Salah satu gaya pengasuhan anak yang sering dibicarakan adalah pola asuh helicopter alias helicopter parenting, sebuah metode pengasuhan di mana orangtua terlalu banyak mengatur kehidupan anak. Para helicopter parents ini tak akan membiarkan anaknya merasa sedih, kecewa, marah, atau merasakan kegagalan.
Saya teringat seorang anak magang di kantor lama saya yang memiliki orangtua helikopter. Segala sesuatu untuknya telah disiapkan dan dipilihkan oleh orangtuanya, mulai dari jurusan kuliah, universitas, hingga makanan dan pakaian untuknya.
Suatu hari si anak magang terlihat kebingungan saat jam pulang kantor. Ternyata ia tak tahu caranya memesan ojek online untuk pulang ke rumah karena selama magang ini ia selalu diantar dan dijemput oleh ayahnya, sementara hari itu sang ayah harus tugas ke luar kota.
Belum lagi ketika si anak magang ini sakit. Tebak siapa yang menelepon ke kantor untuk meminta izin?
Ya, ibunya yang menghubungi agar anaknya diperbolehkan istirahat dan tak perlu bekerja hari itu. Orangtuanya memperlakukan sang anak seolah-olah ia masih duduk di bangku SD, padahal usianya sudah 20 tahun.
Apa itu pola asuh helicopter?
Istilah helicopter parenting muncul bersamaan dengan istilah generasi milenial atau kids jaman now. Pola asuh ini memiliki kecenderungan mirip helikopter yang melayang-layang di atas anak dan segera menukik untuk menyelamatkannya jika terjadi masalah.
Pola asuh helikopter ini tak pernah membiarkan anak merasakan kesedihan atau kekecewaan. Misalnya ketika es krim yang sedang dimakan jatuh atau batal pergi ke toko mainan.
Helicopter parent tak hanya berhenti ketika anak masih balita saja. Saat anak mulai masuk sekolah, orangtua helikopter memastikan anak mendapat nilai yang bagus dengan cara membantu mengerjakan PR atau membuat prakarya yang harus dikumpulkan.
Bila tak dihentikan, pola asuh ini akan membuat anak menjadi tidak mandiri dan selalu bergantung pada orangtua. Gawatnya, ketika anak harus masuk dunia kerja dan ia tak bisa apa-apa jika tak dibantu oleh orangtuanya.
Wah, jangan sampai hal ini terjadi pada anak kita ya. Berikut ini tipe-tipe orangtua yang ikut campur dalam urusan pekerjaan anaknya.
3 Tipe orangtua yang menerapkan pola asuh helicopter
Tak semua helicopter parents menerapkan hal yang sama. Sebuah studi yang diterbitkan di Business Horizons pada tahun 2013 menyebutkan ada 3 tipe orangtua helikopter yang ikut campur dalam urusan pekerjaan anaknya.
Pola asuh helicopter #1: Orangtua yang selalu mengintai
Tipe pola asuh helicopter ini terlibat diam-diam ketika anaknya mencari pekerjaan selepas lulus kuliah. Mereka mengumpulkan informasi tentang perusahaan, membuatkan CV, menawarkan saran cara menjawab pertanyaan ketika interview, atau diam-diam menghadiri job fair.
Tipe pengintai ini merupakan tipe yang paling umum. Meski tak seagresif helicopter parents lainnya, mereka memainkan peran utama dalam perjalanan karier anaknya.
Para peneliti menemukan bahwa anak-anak muda ini menganggap orangtua mereka sebagai sumber nasihat karir yang penting. Banyak dari mereka yang tak segera memberi jawaban atas tawaran pekerjaan karena ingin berkonsultasi dulu dengan orangtua mereka, dan orangtua helikopter tak malu menawarkan saran untuk anaknya.
Orangtua helikopter tipe pengintai juga masih terus terlibat ketika anaknya sudah mulai bekerja, bahkan tak segan menawarkan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas kantor. Namun, tipe pengintai tak pernah melakukan kontak langsung dengan perusahaan atau atasan anaknya.
Pola asuh helicopter #2: Orangtua yang ‘terbang rendah’
Tipe orangtua ini menggunakan taktik untuk terlibat dalam kehidupan anaknya. Mereka dapat mengirimkan CV atas nama anak mereka atau bahkan menganjurkan agar anaknya mendapat promosi jabatan.
Mereka tak hanya sekedar menghadiri job fair tetapi sekaligus memperkenalkan diri pada para perekrut dan menceritakan kehebatan anak mereka. Orangtua tipe ini sering bertindak sebagai agen bagi anak mereka dengan mengumpulkan informasi tentang perusahaan atau mempromosikan keunggulan anak mereka.
Beberapa orangtua bahkan lebih nekat – mereka menelepon HRD untuk mengatur wawancara atau meminta agar anak mereka direkrut. Setelah sang anak akhirnya bekerja di perusahaan tersebut, orangtuanya tak segan menghubungi atasan sang anak untuk menanyakan bagaimana kinerja anak mereka.
Pola asuh helicopter #3: Orangtua yang melakukan perang gerilya
Tipe orangtua ini paling agresif dalam taktik mereka. Mereka mungkin akan datang pada panggilan wawancara kerja sang anak (atau setidaknya berusaha melakukannya) atau menghubungi HRD untuk menegosiasikan tawaran gaji dan fasilitas dari perusahaan.
Para peneliti memberikan contoh-contoh orangtua helikopter:
- Seorang HRD mengatakan bahwa saat seorang kandidat gagal dalam tes bebas narkoba, seorang ibu menelepon dan mencoba menjelaskan hasil tes dengan mengatakan bahwa keluarganya minum banyak suplemen herbal. Ibu itu meminta agar hasil tes bebas narkoba itu diabaikan saja agar anaknya bisa bekerja di perusahaan tersebut.
- Manajer HRD lainnya mengatakan bahwa ada orangtua menelepon untuk menanyakan mengapa anak mereka tidak jadi dipekerjakan di sana atau meminta tawaran gaji yang lebih baik.
- Salah satu perusahaan melaporkan bahwa dalam sebuah wawancara kerja via telepon, ibu sang kandidat ikut menjawab pertanyaan dari HRD.
Memang saat ini anak masih jauh dari urusan mencari pekerjaan. Namun, tak ada salahnya kita menyadari bahwa pola pengasuhan yang kita lakukan juga akan memengaruhi kehidupan anak di masa yang akan datang.
Jangan sampai cinta Anda justru terlalu mengekang anak untuk tumbuh dan berkembang.
Referensi: Psychology Today
Baca juga:
Helicopter Parents – Apa, Bagaimana dan Akibat Over Protektif?