Untuk Ayah, Ini 10 Inspirasi Kumpulan yang Mengharukan

Puisi bisa jadi cara untuk mengungkapkan perasaan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Setiap tanggal 12 November, kita memperingati Hari Ayah Nasional. Peringatan Hari Ayah dilakukan untuk menghormati peran Ayah dalam kehidupan keluarga. Bagi banyak keluarga, Ayah merupakan sosok pahlawan yang akan selalu ada dalam keadaan apa pun. Untuk mengapresiasinya, Bunda bisa, lo, memberikan kumpulan puisi untuk Ayah.

Puisi merupakan karya sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, dan rima. Karya puisi bisa menjadi media yang cocok untuk mengungkapkan perasaan dan rasa terima kasih pada Ayah. 

Bagaimana pun keberadaan Ayah merupakan suatu hal yang penting dalam setiap keluarga. Ayah bisa menjadi pelindung dan penjamin kebahagiaan keluarga sehingga tak ada salahnya untuk memberikannya penghargaan dalam bentuk puisi.

Bila Bunda ingin memberikan puisi baik kepada Ayah atau suami yang kini telah menjadi Ayah, Bunda bisa menulisnya sendiri. Namun, tak perlu khawatir bila Bunda tidak bisa membuatnya, Bunda bisa memberikan puisi mengharukan yang bercerita tentang Ayah. Puisi-puisi ini dijamin akan membuat Ayah merasa bahagia dan tersanjung. Selain itu juga bisa menjadi pelampiasan rasa rindu pada sosok Ayah yang sudah meninggal dunia.

Kumpulan Puisi untuk Ayah yang Mengharukan

Puisi merupakan sebuah media yang sering digunakan untuk menyampaikan isi perasaan. Bila selama ini Bunda kesulitan untuk mengungkapkan perasaan, Bunda bisa menggunakan kumpulan puisi untuk Ayah ini untuk membagikannya.

1. “Untukmu Seorang Bapak” karya Ibnu Abhi, Puisi sebagai Ucapan Terima Kasih

Sumber: Pexels

Meski suaramu

Tak semerdu nyanyian lembut seorang ibu

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kau membingkaiku dengan nada nada ketulusan

Yang mengantarkan hatiku

Menuju lembah tinggi

Bernama kedamaian

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

 

Meski sentuhanmu tak selembut belaian suci seorang ibu

Namun dengan dekapanmu

Ku terhangatkan dengan kasihmu

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ku terlenakan

Dengan cintamu

 

Tangisku berderai

Kala ku ingat ucapan indahmu menimangku

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kala ku sentuh tubuh letihmu menjagaku

Seperti karang menjaga debu pasir

 

Kau jaga aku

Kau lindungiku

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dari kotoran raga dan jiwa yang kan basahiku

Kau rela di terpa deburan buih

Yang berlalu

Demi aku

Demi anakmu

 

Seakan tak pernah lelah

Kau hapuskan tetes air mataku

Seakan tak pernah bosan

Kau redamkan aku dari tangisan

Ku urai hati ini

 

Untukmu

Untuk segalanya yang tlah kau labuhkan pada dermaga hidupku

Hanya sebentuk puisi

Dari ketulusan hati

Untukmu bapakku

Terima kasih.

Artikel terkait: Puisi Inspiratif di Hari Ibu

2. Mengenang Ayah karya Sutan Iwan Soekri Munaf, Puisi tentang Kerinduan pada Ayah yang Sudah Meninggal

Terpisah

Kembali jarak memadu resah

Sementara rindu berpacu

Aku pun ragu

 

Setelah waktu berjalan sudah

Aku lelah mencari kata tanpa bertemu

Beku dalam windu demi windu suaramu

Membakar setiap jengkal dada tiada kalimat yang dapat merapat

Hati terjerat

 

Ayahanda. Aku ingin sekali mendekat

Kembali jarak dikuak

Barangkali angin sampirkan pesan

tentang ragu yang terbentang

Barangkali jalan semakin lapang

Semakin lelah

Semakin lelah

 

Semua menjadi bimbang

dan darah beku menggumpal-gumpal

Semua tinggal impian

Ayahanda. Aku di sini

masih mengurai seribu cerita

dan membaca sejuta makna

dalam katamu saat menyisi…

3. “Kepada Bapak” karya Gunoto Saparie, Puisi tentang Nasihat Ayah yang Sudah Meninggal

Sumber: Pexels

Ada peci putihmu tergantung di kapstok

Bertahun-tahun di sana sejak kau pergi

Namun jarum-jarum jam dinding berhenti

Dan kalender di tembok pun mendadak rontok

 

Ada potretmu mengabur di dekat pintu

Ada senyum tipis membayang harapan

Betapa berat rindu, bapak, tersendat di kalbu

Angin tanah kelahiran melagukan alam pedesaan

 

Selalu kuingat kata-katamu tentang kehidupan

Tentang negara, agama, dan pengabdian

Kata-kata yang patah-patah, tertahan-tahan

Kami tak tahu, ternyata untuk yang penghabisan:

 

Ada sandalmu teronggok di ujung ranjang

Ada buku-bukumu, kitab-kitab menguning

Berjajar di rak, terserak di meja dan lantai

Ada yang tertinggal di hati, Allah, kasihmu abadi

Artikel terkait: 7 Momen Terindah dan Mengesankan Saat Menjadi Ayah

4. “Titip Rindu untuk Ayah” karya Riska Cania Dewi, Puisi tentang Kesedihan Anak Akan Ayah yang Telah Tiada

Hening malam

Serpihan-serpihan harapan datang

Merindu kau kembali bersama

Setitik harapan ingin kau kembali datang

Berkumpul bersama kami semua

 

Air mata menyesakkan dada

Harapan tersapu badai kekecewaan

Apa daya mengharapkan mu datang

Kau tak akan kembali sebab kau telah bersama Tuhan

 Ku panggil merpati menyampaikan salam rindu dari anakmu untuk ayah tercinta

5. “Puisi di Suatu Dahulu” karya Norman Adi Satria, Pusi tentang Pelajaran Hidup yang Pernah Diajarkan Ayah

Sumber: Pexels

Rumah masa kecilku

yang ada di suatu dahulu

hanya berdinding anyaman bambu

 

Agar tampak kuat,

Ayah menempelkan kertas bekas

dengan lem dari tepung kanji

dan meleburnya dengan kapur.

Bila hujan datang semuanya luntur.

 

“Ayah, luntur.”

“Tak apa, Nak. Lekas tidur.”

Ayah sepanjang malam mengumpulkan lap gombal

untuk menambal

Jangan sampai air hujan merembes ke kasur

Agar aku tetap lelap tertidur

 

Suatu hari aku minta dibelikan air mancur

Agar mandiku tak usah mengguyur

“Ayah, di kamar mandi orang kaya ada air mancur

mereka tak usah gebyur-gebyur.

Tinggal putar kran langsung cur.”

Ayah hanya menghela napas

Mungkin pintaku tak terukur

Ia hanya seorang tukang cukur

 

Namun sorenya aku melihat air mancur di kamar mandiku

Ayah membuatnya dari botol bekas

yang ia lubangi kecil-kecil di bawahnya

Airnya dari ember yang terus ia isi air dari timba

dari sumur tetangga dan mengalir melalui selang

Aku mandi dengan senang

berasa seperti orang kaya

 

“Nak, untuk mandi seperti ini

kita tak perlu jadi orang kaya,

jadilah orang yang mampu melakukan apapun

dalam keterbatasan yang ada.”

katanya sembari terus menimba

di suatu dahulu kala.

6. “Saat Ayah Tidur” karya Rayhandi, Puisi tentang Kerja Keras Seorang Ayah

 Saat ayah tidur

Kutemukan seberkah kedamaian di sana

Tepatnya di wajahmu yang senja itu

Kulihat di sana begitu banyak sajak balada.

 

Saat ayah tidur

Kutemukan wajah kebebasan

Laksana rindu terbebas dari kesepian menghujam

Di sanalah kutemukan ia.

 

Saat ayah tidur

Saat itulah kau menjadi asli tanpa topeng tanpa drama

Kau menjadi dirimu yang rapuh dan sakit

Kau menjadi manusia wajar bukan robot.

 

Saat ayah tidur

Ingin rasanya kumenangis

Mengingat sebait takdir kita yang sekarat

Mati tidak mau menyerah tidak bisa.

 

Saat ayah tidur

Ayah kudongakkan wajahku ke atas biru

Kumohon padaNya dengan khidmat

Semoga aku selalu bersamamu

Melihat tidurmu Ayah

Artikel terkait: 7 Puisi Romantis Ini Bisa Bikin Hubungan Pernikahan Lebih Intim

7. “Lelaki di Sudut Lorong” karya Rayhandi, Puisi tentang Ayah yang Bekerja Keras Selama Hidup

Sumber: Pexels

Lelaki di Sudut Lorong

Lelaki di sudut lorong

Dia adalah lelaki kuat bak baja dan sabar bak laut

Tiada mengeluh ketika susah

Tiada pula berteriak ketika senang.

 

Lelaki di sudut lorong

Dia adalah lelaki miskin

Miskin harta tapi kaya hati

Miskin ilmu tapi kata iman

 

Lelaki di sudut lorong

Dia adalah lelaki mati rasa

Tiada bisa tersenyum tiada bisa menangis

Kehidupan telah mempermainkannya

 

Lelaki di sudut lorong

Dia adalah lelaki berhati maaf

Ratusan orang pernah memakinya, memaki harga dirinya

Maaf masih ia suguhkan untuk membalas mereka

 

Lelaki di sudut lorong

Dia adalah lelaki yang hidup dengan airmata

Hidup di jalan

Bertemankan hina dan berkasihkan sengsara.

 

Lelaki di sudut lorong

Kerasnya takdir telah mengubahnya

Hatinya telah tiada tanpa bentuk

Raib ditelan rasa sakit

 

Lelaki di sudut lorong

Makanannya adalah kekecewaan

Minumannya adalah airmata

Dan pujiannya adalah hinaan

 

Lelaki di sudut lorong

Tidur di emperan toko

Kerjaannya adalah mengharap, 

tidak! 

Mengemis

Mengemis sedikit nurani dari mahkluk yang mengaku manusia.

 

Lelaki di sudut lorong

Dia adalah ayahku

Masa mudanya telah menjadikannya batu

Kerasnya hidup membuat ia tegar.

8. “Bait Sajak untuk Ayah” karya Novi Aqilla, Puisi tentang Rasa Terima Kasih Anak Atas Kasih Sayang Ayah

Ayah…

Tulusnya nasehatmu tlah membingkai hatiku

Menuju lembah tinggi kedamaian

Dekapanmu telah meredam amarahku

Tak kuasa tangisku berderai

Kala ku ingat kata bijakmu

Kau jaga aku

Dari kotoran raga dan jiwa yang kan nodai aku

Kau rela diterpa deburan buih yang berlalu

Demi aku

Demi anakmu

Seakan tak pernah lelah kau

hapuskan tetes air mataku

Seakan tak pernah bosan

kau redamkan aku dari tangisan

Ku urai hati ini

Untukmu

Untuk segalanya yang tlah kau labuhkan

Pada Dermaga hidupku

Hanya sebentuk puisi dari ketulusan hati

Untukmu, ayah. Terima kasih.

9. “Kerinduan” karya Niki Ayu Anggini, Puisi tentang Seorang Anak yang Merindukan Ayahnya

Sumber: Pexels

Ayah di mana engkau berada

Di sini aku merindukan mu

Mengiginkan untuk bertemu

Merindukan akan belaian mu

Kasih sayang mu selalu ku rindukan

Engkau selalu hadir dalam mimpi ku

Mimpi yang begitu nyata bagiku

Mengiginkan engkau untuk kembali

Aku selalu mengharapkan engkau hadir

Menemani aku setiap hari

Menemani masa pertumbuhan ku

Untuk tumbuh menjadi besar

Tanpa engkau di sisiku

Tanpa engkau yang menemani hari-hari ku

10. “Perginya Dirimu” karya Muzdalifah Agustina

Tak ada kata yang pantas terucapkan

Hanya derai bening yang selalu bercucuran

Membayangkan segala kenangan

Teringat akan semua kebersamaan

Walau ucapmu terkadang pahit

Sentakmu buatku sakit

Namun kan ku coba tuk bangkit

Tak peduli itu mudah ataupun sulit

Keluh kesah selalu kau sembunyikan

Kau simpan dalam sebuah senyuman

Apapun yang kau rahasiakan

Aku selalu bisa merasakan

Itu dahulu,

saat kau masih bersamaku

Banyak hal yang buatku malu

Malu karna telah menyia-nyiakanmu

Kini hanya sesal yang tersisa di jiwa

Ingin sekali aku mengulang semua

Jika Tuhan mengizinkannya

Aku takan lagi buatmu kecewa

Andai Tuhan beritahu aku

Bahwa Ia akan mengambil ayah lebih dulu

Mungkin aku takan lakukan itu

Kan ku buat dia bahagia karena aku

***

Nah, itulah 10 kumpulan puisi untuk Ayah yang sangat mengharukan. Puisi memang cocok sekali ya, Bun, untuk mengungkapkan perasaan.

Baca juga:

Bisa Bikin Hubungan Keluarga Semakin Harmonis, Ucapkan 9 Kata Pujian untuk Ayah

7 Pujian Kepada Suami yang Sebaiknya Sering dilontarkan Istri

Menyiapkan Kejutan Di Hari Ayah