Seperti ibu lainnya, perjalanan melahirkan adalah momen tak terlupakan yang akan selalu terkenang. Kali ini pun, saya ingin mengenang proses persalinan saya.
Usia kehamilan saya saat itu sudah memasuki 38 minggu saat awal bulan Desember. Menurut Bidan dan Dokter persalinan, saya diperkirakan akhir atau awal tahun, tetapi saya tetap berjaga-jaga karena bisa saja persalinan saya maju lebih awal. Saya dan Suami beberapa hari sebelum persalinan mengurus jaminan kesehatan, awalnya ada kendala yang membuat ku sampai menangis dan putus asa, tetapi suami tetap setia mendukung dan kita sama-sama berusaha 2 hari itu dan akhirnya kita bersyukur ada jalan dan dipermudah segala urusannya.
Keesoknya, saat sore hari menjelang maghrib kita sedang bersantai di ruang tamu sambil mengobrol dan menikmati makanan ringan, tiba-tiba keluarlah cairan dari vagina dan saya pun langsung bergegas ke kamar mandi. Saya kira mungkin buang air kecil, tetapi cairan ini tak bisa ditahan dan semakin lama keluar secara terus-menerus. Walaupun konsistensi sedikit-sedikit, menurut ibu saya wajar karena sudah hamil tua, tetapi saya tetap ingin pergi ke Bidan bersama suami untuk memastikan hal itu, aku yakin cairan yang keluar ini adalah cairan ketuban.
Dan tidak perlu menunggu lama kita langsung pergi ke Bidan. Sesampainya di sana langsung diperiksa oleh Asisten Bidan, Asbid tersebut belum yakin dan meminta untuk kami pulang kembali, kebetulan suami sedang mengurus berkas-berkas. Saya pun menunggu dan tiba-tiba keluarlah cairan dari vagina seperti air keran yang dinyalakan, langsunglah saya memberitahu kepada Asbid kalau ini pasti cairan ketuban. Tak lama, bidan pengurus pun datang dan langsung melakukan pemeriksaan fisik serta PD (periksa dalam).
Kondisi yang Tak Terduga
Tak lama, Bidan memberikan informasi kepada saya dan suami bahwa bayi letak sungsang, tidak ada pembukaan dan ketuban saya sudah pecah. Kondisi ini membuat harus dilahirkan hari ini juga secara SC. Bidan pun langsung bergegas membuat surat rujukan. Karena lokasi rumah sakit dekat, kami naik motor kesana dan langsung masuk ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat). Di sana, saya di anamnesa dan diperiksa juga test lab plus antigen karena pada saat itu masa pandemi dan kami menunggu +/- 30 menit sampai hasilnya keluar. Suami dan kakak ipar mengurus semuanya dan saya menunggu di ruang observasi.
Hasil pun akhirnya keluar dan saya langsung siap-siap untuk dibawa menuju ke Ruangan Operasi untuk melakukan Sectio Caesarea (SC). Alhamdulillah, semua dipermudah prosesnya dan saya lebih dulu masuk ke Ruangan tanpa harus menunggu lama.
Saat dibius pun rasanya luar biasa, tak hentinya saya berdoa kepada Yang Maha Kuasa untuk diberikan keselamatan dalam proses persalinan ini. Tak lama, terdengarlah suara tangisan bayi yang membuat saya menangis bahagia. Tidak disangka, anak yang sudah saya kandung selama 9 bulan akhirnya lahir ke dunia dengan selamat, sehat, lengkap tak kurang apapun dengan berat badan 3000 kg dan panjang badan 49 cm.
Setelah operasi selesai, saya menunggu di ruang observasi dan merasakan dingin yang menggigil sampai rasanya sudah pasrah kalaupun terjadi hal yang tak diinginkan, karena 2 jam setelah persalinan, masa-masa yang paling rawan untuk ibu postpartum. Alhamdulillah, saya melawati semua ini lalu siap-siaplah dibawa ke Ruangan bersama bayi yang diletakkan ditangan sebelah kanan saya . Bayi tersebut melihat ke arah saya, tak kuasa air mata ini mengalir haru. Sungguh nikmat yang sangat luar biasa tak kuasa kuucap syukur kepada Yang Maha Kuasa.
Akhirnya, saya bisa merasakan perjuangan seorang ibu. Walaupun terlahir dengan sectio caesarea (SC), semua prosesnya sama-sama merasakan sakit yang amat sangat luar biasa, tetapi saya bersyukur dan bangga telah melahirkan seorang anak yang selama ini ada di kandungan selama 9 bulan lamanya.
***