Sempat Terpuruk dan Depresi, Tuhan Memudahkan Persalinan Pertamaku

Pandangan dan informasi yang diceritakan di dalam artikel ini merupakan pendapat penulis dan belum tentu didukung oleh theAsianparent atau afiliasinya. TheAsianparent dan afiliasinya tidak bertanggung jawab atas konten di dalam artikel atau tidak bisa diminta pertanggungjawaban untuk kerusakan langsung atau tidak langsung yang mungkin diakibatkan oleh konten ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Halo, lewat platform yang disediakan theAsianparent ID ini, saya berbagi pengalaman terkait dengan persalinan pertama yang sudah saya lewati. Prosesnya dimudahkan hingga bisa melewati persalinan yang lancar. 

Bisa dibilang, masa kehamilan kuluwati dengan berbagai perasaan. Campur aduk. Namun yang jelas, ketika itu saya ingin melakukan apa pun sendiri. Padahal, saya masih terpuruk akan kepergian ibuku. Melewati masa depresi dan putus asa.

Menanti Empat Tahun, Aku Dipercaya untuk Hamil

Setelah menanti empat tahun lamanya, akhirnya Tuhan mengabulkan doaku disela rasa yang berkecamuk dalam sebuah kehidupan.

Setiap hari selalu mencoba bertahan, dengan terus mengulang kalimat untuk diriku sendiri. ‘Saya kuat, saya bisa menjalani ini, saya harus banyak bersabar’.

Apa yang saya alami memang tidak mudah…

Selama kehamilan, jika ingin makan sesuatu, alias ‘ngidam’.  Saya lebih suka mencari sendiri. Di mana suami? Ada, tapi entah kenapa, rasanya tidak ingin merepotkan suami.

Jadi apa-apa, saya pun lebih memilih melakukannya sendiri. Bisa jadi hal tersebut keinginan si orok jabang bayi yang ada dalam kandungan. Entahlah…

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Persalinan yang Lancar, Salah Satu Doa yang Kupanjatkan

Setiap malam, dalam atmosfer kesepian, hanya Tuhan tempat mengadukan semua resah. Sang jabang bayi dalam kandungan  pun setiap hari diajak bicara.

Pada siapa lagi  mengadukan gelisah kehamilan pertamaku ini? Ibu sudah pergi menghadap Ilahi, kakak-kakak jauh, tidak cukup hanya chat saja. Adik? Kadang bisa diajak cerita, kadang tidak.

Suami? Saya tidak ingin mengganggu kesibukannya.

Mendekati persalinan, lagi-lagi saya rapalkan doa pada Tuhan, dan berharap janin dalam kandungan tidak menyakiti jalan lahir. Berharap semua dimudahkan. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Proses Melahirkan Tiba

Di kala persalinan, seorang diri di ruang operasi. Saat lampu mulai dinyalakan, peralatan segera disiapkan. Saya hanya bisa berbaring pasrah. Terserah apa maunya Tuhan terhadap hidupku setelah ini. Batinku berkata seperti ini.

Suami di mana? Ada, dia bilang tidak tega melihat persalinanku. Jadi dia pun memutuskan untuk menunggu di ruang tunggu. Ya, mau bagaimana lagi. Seorang diri mencoba bertahan dan berjuang diiringi doa dari suami, keluarga, sahabat dan teman-teman yang lain.

Lagi-lagi aku hanya bisa memotivasi diri. Seorang diri.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Masih saja terus panjatkan doa yang sama. ‘Tuhan aku mohon jangan sakiti, saya terlalu lelah menanggung semua rasa sakit selama hidupku ini. Aku mohon mudahkan, persalinan yang lancar’

Saya berusaha tenang dengan menggenggam tiang penghalang. Dengan kedua kaki di buka, bidan berkata dan berusaha untuk memberikan semangat, “Ayo bu, sebentar lagi, itu kepala adeknya sudah kelihatan.”

Dengan sabar para bidan menuntun persalinan.

Ketika itu saya sudah pasrah, sepasrah-pasrahnya sudah tidak bisa berpikir dengan jernih. Bahkan susah sampai di titik terserah. Pikirku,  “Bodo amat para bidan mau melakukan apa untuk mengeluarkan buntalan yang sudah 9 bulan mengganjal di perut ini. Aku pasrah.”

Tidak Menduga Akan Melahirkan Secepat Ini…

Masih teringat dalam ingatan, sebelum persalinan menjelang. Pagi hari aku masih sempat ke pasar menggunakan motor. Seorang diri.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Siang hari saya masih sempat jajan ini itu. Jam 3 sore tidak seperti biasa, tendangan debay dalam perut terasa lebih kencang dan lebih kuat.

Dan masih belum terpikirkan olehku bahwa saya akan melahirkan hari itu. Aku masih sempat makan jajanan yang aku beli tadi pagi. Jam 4 di mana ‘pyoh’ nya sudah keluar, aku masih sempat-sempatnya mandi, keramas, menonton drama. Iya, setenang dan sesantai itu saya menghadapi persalinan pertamaku.

Menjelang magrib baru terasa sakit perut yang teratur, semua berpikir itu mungkin asam lambung naik. Secara beberapa hari sebelumnya juga mengalami sakit perut, dan memang memiliki riwayat asam lambung. Pinggang mulai serasa mau lepas dari persendian, tapi saya masih bisa bertahan.

Mencoba posisi catcow berharap nyeri pinggang sedikit berkurang, seraya mengelus pinggang dengan perlahan. Celakanya saat aku posisi catcow kemudian jongkok ternyata aku sudah pendarahan.

Panik??? Ya jelas panik , tapi lagi-lagi, saya berusaha tetap tenang dengan mengatur napas.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Aku menahan mengejan, karena saya pikir bakalan pup lagi. Sebelum jam 3 sore, sudah bolak-balik kamar mandi, entah itu buat buang air kecil, entah itu hanya sekadar jongkok karena memang tidak BAB.

Adikku panik, dia mulai menghubungi suamiku yang saat itu masih bekerja.

Akhirnya bapakku memutuskan memanggil taxi untuk mengantarku ke bidan. Karena saya memang tidak sanggup untuk berjalan apalagi berbonceng motor dengan adik.

Di taxi, saya masih sempat-sempatnya bilang bahwa ketika itu saya tidak bawa uang sama sekali. Driver hanya meminta ku untuk tenang dan tidak perlu memikirkan ongkos taxi.

Di dalam perjalanan pikiran-pikiran tentang cerita persalinan keluarga dan teman-teman yang menyeramkan, berusaha aku abaikan.

Melewati Persalinan yang Lancar

“Tidak akan sakit, sudah kodratnya seorang perempuan melahirkan, dan semua perempuan juga pasti mengalaminya jika sudah waktunya. Hanya sebentar, tidak akan sakit.”

Aku berkali-kali memotivasi diri untuk tetap tenang.

Dan ternyata saat berada di ruang bersalin, aku langsung diminta untuk tidur dan sudah diminta untuk mengejan, setelah di cek-cek dan ditanya ini itu. Padahal saat itu saya berharap hari hanya untuk kontrol, nyatanya ketika itu sudah bukaan 10!

Maha Besar Tuhan yang melancarkan persalinan pertama ini.

Selepas magrib saya sudah sampai di klinik, habis isya, saya pun sudah lahiran. Entah berapa jahitan, saya lupa.

Begitu cepat persalinan pertama ini. Tidak seperti cerita-cerita orang yang menjalani persalinan pertama. Dalam bayangan, saya pasti akan kesakitan hingga ketulang-tulang. Ternyata rencana Tuhan jauh lebih indah.

Jam 10 malam saya sudah diminta untuk pindah kamar. Jam 12 siang saya sudah berada di rumah bersama malaikat kecil kami.

Bersama suami, memasuki rumah kami dengan senyum bahagia. “Ibu, lihatlah cucumu, penantian panjang atas doa-doa mu selama ini terjawab sudah. Tangismu pasti akan pecah saat kamu melihat cucu mu yang menggemaskan ini.”

 

Ditulis oleh Rop Pattip, VIPP Member theAsianparent ID