Menjadi pasangan bekerja bukan hal baru lagi di dalam banyak keluarga Indonesia. Kewajaran ini adalah sebuah berkat karena perlahan stigma soal hanya ayah yang jadi tulang punggung keluarga dan istri harus menunggui rumah pelan-pelan mulai luntur.
Banyak perempuan hebat yang tak hanya sukses di karirnya, tapi juga jadi ibu serta istri yang baik untuk keluarganya. Begitupun lelaki, ada banyak ayah sekaligus suami pekerja sukses sekaligus kepala rumah tangga yang bertanggung jawab.
Namun, menjadi pasangan yang bekerja bukan berarti tanpa masalah. Jika problem keuangan keluarga sudah beres, akan timbul hal lain yang di luar dugaan.
Oleh karena itu, perhatikan 4 hal yang wajib dilakukan oleh pasangan bekerja:
1. Komunikasi
Sekalipun kehidupan Anda terbelah antara kantor dan rumah, jangan sampai Anda kehilangan waktu untuk berkomunikasi dengan pasangan. Apalagi menjadikan lelah dan sibuk sebagai alasan.
Dengan adanya akses video call yang lebih murah dan mudah, Anda bisa kapan saja berkomunikasi tatap mata walau hanya lewat video semata, terutama di tengah jam kerja.
Beritahu pasangan sebanyak apa pekerjaan Anda agar ia maklum dan jadi suportif di sisi Anda. Jika kalian adalah pasangan yang terbuka, saling bercerita tentang pekerjaan masing-masing akan membuat kalian merasa agak tenang karena segalanya sudah sama-sama tahu.
2. Rencana
Sebenarnya, salah satu hal yang wajib dibahas sebelum menikah adalah soal perencanaan apakah nantinya kalian berdua akan tetap bekerja atau yang satu harus mengalah sebagai ibu rumah tangga yang menjaga anak.
Kalian juga harus merencanakan minimal satu hari dalam seminggu untuk kencan keluarga ataupun kencan berdua saja. Jangan lupa untuk membuat jadwal seks rutin Anda agar satu sama lain tak memforsir diri dengan pekerjaan di hari tersebut dan bisa menyimpan energi untuk malam romantis kalian nanti.
Jangan lupa, sebagai pasangan bekerja, penting kiranya untuk merencanakan jadwal cuti yang sama untuk liburan bersama nantinya. Anda dan pasangan butuh membuat kenangan dan menyegarkan hubungan cinta kalian dengan liburan tersebut.
3. Kesepakatan
Buat kesepakatan tentang bagaimana caranya menjaga anak di rumah, terutama saat usianya masih di bawah 8 tahun. Bantuan keluarga maupun asisten rumah tangga akan sangat membantu Anda dalam menyeimbangkan pekerjaan kantor dan mengurus keluarga.
Hal ini tidak hanya berlaku untuk perempuan, tapi juga laki-laki. Hindari rasa lelah akibat terlalu terforsir dalam hal pekerjaan rumah dan kantor.
Sepakati sampai batasan mana rumah Anda harus rapi agar ruangan yang berantakan tak membuat salah satu dari kalian jadi marah. Dalam hal keuangan pun, Anda bisa terbuka kepada pasangan soal pembagian berapa banyak yang harus ditabung maupun dipakai untuk kebutuhan rumah tangga.
4. Manfaatkan fleksibilitas pekerjaan
Bahkan, istri yang bekerja di rumah pun sesekali juga butuh bantuan asisten rumah tangga untuk membantu masak, mencuci, bersih-bersih, dan urus anak. Maka, mencari fleksibilitas dalam pekerjaan itu wajib hukumnya.
Pada jam makan siang, curilah waktu untuk memberi kabar untuk yang di rumah. Atau, jika pekerjaan bisa dibawa pulang sambil mengajak anak bermain (bekerja di depan laptop misalnya), kenapa harus mengerjakannya di kantor.
Begitupun dengan waktu cuti. Biasanya, kantor memberikan masa cuti 10 hari dalam setahun. Manfaatkan waktu cuti tersebut untuk habiskan waktu dengan keluarga.
Bahkan, jika ada hari di mana Anda dan pasangan hanya bekerja di depan laptop, maka usai absensi harian di kantor, tak ada salahnya untuk kencan berdua di cafe sambil bekerja.
***
Intinya, jangan sampai rutinitas bekerja membunuh pernikahan kalian dan membuat anak jadi kurang perhatian. gunakan segala sumber daya yang mungkin agar segala sesuatu bisa berjalan lancar. Baik dengan teknologi canggih, maupun tenaga manusia.
Sebanyak apapun uang yang Anda cari bersama pasangan, yang akan membuat kalian berdua bahagia pada akhirnya adalah keluarga harmonis dan anak-anak manis pelipur lara. Jadi, untuk pasangan bekerja, jangan sampai waktu kalian habis untuk kerja saja ya.
***
Referensi: HBR, WSJ, The Glass Hammer.
Baca juga: