Assalamu’alaikum, Bunda semua! Bagaimana kabar hari ini? Yang punya pengalaman mengidam suatu makanan saat hamil, pasti tahu yah. Gimana rasanya kalau tidak kesampaian.
Alhamdulilah Bunda, saya begitu bersyukur. Akhirnya bisa merasakan hamil dan mengidam. Seperti cerita saya sebelumnya bahwa saya mendapatkan kehamilan ini setelah mengalami perjuangan panjang dan berliku. Dan kehamilan saya kala itu juga merasakan yang namanya mengidam.
Dari awal hamil saya sudah mulai merasakan hawa-hawa aneh menyukai sesuatu. Tahukah apa itu? Iya, saya kepikiran buat makan gatot. Apakah itu?
Gatot adalah makanan tradisional yang sering dimakan berbarengan dengan makanan khas jawa, yakni tepatnya dari Gunung Kidul, Jawa Tengah. Kisah asal usul atau pun sejarahnya dapat Bunda semua pelajari dari manapun. Yang jelas, saya hanya akan menceritakan sedikit saja apa yang disebut gatot tadi.
Gatot berupa singkong yang dikeringkan sisa dari pembuatan tiwul yang diolah kembali karena saat proses pembuatan tiwul tidak semua terproses sempurna. Nah, daripada terbuang dan menjadi racun, maka oleh masyarakat sekitar diolah kembali menjadi makanan baru. Meski pada dasarnya bentuk gatot lebih menyerupai potongan kecil dari singkong yang sudah dikukus kemudian ditaburi parutan kelapa. Namun, saya lebih menyukai yang sudah dalam bentuk potongan dadu atau kotak dengan tekstur yang lebih halus seperti tepung. Biasanya para penjual ada juga yang mengolahnya menjadi tepung halus baru kemudian dibentuk. Gatot dimakan berbarengan dengan campuran jajanan lain, yang dibungkus pincuk daun pisang. Seperti cenil, tiwul, gethuk, dan masih ada lagi beberapa makanan khas lainnya.
Singkat cerita, berusahalah suami mencarikan yang diidamkan istri, ke pasar tradisional ke penjual langganan kami. Apesnya, sang ibu sedang pulang kampung alias tidak berjualan. Pulang dengan tangan kosong, suami tetap berjanji mencarinya. Keesokannya, suami tetap mencari di pasar tradisional lain. Dengan mata berbinar, dia pulang membawakan hasilnya. Yah, tapi ternyata masih belum memuaskan kepenginan sang istri, tidak tega sebenarnya. Tapi, apalah daya yang dibawa memang gatot, tapi tidak sesuai ekspetasi.
Yang dalam bayangan maunya yang sudah diolah dari tepung halus terus dibentuk kotak dadu. Nah yang datang dibawakan suami, yang diolah masih dalam bentuk potongan kecil yang tidak beraturan. Bunda bisa lihat perbandingannya di gambar. Gambar 1 yang diingini, gambar 2 yang dibawa suami. Tidak salah namanya gatot juga, tapi namanya ibu hamil maunya kan harus sama kan, maafkan ya pak suami.
Tapi, tetap dimakan kok. Hari berikutnya tetap berusaha mencari yang pas, tetap mendatangi pasar tempat langganan kami. Tapi sang penjual belum berjualan. Saya juga berusaha cari online. Tetap tidak ada yang jual bubuk halusnya. Dan akhirnya dibiarkan saja keinginan itu. Yang penting judulnya sudah dapat gatot.
Hari pun berlalu dengan masih diwarnai ngidam-ngidam yang lain yang tidak se-ekstrim tadi. Masih bisa dicari. Walaupun sang gatot akhirnya bisa dimakan juga setelah 2 bulan pasca melahirkan. Tetap girang mendapatkannya.
Itu cerita saya, bagaimana dengan Bunda?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.