Hi moms, bagaimana kabarnya semua? Semoga sehat selalu jiwa dan raganya ya, memasuki pertengahan tahun kedua pandemi COVID-19 ini. Kali ini saya ingin berbagi pengalaman melakukan tandem nursing.
Saat Pandemi, sepertinya sudah tidak asing lagi ya, bahwa isu-isu mengenai penundaan penyapihan terhadap anak yang masih mengonsumsi ASI (umumnya <2 Tahun) marak dibicarakan, karena konon ASI memiliki kandungan istimewa yang dapat meningkatkan imun anak-anak, terutama dalam menghadapi situasi pandemi COVID-19 ini.
Karena penelitian juga menunjukkan bahwa ASI yang dikandung oleh ibu menyusui, dan ibu menyusui telah divaksinasi, terbukti mengandung antibodi yang dapat disalurkan kepada sang anak. Sudah baca belum kalau belum, bisa baca di website nya WHO?
WHO menuliskan, WHO recommends that mothers with suspected or confirmed COVID-19 should be encouraged to initiate or continue to breastfeed. Mothers should be counselled that the benefits of breastfeeding substantially outweigh the potential risks for transmission.4
Mother and infant should be enabled to remain together while rooming-in throughout the day and night and to practice skin-to-skin contact, including kangaroo mother care, especially immediately after birth and during establishment of breastfeeding, whether they or their infants have suspected or confirmed COVID-19.
Menarik ya, dan betapa besarnya anugerah dari Tuhan YME atas pemberian ASI kepada anak-anak. Bahkan dengan Ibu yang menjadi pasien COVID-19 pun, berhak untuk tetap menyusui anaknya.
Begitu juga dengan para ibu yang baru melahirkan, walaupun sang ibu positif COVID-19, sang ibu harus mampu difasilitasi untuk dapat memberikan ASI kepada anaknya, karena seperti yang kita tahu bahwa ASI yang keluar di hari-hari pertama merupakan kolostrum yang memiliki nilai nutrisi yang sangat tinggi.
Nah, bagaimana dengan para ibu yang hamil di tengah pandemi ini, sedangkan masih menyusui anak sebelumnya? Aku mau berbagi pengalaman melakukan tandem nursing.
Jadi, ketika aku hamil anak kedua, si kakak masih berusia 9 Bulan. Ketika saya tahu bahwa hamil, si Kakak telah berusia 10 bulan dan ternyata saya sudah dalam masa kehamilanku yang memasuki minggu ke-8. Senang kah? Wah, senang sekali, karena sama sekali tidak menyangka bahwa akan diberikan amanah lain oleh Tuhan.
Tapi, tentu aku bimbang, bagaimana dengan pemberian ASI untuk si kakak?
Pengalaman Melakukan Tandem Nursing
Akhirnya saya konsultasi dengan dokter kandungan, ketika itu dokter kandunganku memberitahu bahwa menyusui selama hamil bersifat aman, namun ada beberapa syarat yang memang perlu diperhatikan.
- Tidak menimbulkan kontraksi ketika menyusui
- Tidak ada riwayat berat badan lahir rendah pada anak sebelumnya (pada aku, tidak)
- Si kakak masih mau menyusu sama ibunya
Lho, memang ada, ya, yang jadi tidak mau menyusu lagi? Ada lho, Moms. Karena konon rasa ASI jadi berubah (menurut si anak), dan ada beberapa anak yang jadi tidak suka. Pada kasusku, si kakak cenderung menjadi lebih rewel pada kehamilanku bulan ke 5, karena memang pada bulan-bulan itu, hormon di tubuh kita sedang mempersiapkan lebih matang untuk kelahiran si adek di dalam perut.
Tapi, si kakak masih mau menyusu, walau pada bulan-bulan itu pun aku merasa bahwa produksi ASI ku menjadi lebih sedikit.
So, where’s the problem?
The problem is, jadi capek banget, Moms. Jangankan menyusui, hamil saja sudah membuat tidur tidak enak, ya, apalagi dengan kondisi perut yang semakin membesar dan posisi tidur nyaman pun semakin terbatas. Setidaknya salah satu pengalaman melakukan tandem nursing kondisi ini yang kurasakan.
Long story short, aku terus menyusui sampai kelahiran anak kedua, dan saya terus menyusui si kakak sampai usianya 29 Bulan. Si adek, lahir pada bulan Maret 2020, dimana pandemi CIVID-19 masuk ke Indonesia.
Dan kakak, berusia 2 tahun pada bulan Agustus 2020. Saat kakak berusia 2 tahun, pandemi sedang kian marak di Indonesia, sehingga saya memutuskan untuk menunda menyapih si kakak, dan aku baru berhasil menyapih si kakak di usianya ke 29 Bulan yaitu pada bulan Januari 2021.
Did I regret that? No.
But do I want to repeat that? Also no.
Jujur saja tandem nursing merupakan fase paling melelahkan selama memiliki 2 balita, ditambah lagi, kurangnya perhatian atas asupan kalsium, membuat gigi-gigi jadi mudah rapuh dan baru terasa belakangan ini. Saya jadi harus bolak-balik root canal treatment, demi menyelamatkan gigiku yang keropos. Soal biaya yang perlu dikeluarkan juga tentu saja tidak bisa dikatakan kecil.
So, siapa yang punya pengalaman melakukan tandem nursing seperti saya?
Ditulis oleh Fika Rahimah, VIPP Member theAsianparent ID