Penis anak masuk ke dalam, kapan orangtua perlu khawatir?

undefined

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan jika Anda memiliki anak laki-laki. Khususnya jika mencurigai kondisi penis anak masuk ke dalam.

Apakah bayi atau balita Parents seperti ‘kehilangan’ penisnya? Kondisi penis anak masuk ke dalam kerap disebut sebagai ‘buried penis‘ atau mikropenis. Sebuah kondisi di mana lapisan lemak bagian sekitar penis sangat tebal yang menyebabkan penis tertutup.

Siapa di antara Parents yang bertanya-tanya, mengapa penis anak laki-lakinya terlihat begitu kecil, atau tampak tersembunyi di balik lemak dan kulit? Bisa jadi anak laki-laki Parents mengalami kondisi penis masuk ke dalam. Kondisi penis seakan ‘terkubur’ di bawah daging dan kulit ini memang bisa terjadi pada anak laki-laki.

Kenapa penis anak masuk ke dalam?

Dikutip dari laman IDAI, kondisi penis anak masuk ke dalam sebenarnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Pasalnya. sebagian besar kasus penis kecil dapat ditangani dengan mudah.

Selain itu tidak semua penis yang terlihat kecil itu memang benar-benar kecil dan memerlukan penanganan medis. Oleh karena itulah, sebaiknya perlu pemeriksaan ke dokter anak lebih lanjut untuk mengetahui dengan pasti.

Lebih lanjut, dr. Mulyadi Tedjapranata, MD selaku seksolog menerangkan, “Mikropenis bisa diartikan sebagai kelainan dalam panjang penis. Definisi tersebut juga mengisyaratkan bahwa definisi mikropenis merupakan suatu definisi statistik sehingga insidennya diperkirakan sebesar 0,6% paada setiap populasi,” terangnya lagi.

Untuk memastikan apakah anak mengalami atau tidak, ia menyarankan agar orangtua lebih dulu mengukurnya. Namun, ketika mengukur panjang penis anak, penis tersebut lebih dulu harus dipanjangkan, dan diukur dalam keadaan terenggang dan tidak dalam kondisi lemas.

Lebih lanjut dr. Mulyadi menuturkan sebenarnya ada beberapa alasan mengapa penis anak ke dalam, mulai dari dari adanya kelainan susunan saraf pusat, genetik, penurunan produksi hormon androgen (testosteron) pranatal, hingga karena testis anak yang tidak berkembang dengan baik,

dr. Mulyadi memaparkan bahwa penting dipahami oleh orangtua, kalau seseorang dikatakan mengalami kondisi penis masuk ke dalam atau mikropenis apabila panjang penisnya kurang dari 2,5 standar deviasi rata-rata ukuran penis pria normal pada usia tertentu.

Acuan ukuran yang dapat dipakai adalah apabila ukuran penis kurang dari 2 cm saat lahir, 2,5 cm saat berusia satu tahun, 4 cm pada masa pubertas, dan 10 cm di akhir masa pubertas atau saat dewasa tanpa disertai kelainan struktural penis lain, misalnya hipospadia.

Beberapa anak laki-laki memiliki kulit yang tidak merata di daerah genital saat mereka berkembang di rahim. Ini biasa terjadi pada anak yang lahir secara prematur, dan merupakan cacat bawaan. Namun, memiliki penis yang terkubur bisa mengakibatkan efek psikologis negatif di masa depan.

Baca juga : Cara menjaga kebersihan penis anak laki-laki

penis anak masuk ke dalam

Penyebab penis yang terkubur

Ada beberapa faktor yang menyebabkan penis anak masuk ke dalam. Beberapa penyebabnya adalah:

  • Kelainan terjadi saat lahir (bawaan): Ligamen yang melampirkan penis ke struktur dasar mungkin lebih lemah dari biasanya.
  • Morbid obesitas: Kelebihan lemak di sekitar perut dan area genital bisa “mengubur” penis di dalam jaringan lemak dan kulit.
  • Lymphedema: Bengkak di sekitar daerah skrotum karena pengumpulan cairan getah bening dapat “mengubur” penis di dalam jaringan lemak dan kulit.

Efek yang bisa dirasakan anak apabila penis anak ke dalam

Saat anak mengalami kondisi ini, tentu akan menimbulkan berbagai risiko. Mulai dari kesulitan untuk melakukan pembersihan area penis dengan tepat.

Tidak hanya itu saja, ketika anak lelaki tumbuh remaja kemudian didiagnosis dengan sindroma penis masuk ke dalam, akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang bisa memengaruhi dirinya secara baik secara fisik dan psikologis.

Adupun efeknya antara lain adalah

penis anak masuk ke dalam

 

  • Anak akan merasakan nyeri atau tidak nyaman saat berkemih,
  • Peradangan kulit
  • Kesulitan mengarahkan aliran urin karena sulit menahan penis, mengakibatkan ketidakmampuan anak untuk buang air kecil sambil berdiri atau duduk
  • Kehilangan kontrol urin yang tepat sehingga anak kesulitan menjaga kebersihan penis yang tepat lantaran urine bisa ‘bocor’ ke kulit (skrotum dan paha) bahkan pakaian
  • Infeksi saluran kemih, atau risiko terjadinya infeksi genital
  • Ketidakmampuan untuk ereksi atau melakukan tindakan seksual
  • Ereksi yang menyakitkan
  • Hingga risiko mengalami gangguan emosional, yang menyebabkan gangguan psikologis seperti harga diri rendah dan depresi

Terlepas dari kebersihan yang buruk dan risiko infeksi saluran kemih, penis anak masuk ke dalam akan menimbulkan risiko trauma psikologis dan psikologis pada anak-anak. Akibat trauma psikologis ini dapat menyebabkan anak laki-laki menarik diri di lingkungan sosial dan kehilangan harga diri.

Bagaimana cara memperbaiki penis yang masuk ke dalam?

penis anak masuk ke dalam

Proses pembedahan memang bisa ‘membebaskan’ anak laki-laki dari kecemasan dan memperbaiki citra diri mereka akibat kondisi penis yang tidak dianggap normal. Meskipun begitu, orangtua tetap disarankan untuk mendorong anak laki-laki untuk lebih dulu menurunkan berat badan sebelum menjalani operasi.

Namun, penting untuk diketahui untuk memperbaiki kondisi penis dengan operasi akan tergantung pada faktor penyebabnya. Untuk itu diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis endokrinologi anak, terutama pada kasus mikropenis yang kompleks.

“Diagnosis awal penting untuk pilihan terapi apa yang dibutuhkan oleh anak,” tukas dr. Mulyadi.

Menurut anggota Indonesian Association for Ozone Therapy ini, kondisi penis yang masuk ke dalam juga tidak selamanya harus ‘diselamatkan’ lewat jalur operasi. Proses terapi bisa dilakukan dengan melakukan terapi hormon sejak dini, bahkan sejak bayi menggunakan intramuskular testoteron atau gel dihidrotestoteron topikal.

Namun, ia mengingatkan terapi ini idealnya dilakukan sebelum anak memasuki usia pubertas. Terapi diberikan 4 kali setiap 3 sampai 4 minggu dengan total sebanyak 4 suntikan.

“Namun terapi harus dilakukkan dengan cara dan dosis yang tepat, apabila terapi diberikan secara berlebihan dapat memacu pubertas. Selain itu, apabila terapi hormon tidak berhasil dilakukan, pengobatan yang dapat ditempuh selanjutnya adalah lewat bedah orchiopexy’.

 

Artikel referensi : theAsianParent Singapura

 

Baca juga:

Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Alat Kelamin Bayi Laki-laki

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.