Seorang Ibu menderita PTSD (Post Trauma Stress Disorder atau Gangguan Stres Paska Trauma) setelah melahirkan. Hal ini disebabkan oleh efek obat bius yang habis saat persalinan dengan operasi caesar masih berlangsung.
Danielle Parrie menceritakan pada media The Sun bahwa ia bisa merasakan dokter ‘mengobok-obok’ organ dalamnya. Saat ia memberitahu dokter apa yang ia rasakan ketika operasi berlangsung, dokter malah tidak mempercayainya.
“Saya tak bisa apa-apa saat itu, hanya bisa menangis. Saya tidak bisa berteriak atau apapun,” kata Parrie kepada The Sun.
Hingga satu tahun setelah melahirkan, ia masih mengalami gangguan kepanikan dan mimpi buruk. Sampai pada bulan Juni lalu, ia resmi divonis mengalami PTSD.
Trauma pasca operasi caesar
Paska operasi caesar, ia sangat bahagia bisa menghabiskan waktu dengan bayinya. Sekalipun, kini ia tahu bahwa ia harus hidup dengan PTSD di tubuhnya.
“Saya tidak pernah membayangkan bahwa melahirkan akan membuat saya menderita PTSD. Seharusnya melahirkan adalah saat-saat bahagia. Bukan justru jadi mimpi buruk berkepanjangan,” ujarnya.
Masalahnya bermula ketika kandungannya menginjak usia 37 minggu. Ia mengalami masalah pada hati, dan terpaksa dilakukan induksi, “setelahnya, saya diinfus agar bisa segera kontraksi.”
Kemudian, ia menjalani dua prosedur epidural. Namun, semuanya gagal sehingga ia direkomendasikan untuk segera menjalani operasi caesar.
Malangnya, efek obat bius dari dokter hilang di tengah proses operasi, tepatnya setelah bayinya berhasil dikeluarkan. Setelah mengalami rasa sakit yang tak tertahankan, ia pun sempat pingsan. Parrie baru terbangun dari pingsannya setelah berjam-jam, dan langsung melihat bayinya sudah di sebelahnya.
Tiga hari kemudian, ia dilarikan lagi ke gawat darurat karena ada masalah pada usus buntu. Setelah satu minggu berlalu, ia merasa sehat dan senang bisa menghabiskan banyak waktu bersama Bayinya, Gruffydd Danielle.
Sejak itu Parrie mulai sering mimpi buruk, kenangan buruk semasa persalinannya pun sering muncul tiba-tiba, yang menyebabkan serangan panik di saat tak terduga.
Namun ia baru mulai menyadari dirinya mempunya persolan mental setelah mengunjungi dokter gigi untuk check up rutin. Saat di ruang periksa ia tiba merasakan keringat dingin mengalir dan jantungnya berdebar.
Saat duduk, ia seketika merasa panik dan sulit bernapas. Dokter giginya sampai heran karena mereka hanya melakukan pemeriksaan biasa.
Parrie kemudian merasa bahwa rasa paniknya yang tiba-tiba tersebut sangat tidak normal. Akhirnya ia ke dokter untuk memeriksakan kesehatan mentalnya.
Akhirnya dokter menjelaskan bahwa ia menderita PTSD.
“Kini saya jadi mengerti mengapa tiba-tiba saja saya sering panik. Namun, saya akan selalu mencoba untuk menjadi ibu yang baik untuk Bayi Gruffydd.” Paparnya.
Membagikan kisah di blog pribadi
Danielle membagi pengalamannya lewat blog “Mom from Green Room” atau “Ibu dari ruangan hijau”. Dari blog tersebut, ia memiliki 18.000 pengikut di instagram.
Baginya, instagram seperti buku diary. Dengan berbagi pengalaman, sedikit banyak ia merasa lebih terbantu.
“Apa yang terjadi pada saya saat itu adalah sesuatu yang tidak saya inginkan terjadi pada siapapun. Sensasi sakit di tubuh saya tiba-tiba kembali, saraf yang tadinya mati rasa kembali memproduksi rasa sakit; berdenyut, menyengat, terbakar, segala jenis nyeri yang tak terbayangkan. Saya begitu ketakutan ketika bius mulai memudar dan saya bisa merasakan ahli bedah menempatkan organ internal saya kembali di tempat yang benar dan menjahitnya. Suara saya begitu dangkal dan parau tapi saya mencoba sekuat tenaga untuk memberitahu mereka bahwa saya bisa merasakannya. Tapi mereka tak percaya dan saya hanya diberitahu bahwa saya “tidak bisa merasakan sakit” karena bius pada tulang belakang. Mereka salah, saya tahu apa yang saya rasakan, bagaimana bisa mereka yang lebih tahu?!”
Sampai sekarang Daniella tidak ingin menggugat rumah sakit secara hukum. Karena menurutnya kasus efek anastesi yang habis di tengah operasi hanya terjadi 1 dari ribuan kali prosedur. “Aku rasa aku hanya sedang tidak beruntung,” tuturnya.