Kasus penganiayaan TKW kembali mencuat
Berita tentang penganiayaan TKW Indonesia di Hongkong bernama Erwiana Sulistyaningsing telah menjadi sorotan dunia. Pagi ini (27/2/2015), pengadilan Hongkong menjatuhkan hukuman penjara 6 tahun kepada Law Wan-Tung, mantan majikan Erwiana.
Law telah melakukan tindakan kekerasan terhadap Erwiana, yang menyebabkan hidung patah, pembengkakan otak, serta sakit tulang belakang. Law seringkali menggunakan peralatan rumah tangga untuk memukul Erwiana, misalnya gantungan baju dan alat untuk mengepel lantai.
Erwiana mulai bekerja sebagai TKW di Hongkong sejak 2013 dan kembali ke Tanah Air pada Januari 2014. Selama bekerja, seringkali ia hanya diperbolehkan tidur selama 4 jam. Ia hanya diberi sedikit roti dan nasi.
Erwiana senang tetapi tidak puas
Di dalam pernyataannya di luar persidangan, Erwiana menyatakan cukup senang karena Law menerima hukuman penjara.
Namun ia tidak puas dengan lama hukuman tersebut, karena penjara 6 tahun tidaklah seimbang dengan penganiayaan yang telah Law lakukan terhadapnya.
Apa kata pengacara Law?
Graham Harris, pengacara Law, mengatakan kasus Erwiana bukanlah kasus terberat yang pernah terjadi di Hongkong. Kasus Erwiana tidak sampai meninggalkan tanda permanen pada fisik Erwiana.
Kasuh lebih berat yang terjadi misalnya majikan menggunakan setrika panas untuk menganiaya asisten rumah tangganya.
Sedangkan Amanda Woodcock, hakim tunggal pada kasus tersebut mengatakan, penganiayaan dapat lebih dihindari bila asisten rumah tangga tidak wajib tinggal di rumah majikan.
Erwiana juga setuju dengan pernyataan Woodcock tersebut. Ia berharap pemerintah Hongkong lebih memperhatikan para TKW seperti dirinya.
Peraturan bahwa asisten rumah tangga harus tinggal di rumah majikan adalah salah satu pemicu terjadinya kekerasan oleh majikan. Selain itu, peraturan lainnya adalah TKW harus meninggalkan Hongkong dalam waktu 2 minggu setelah kontrak selesai.
Video ini tidak diterjemahkan, tetapi tanpa mengerti bahasanya pun kita sudah miris melihatnya:
Begitu banyak kasus serupa terhadap TKW Indonesia di manca negara. Bagaimana pendapat Anda? Sampaikan komentar dan saran Anda di kolom komentar di bawah ini, dan SHARE untuk memberi dukungan anti kekerasan dalam rumah tangga.
Bagaimana Memperlakukan ART dengan Benar
Parents perlu mengajarkan pada anak-anak untuk memperlakukan ART dengan baik, selayaknya mereka ingin diperlakukan. Sebab, perlakuan pada ART akan mencerminkan bagaimana anak-anak Anda akan memperlakukan orang lain yang posisinya lebih rendah daripada dia.
Ada 8 langkah yang bisa diikuti untuk Parents yang ingin memperlakukan ART dengan benar dan menjalin hubungan baik antara Parents, anak, dan ART, seperti diwartakan The Asian Parents Singapore.
1. Beri tahu latar belakang
Sebelum anak dan ART bertemu, Parents perlu memberitahu pada anak sedikit tentang latar belakangnya ART, dari mana asalnya, pengalaman kerja, apa yang akan dilakukannya di rumah, dan lain-lain.
2. Jelaskan sifat anak-anak pada ART
Penting untuk menjelaskan pada ART tentang kepribadian anak-anak Parents, jadi ART tahu apa yang harus dihindari atau bagaimana mendekati mereka.
3. Tuliskan jadwal anak-anak
ART juga harus terbiasa dengan jadwal anak-anak Parents, sehingga dia dapat menyesuaikan jadwalnya dengan jadwal anak-anak Anda.
4. Jelaskan aturan rumah
ART juga perlu tahu batasan-batasan di rumah Parents. Jika dia melakukan pekerjaan dengan baik, pujilah dia karena ini akan memotivasi dia untuk bekerja lebih keras.
Jika dia melakukan pekerjaannya dengan buruk, pastikan untuk memperbaiki kesalahannya atau menyelesaikan kesalahpahaman terlebih dahulu sebelum Parents mulai memarahi. Perlakukan ART secara wajar.
5. Perlakukan pelayan Anda dengan hormat
Parents mungkin tidak menyadarinya tetapi anak-anak akan meniru Anda. Cara Parents berbicara dengan ART, misalnya saat Anda menegur, akan menjadi kebiasaan dan diikuti anak-anak.
Jika Parents ingin anak-anak menghormati orang yang membantunya, ingatlah untuk berbicara dengannya juga dengan sopan.
6. Ingatkan anak agar jangan berbuat kasar
Parents pasti tidak ingin anak-anak berpikir mereka memiliki hak untuk bersikap kasar terhadap ART. Jangan biarkan anak-anak memperlakukan ART dengan tidak hormat. Mengabaikan kelalaian anak pada akhirnya akan mengarah pada mengajarkan anak Anda nilai-nilai yang salah, karena menindas orang-orang lebih rendah dari dia.
7. Berkomunikasi. Sebagai orang tua dan majikan dari ART, parents harus menjadi perantara yang netral. Atasi konflik dengan berbicara pada kedua belah pihak dan buat kompromi. Jangan memihak anak demi ketidakadilan.
Baca juga hal-hal menarik lainnya:
Surat Cinta Orangtua yang Membuat Banyak Orang Menangis
Balita Hampir Meninggal Akibat Obat Demam