Perlukah Pendidikan Seks Pada Anak?

Pergaulan bebas yang semakin permisif menuntut orangtua untuk memberikan memberikan pendidikan yang utuh pada anak-anaknya, termasuk pendidikan seks.

Maraknya berbagai kasus aborsi dan kejahatan seksual yang melibatkan anak-anak dan remaja di negara kita, dewasa ini sudah sampai pada tahap memprihatinkan. Benarkah kasus-kasus ini diakibatkan kurangnya pemahaman dan pendidikan seks pada anak?

Sebelum membahas pendidikan seksual untuk anak, ada baiknya kita mengetahui  hasil survei  beberapa lembaga:

Berdasarkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), lebih dari 60% remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks pranikah.

Sementara berdasarkan hasil penelitian Komnas Perlindungan Anak (KPAI) di 33 provinsi pada bulan Januari-Juni 2008 menyimpulkan empat hal:

Pertama, 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno.

Kedua, 93,7% remaja SMP dan SMA pernah ciuman, melakukan simulasi genital dan oral seks.

Ketiga, 62,7% remaja SMP tidak perawan.

Keempat, 21,2% remaja mengaku pernah aborsi.

Kondisi ini tidak saja memprihatinkan, melainkan juga menimbulkan  kekhawatiran berbagai kalangan. Sehingga upaya untuk memberikan pengetahuan seksual selalu menjadi wacana penting bagi setiap orangtua. Namun, kapan dan pendidikan seksual yang seperti apa yang perlu kita tanamkan pada anak-anak?

Clara Kriswanto, psikolog Jagadnita Consulting, dalam bukunya Seks, Es Krim dan Kopi Susu, mengatakan bahwa pendidikan seks untuk anak harus dimulai sejak dini, bahkan sejak 0-5 tahun (usia balita) Dan proses ini akan berlangsung hingga anak mencapai tahap remaja akhir.

Pendidikan seks yang ditanamkan sejak dini akan memudahkan anak dalam mengembangkan harga diri, kepercayaan diri, kepribadian yang sehat dan penerimaan diri yang positif.

Sejalan dengan itu, Dr. Abdullah Nashih Ulwan mengatakan, pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan perkawinan.

Dengan demikian, jika anak telah dewasa, ia akan dapat mengetahui masalah-masalah yang diharamkan dan dihalalkan. Bagi umat Muslim, bahkan mereka mampu menerapkan perilaku Islami dan tidak akan memenuhi naluri seksualnya dengan cara-cara yang tidak Islami.

Pendidikan Seks dalam Islam, dan Perbedaannya dengan Cara Barat

Pendidikan seks di dalam Islam merupakan bagian integral dari pendidikan akidah, akhlak dan ibadah. Apabila pendidikan seks terlepas dari ketiga unsur tersebut, maka dapat dipastikan pendidikan seks itu akan kehilangan arah. Bahkan menjerumuskan.

Sebagaimana kita ketahui pendidikan seks ala Barat yang lebih menekankan pada pengenalan organ-organ vital berikut fungsi-fungsinya secara vulgar. Pendidikan ala Barat ini dalam implikasinya menimbulkan rasa ingin tahu yang terus meningkat dalam diri anak-anak.

Rasa ingin tahu yang tidak pernah puas dibarengi dorongan naluri akibat pertumbuhan hormon yang meningkat seiring pertambahan usia, membuat anak-anak kita terjerumus pada pergaulan bebas.

Sementara Islam mengajarkan pendidikan seks dengan cara yang lebih santun dengan menekankan pentingnya menjaga kehormatan diri dan mengenalkan perbedaan gender pada anak sejak dini.

Dalam hal ini, pendidikan seks pada anak menjadi tanggung jawab orangtua, yang harus memberikan arahan, pengetahuan dan pemahaman secara menyeluruh sesuai syariat.

Dengan demikian orangtua dituntut untuk memiliki kepekaan, keterampilan dan pemahaman agar mampu memberi informasi dalam porsi tertentu, sehingga tidak membuat anak semakin bingung dan penasaran.

Tips berbicara tentang seksualitas kepada anak

Sebagaimana dikutip dari Mayo Clinic, berikut hal-hal yang bisa diterapkan orangtua ketika berbicara soal seks kepada anak:

  1. Ketika anak-anak belajar berjalan dan berbicara, mereka juga mulai belajar tentang tubuh mereka. Buka pintu untuk pendidikan seks dengan mengajarkan anak nama yang tepat untuk organ seksnya, mungkin selama waktu mandi.
  2. Jika anak Anda menunjuk ke bagian tubuh, katakan saja padanya apa itu. Ini juga saat yang tepat untuk membicarakan bagian tubuh mana yang pribadi.
  3. Ketika anak Anda bertanya tentang tubuhnya atau tubuh Anda, jangan tertawa atau merasa malu. Karena membicarakan semua bagian tubuh bukan suatu hal yang tabu.
  4. Ajari anak Anda bahwa tidak seorang pun boleh menyentuh bagian pribadi tubuhnya tanpa izin.
  5. Pendidikan seks bukanlah diskusi tunggal. Sebaliknya, manfaatkan peluang sehari-hari untuk membahas seks.
  6. Jika ada saudara yang hamil, beri tahu anak bahwa bayi tumbuh di tempat khusus di dalam perut ibu yang disebut rahim.
  7. Jika anak Anda menginginkan lebih banyak detail tentang bagaimana bayi itu sampai di sana atau bagaimana bayi itu akan lahir, berikan penjelasan yang mudah dipahami.

Bagaimana menurut, Parents?