hidupku
Hanya sebentuk puisi
Dari ketulusan hati
Untukmu bapakku
Terima kasih.
Artikel terkait: Puisi Inspiratif di Hari Ibu
2. Mengenang Ayah karya Sutan Iwan Soekri Munaf, Puisi tentang Kerinduan pada Ayah yang Sudah Meninggal
Terpisah
Kembali jarak memadu resah
Sementara rindu berpacu
Aku pun ragu
Setelah waktu berjalan sudah
Aku lelah mencari kata tanpa bertemu
Beku dalam windu demi windu suaramu
Membakar setiap jengkal dada tiada kalimat yang dapat merapat
Hati terjerat
Ayahanda. Aku ingin sekali mendekat
Kembali jarak dikuak
Barangkali angin sampirkan pesan
tentang ragu yang terbentang
Barangkali jalan semakin lapang
Semakin lelah
Semakin lelah
Semua menjadi bimbang
dan darah beku menggumpal-gumpal
Semua tinggal impian
Ayahanda. Aku di sini
masih mengurai seribu cerita
dan membaca sejuta makna
dalam katamu saat menyisi…
3. “Kepada Bapak” karya Gunoto Saparie, Puisi tentang Nasihat Ayah yang Sudah Meninggal
Ada peci putihmu tergantung di kapstok
Bertahun-tahun di sana sejak kau pergi
Namun jarum-jarum jam dinding berhenti
Dan kalender di tembok pun mendadak rontok
Ada potretmu mengabur di dekat pintu
Ada senyum tipis membayang harapan
Betapa berat rindu, bapak, tersendat di kalbu
Angin tanah kelahiran melagukan alam pedesaan
Selalu kuingat kata-katamu tentang kehidupan
Tentang negara, agama, dan pengabdian
Kata-kata yang patah-patah, tertahan-tahan
Kami tak tahu, ternyata untuk yang penghabisan:
Ada sandalmu teronggok di ujung ranjang
Ada buku-bukumu, kitab-kitab menguning
Berjajar di rak, terserak di meja dan lantai
Ada yang tertinggal di hati, Allah, kasihmu abadi
Artikel terkait: 7 Momen Terindah dan Mengesankan Saat Menjadi Ayah
4. “Titip Rindu untuk Ayah” karya Riska Cania Dewi, Puisi tentang Kesedihan Anak Akan Ayah yang Telah Tiada
Hening malam
Serpihan-serpihan harapan datang
Merindu kau kembali bersama
Setitik harapan ingin kau kembali datang
Berkumpul bersama kami semua
Air mata menyesakkan dada
Harapan tersapu badai kekecewaan
Apa daya mengharapkan mu datang
Kau tak akan kembali sebab kau telah bersama Tuhan
Ku panggil merpati menyampaikan salam rindu dari anakmu untuk ayah tercinta
5. “Puisi di Suatu Dahulu” karya Norman Adi Satria, Pusi tentang Pelajaran Hidup yang Pernah Diajarkan Ayah
Rumah masa kecilku
yang ada di suatu dahulu
hanya berdinding anyaman bambu
Agar tampak kuat,
Ayah menempelkan kertas bekas
dengan lem dari tepung kanji
dan meleburnya dengan kapur.
Bila hujan datang semuanya luntur.
“Ayah, luntur.”
“Tak apa, Nak. Lekas tidur.”
Ayah sepanjang malam mengumpulkan lap gombal
untuk menambal
Jangan sampai air hujan merembes ke kasur
Agar aku tetap lelap tertidur
Suatu hari aku minta dibelikan air mancur
Agar mandiku tak usah mengguyur
“Ayah, di kamar mandi orang kaya ada air mancur
mereka tak usah gebyur-gebyur.
Tinggal putar kran langsung cur.”
Ayah hanya menghela napas
Mungkin pintaku tak terukur
Ia hanya seorang tukang cukur
Namun sorenya aku melihat air mancur di kamar mandiku
Ayah membuatnya dari botol bekas
yang ia lubangi kecil-kecil di bawahnya
Airnya dari ember yang terus ia isi air dari timba
dari sumur tetangga dan mengalir melalui selang
Aku mandi dengan senang
berasa seperti orang kaya
“Nak, untuk mandi seperti ini
kita tak perlu jadi orang kaya,
jadilah orang yang mampu melakukan apapun
dalam keterbatasan yang ada.”
katanya sembari terus menimba
di suatu dahulu kala.
6. “Saat Ayah Tidur” karya Rayhandi, Puisi tentang Kerja Keras Seorang Ayah
Saat ayah tidur
Kutemukan seberkah kedamaian di sana
Tepatnya di wajahmu yang senja itu
Kulihat di sana begitu banyak sajak balada.
Saat ayah tidur
Kutemukan wajah kebebasan
Laksana rindu terbebas dari kesepian menghujam
Di sanalah kutemukan ia.
Saat ayah tidur
Saat itulah kau menjadi asli tanpa topeng tanpa drama
Kau menjadi dirimu yang rapuh dan sakit
Kau menjadi manusia wajar bukan robot.
Saat ayah tidur
Ingin rasanya kumenangis
Mengingat sebait takdir kita yang sekarat
Mati tidak mau menyerah tidak bisa.
Saat ayah tidur
Ayah kudongakkan wajahku ke atas biru
Kumohon padaNya dengan khidmat
Semoga aku selalu bersamamu
Melihat tidurmu Ayah
Artikel terkait: 7 Puisi Romantis Ini Bisa Bikin Hubungan Pernikahan Lebih Intim
7. “Lelaki di Sudut Lorong” karya Rayhandi, Puisi tentang Ayah yang Bekerja Keras Selama Hidup
Lelaki di Sudut Lorong
Lelaki di sudut lorong
Dia adalah lelaki kuat bak baja dan sabar bak laut
Tiada mengeluh ketika susah
Tiada pula berteriak ketika senang.
Lelaki di sudut lorong
Dia adalah lelaki miskin
Miskin harta tapi kaya hati
Miskin ilmu tapi kata iman
Lelaki di sudut lorong
Dia adalah lelaki mati rasa
Tiada bisa tersenyum tiada bisa menangis
Kehidupan telah mempermainkannya
Lelaki di sudut lorong
Dia adalah lelaki berhati maaf
Ratusan orang pernah memakinya, memaki harga dirinya
Maaf masih ia suguhkan untuk membalas mereka
Lelaki di sudut lorong
Dia adalah lelaki yang hidup dengan airmata
Hidup di jalan
Bertemankan hina dan berkasihkan sengsara.
Lelaki di sudut lorong
Kerasnya takdir telah mengubahnya
Hatinya telah tiada tanpa bentuk
Raib ditelan rasa sakit
Lelaki di sudut lorong
Makanannya adalah kekecewaan
Minumannya adalah airmata
Dan pujiannya adalah hinaan
Lelaki di sudut lorong
Tidur di emperan toko
Kerjaannya adalah mengharap,
tidak!
Mengemis
Mengemis sedikit nurani dari mahkluk yang mengaku manusia.
Lelaki di sudut lorong
Dia adalah ayahku
Masa mudanya telah menjadikannya batu
Kerasnya hidup membuat ia tegar.
8. “Bait Sajak untuk Ayah” karya Novi Aqilla, Puisi tentang Rasa Terima Kasih Anak Atas Kasih Sayang Ayah
Ayah…
Tulusnya nasehatmu tlah membingkai hatiku
Menuju lembah tinggi kedamaian
Dekapanmu telah meredam amarahku
Tak kuasa tangisku berderai
Kala ku ingat kata bijakmu
Kau jaga aku
Dari kotoran raga dan jiwa yang kan nodai aku
Kau rela diterpa deburan buih yang berlalu
Demi aku
Demi anakmu
Seakan tak pernah lelah kau
hapuskan tetes air mataku
Seakan tak pernah bosan
kau redamkan aku dari tangisan
Ku urai hati ini
Untukmu
Untuk segalanya yang tlah kau labuhkan
Pada Dermaga hidupku
Hanya sebentuk puisi dari ketulusan hati
Untukmu, ayah. Terima kasih.
9. “Kerinduan” karya Niki Ayu Anggini, Puisi tentang Seorang Anak yang Merindukan Ayahnya
Ayah di mana engkau berada
Di sini aku merindukan mu
Mengiginkan untuk bertemu
Merindukan akan belaian mu
Kasih sayang mu selalu ku rindukan
Engkau selalu hadir dalam mimpi ku
Mimpi yang begitu nyata bagiku
Mengiginkan engkau untuk kembali
Aku selalu mengharapkan engkau hadir
Menemani aku setiap hari
Menemani masa pertumbuhan ku
Untuk tumbuh menjadi besar
Tanpa engkau di sisiku
Tanpa engkau yang menemani hari-hari ku
10. “Perginya Dirimu” karya Muzdalifah Agustina
Tak ada kata yang pantas terucapkan
Hanya derai bening yang selalu bercucuran
Membayangkan segala kenangan
Teringat akan semua kebersamaan
Walau ucapmu terkadang pahit
Sentakmu buatku sakit
Namun kan ku coba tuk bangkit
Tak peduli itu mudah ataupun sulit
Keluh kesah selalu kau sembunyikan
Kau simpan dalam sebuah senyuman
Apapun yang kau rahasiakan
Aku selalu bisa merasakan
Itu dahulu,
saat kau masih bersamaku
Banyak hal yang buatku malu
Malu karna telah menyia-nyiakanmu
Kini hanya sesal yang tersisa di jiwa
Ingin sekali aku mengulang semua
Jika Tuhan mengizinkannya
Aku takan lagi buatmu kecewa
Andai Tuhan beritahu aku
Bahwa Ia akan mengambil ayah lebih dulu
Mungkin aku takan lakukan itu
Kan ku buat dia bahagia karena aku
***
Nah, itulah 10 kumpulan puisi untuk Ayah yang sangat mengharukan. Puisi memang cocok sekali ya, Bun, untuk mengungkapkan perasaan.
Baca juga:
Bisa Bikin Hubungan Keluarga Semakin Harmonis, Ucapkan 9 Kata Pujian untuk Ayah
7 Pujian Kepada Suami yang Sebaiknya Sering dilontarkan Istri