Anak saya lahir 2 hari setelah HPL, dari yang HPL di tanggal 23 April, anak saya lahir di tanggal 25 April. Dan juga bertepatan pada tanggal 14 Ramadhan. Saya melahirkan anak saya dengan normal atau pervaginam di Puskesmas dekat dengan tempat tinggal saya.
Sebelum HPL beberapa saudara sudah menanyakan apakah saya sudah merasakan tanda-tanda bayi akan lahir atau belum. Sedangkan saya masih belum merasakan apa-apa. Saya yang awalnya tidak kepikiran jadi merasa khawatir karena sering ditanyai. Sempat bertanya ke bidan setempat. Lalu bidan menyarankan jika satu hingga 2 minggu belum lahir maka harus di bawa ke rumah sakit. Dengar jawaban bidan seperti itu saya makin khawatir dan mengatakan ke suami kalau saya ingin lahiran normal.
Setelah kemarin ditanya oleh saudara, malamnya sekitar pukul 00.30 saya terbangun dari tidur karena merasakan kontraksi palsu (waktu itu saya belum tahu kalau itu yang dinamakan kontraksi palsu). Karena saya terbangun suami pun ikut terbangun dan menanyakan keadaan saya. Lalu saya masih menikmati snack sampai rasa kontraksi palsu itu hilang. Saya pun tertidur kembali. Terbangun kembali pukul 03.30 saat waktu sahur tiba, nikmat sakitnya sudah melebihi tadi waktu awal yang saya rasakan. Saya bilang ke suami kalau saya berniat untuk tidak sahur karena sudah tidak kuat. Pukul 06.30 saya mencoba hubungi bidan setempat dan menyarankan agar saya segera berangkat ke Puskesmas. Pukul 07.00 kami berangkat menggunakan sepeda motor dan belum membawa perlengkapan persalinan karena berpikir hanya akan periksa saja. Saat sampai di Puskesmas, saya langsung mendapat penanganan oleh bidan. Karena saat itu masih ada covid sebelum masuk kamar pemeriksaan saya pun di tes rapid antigen dan alhamdulillah hasilnya negatif. Lalu saya mendapat pemeriksaan di kamar bersalin, saat di periksa ternyata suda ada pembukaan tiga. Rasa kaget haru bercampur jadi satu karena saya akan segera melahirkan dan bertemu bayi yang saya impikan selama ini. Ternyata proses pembukaan 3 sampai ke 10 itulah yang membutuhkan waktu hingga malam hari. Di saat pembukaan demi pembukaan saya lewati, dan ketika sampai pembukaan 8 rasanya sudah tidak karuan. Pukul 21.00 pembukaan lengkap, namun air ketuban belum pecah. Akhirnya saya disuruh bu bidan untuk mengejan. Pukul 22.15 lahirlah putra Kami yang pertama. Segala rasa yang tadi saya rasakan tiba-tiba seperti menghilang sejak pertama kali mendengar tangisannya. Alhamdulillah…