Penyakit meningitis pada anak bukanlah hal yang bisa diabaikan, karena bisa berakibat buruk bahkan mengancam nyawa anak. Sayangnya, orangtua Mitchell menganggap gejala yang dia tampakkan merupakan efek keracunan makanan setelah makan ayam goreng dari restoran cepat saji.
Akibatnya, anak asal Canvey Island, Essex, Inggris ini harus kehilangan satu kaki dan terancam kehilangan kedua kakinya. Semua ini akibat gejala penyakit meningitis pada anak yang diabaikan oleh kedua orangtuanya.
Penyakit meningitis pada anak merenggut kaki seorang remaja
Semua ini berawal ketika pada bulan Agustus tahun lalu, Mitchell makan ayam goreng dari restoran cepat saji yang dibawa ayahnya. Tak berapa lama, remaja usia 14 tahun ini muntah-muntah sepanjang malam dan lemas. Namun orangtuanya menganggap Mitchell hanya mengalami keracunan makanan junk food.
Keesokan harinya, orangtua Mitchell terkejut mendapati sekujur kaki anak mereka dipenuhi ruam dan berwarna keunguan. Anak yang suka main bola ini segera dilarikan ke rumah sakit. Setelah diperiksa, dokter mengatakan Mitchell mengalami meningococcal septicaemia, yakni salah satu jenis penyakit meningitis pada anak.
Mitchell diinduksi untuk masuk ke fase koma, selama lima hari, untuk mencegah dampak yang lebih buruk. Namun, saat Mitchell bangun beberapa hari kemudian, dia menerima kabar bahwa kakinya harus diamputasi akibat kondisi darahnya yang sudah teracuni virus meningitis.
Artikel terkait: 8 Gejala meningitis pada anak yang harus Parents waspadai
Kini, Mitchell telah kehilangan salah satu kakinya, dan ia sedang berjuang agar kaki kanannya tidak harus diamputasi.
Sang ibu, Sharon Sigston membagikan kisah anaknya untuk membuka mata para orangtua lain, agar mewaspadai gejala penyakit meningitis pada anak yang tidak biasa.
“Mitchell makan ayam goreng di rumah ayahnya, tak lama kemudian dia mulai muntah-muntah. Ayahnya pikir dia keracunan setelah makan ayam goreng. Paginya, dia melihat kaki Mitchell dipenuhi ruam dan berubah menjadi ungu, paramedis segara membawanya ke rumah sakit.
Setelah dia sadar dari koma, seorang dokter spesialis memberitahu Mitchell semuanya. Kaki kirinya telah benar-benar menghitam dan jari-jarinya pun telah layu, bagian tubuh itu telah mati dan harus diamputasi.
Meskipun kakinya harus diamputasi, kami bersyukur karena Mitchell masih bersama kami saat ini. Karena saat dia masuk rumah sakit, kami diberitahu bahwa Mitchell tidak akan mampu bertahan hidup.
Tapi, perjuangan putraku masih belum berakhir. Kami ingin meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan semua orang, bahwa sesuatu seperti gejala keracunan makanan bisa berujung pada hal yang lebih parah, bahkan mengancam nyawa.”
Mitchell tak bisa lagi bermain bola
Sharon juga menyampaikan, bahwa anaknya tersebut sangat senang bermain bola. Ketika diberitahu bahwa kakinya harus diamputasi, dia benar-benar cemas tidak bisa bermain bola lagi. Namun ia tetap menerima semua yang terjadi dengan tabah.
“Kini, fokus utama Mitchell adalah sembuh sepenuhnya, apapun akan ia lakukan,” kata Sharon.
Mitchell mendapatkan kaki palsu prostetik pada bulan Desember tahun lalu, dan sudah belajar berjalan menggunakannya. Sharon dengan bangga bercerita bahwa bulan lalu Mitchell sudah mulai kembali bermain bola bersama tim lamanya.
Akan tetapi, meski kelihatannya kondisi Mitchell telah membaik. Namun sebenarnya ia berjuang menghadapi komplikasi di kaki kanannya, karena efek dari virus septicaemia.
“Kami tidak tahu apa dampak jangka panjang yang bisa terjadi akibat septicaemia. Hingga minggu lalu putraku harus menjalani operasi lagi, dan kini kaki kanannya dipasangi gips.”
Mitchell terus berjuang melewati semua ini dengan berani. Bagi Anda yang ingin berdonasi untuk Mitchell bisa klik link di bawah ini.
https://www.gofundme.com/fund-for-mitchell
Waspadai gejala penyakit meningitis pada anak
1. Ubun-ubun (bagian lembut dan lunak di atas kepala bayi) dapat menonjol pada bayi usia 6 bulan.
3. Kaki dan tangan anak terasa dingin.
4. Warna kulit menjadi abnormal (tidak normal)
Pencegahan meningitis pada balita bisa dilakukan dengan vaksinasi dan menjaga daya tahan tubuh anak dari serangan penyakit, baik yang disebabkan oleh virus herpes simplex, bakteri streptococcus maupun jamur cryptococcus.
Meskipun negara kita bukanlah daerah endemik, di mana penyakit meningitis berkembang pesat, namun vaksinasi tetap bisa diberikan, terutama bila kita berencana membawa balita bepergian ke luar negeri.
Sumber: Storytrender, Littlethings
Baca juga:
Kisah Kia: Meningitis parah membuat bayi ini kehilangan kedua tangan dan kakinya