Pria dan wanita sama-sama bisa puber kedua
Istilah ‘puber kedua’ biasanya lebih melekat pada salah satu gender, yaitu kaum pria yang berusia 40 tahun ke atas. Namun, dalam perkembangannya, puber kedua ini pun marak terjadi di kalangan wanita.
Seperti lazim pria matang yang mengalami puber kedua, pada wanita munculnya puber kedua biasanya ditandai dengan prilaku yang khas.
Contohnya, senang berdandan dan ingin selalu terlihat cantik, senang dipuji, sering merasa gelisah dan cepat berubah pikiran.
Menurut Abyz Wigati, Pemenang Perempuan Inspiratif Nova 2013 untuk kategori Perempuan dan Pendidikan, kepada theAsianParent, “ Pada usia 40 tahun, dalam teori perkembangan Hurlock, proses kematangan berpikir dan ‘pendewasaan diri’ sudah seharusnya tuntas.
Walaupun, tidak semua orang begitu, tergantung stimulasi dari lingkungannya. Perubahan-perubahan fisik akibat hormon seksual yang aktif bekerja telah berakhir di usia ini.”
Penulis buku yang kerap menjadi narasumber bertema parenting ini pun melanjutkan, “ Nah, pada usia 40-60 tahun ini masuk pada tahap Masa Dewasa Madya, umumnya ditandai dengan mulai menurunnya kemampuan fisik dan psikologis.
Keadaan inilah yang kemudian memicu munculnya ‘penyakit psikologis’ sebagaimana memasuki usia pubertas.
Bedanya, kalau menjelang remaja, pubertas ditandai dengan mulai berfungsinya hormon seksual yang membuat kemampuan fisik dan psikologis berkembang, sedang di tahap dewasa madya, kondisi tersebut menurun.
Makanya banyak perempuan yang cepat merasa nggak Pe-De dengan penampilan fisik aslinya ketika usia menua, takut gemuk, takut berkerut, dll.”
Puber kedua bisa sebabkan hancurnya pernikahan
Hancurnya sebuah pernikahan yang telah berlangsung belasan tahun, seringkali bermula pada gejala puber yang melanda salah satu pasangan.
Misalnya, rasa kurang percaya diri yang timbul akibat menurunnya penampilan fisik, seringkali mempengaruhi psikis pria untuk tampil sebagai “Hero” yang terkadang salah langkah dengan menolong wanita lain yang berlanjut pada perselingkuhan.
Sebaliknya, sifat sensitif wanita sering mengarah pada perasaan kurang diperhatikan akibat kecantikannya yang memudar. Akibatnya ketika ada pria lain yang memberi perhatian, peluang untuk selingkuh pun terbuka.
Sekalipun demikian, kita tidak bisa mengeneralisasi bahwa wanita ataupun pria yang telah memasuki usia matang, dan selalu menjaga penampilannya agar senantiasa rapi dan menarik, mengalami masa pubertas kedua.
Sebab, pria dan wanita yang matang dalam kedewasaannya tidak akan mengalami ketidakpercayaan diri, dll, yang menjadi efek negatif dari puber kedua.
Baca juga: Laki-laki Juga Bisa Alami Menopause!
Mereka yang matang dalam kedewasaannya akan senantiasa melewati tahap perkembangan dengan sikap yang optimis, terbuka terhadap perubahan dan merasa bahagia
Agar terhindar dari dampak buruk puber kedua serta menjaga keutuhan rumah tangga yang sudah berjalan bertahun-tahun, berikut tips yang bisa kita lakukan.
Tips untuk menghindari efek negatif puber kedua :
- Meyakini bahwa setiap diri memiliki kelebihan/ potensi masing-masing. Baik suami maupun istri.
- Optimalkan semua potensi yang dimiliki dengan bekarya dan bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan. Hal ini akan membuat kita selalu berupaya menggali seluruh potensi yang kita miliki.
- Jangan terfokus pada kelemahan dan kekurangan diri. Fokus pada kelemahan hanya mengakibatkan suburnya rasa minder dan membuat kita rentan terhadap bujuk rayu lawan jenis.
- Meyakini bahwa setiap perbuatan kelak akan kembali pada diri sendiri. Baik perbuatan yang positif maupun negatif, akan mempengaruhi diri dan jalan hidup kita di kemudian hari.
- Menjaga pola hidup yang seimbang, baik jasmani maupun rohani.
Parents, semoga ulasan di atas bermanfaat.