Perkenalkan, nama saya Tria. Saya menikah tahun 2020. Alhamdulillah, tahun 2021 saya diberikan kepercayaan garis dua.
Selama hamil muda sampai lahiran, saya tidak pernah ngidam sama sekali. Justru ibu mertua saya yang ngidam. Alhamdulillah juga selama hamil si utun selalu diberi kesehatan sehingga bisa diajak beraktifitas. Pada dasarnya saya orang yang tidak mau diam, terus aktifitas.
Setelah tiba saat lahiran, saya sama bidan desa dirujuk di puskesmas terdekat. Pas kebetulan saat itu ramai-ramainya Covid-19. Saya nurut saja apa kata bidan desa. Tepat hari Senin setelah sholat subuh, saya dan suami datang ke puskesmas setempat. Saat itu harus ngantri dulu karena bidan desa saya belum datang.
#singkat cerita
Saat mau lahiran memang rasanya Subhanallah banget. Ketika itu, saya tidak mau ditinggal ibu saya meskipun hanya 1 detik saja. Karena, waktu itu si adek utun kalau ditinggal ibu saya geraknya Subhanallah aktif banget tidak mau berhenti.
Saat dicek, ternyata masih pembukaan 1. Dua belas jam kemudian tepat pukul 17.00, dicek lagi masih pembukaan 2. Tiga jam kemudian sudah pembukaan 9, bukannya ditunggu malah ditinggal ke dalam ruangannya untuk bercanda-canda sama teman-teman lainya. Padahal saat itu, saya sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit. Bidan-bidan yang ada di sana sudah dipanggil terus sama ibu dan suami saya. Namun, mereka tetap santai saja.
Tepat pukul 00.00, baru mereka datang untuk melayani. Sedangkan, si adek utun sudah tidak terdeteksi detak jantungnya. Sebenarnya saya berfirasat negatif, tapi saya berusaha berfikir positif dengan alasan alat cek detak jantung yang rusak. Dan pada akhirnya, benar si adek utun tidak bisa diselamatkan.
Saya dan keluarga sangat sedih saat itu. Beraktifitas apa saja tidak semangat, pada akhirnya saya berusaha untuk menerima kenyataan. Seiring berjalannya waktu saya bisa menerimanya, meskipun terkadang masih terpuruk.
Alhamdulillah, sekarang sudah di beri kepercayaan lagi, dan sudah 7 bulan ini. Semoga pengalaman tahun kemarin tidak terulang kembali. Amin.
***