Tidak ada seorang ibu pun yang ingin melahirkan tanpa didampingi suami, ayah dari anak yang dikandungnya. Namun kenyataan itulah yang kuhadapi. Tak disangka, pengalaman melahirkan anak ketigaku sangat pahit karena tanpa didampingi suami, akibat perceraian yang menghancurkan biduk rumah tangga kami.
Perceraian merupakan pil pahit yang harus kutelan akibat kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga kami. Perempuan itu berhasil mengubah suamiku. Awalnya ia seorang suami yang penyayang, namun akhirnya menjadi sosok yang tidak lagi kukenal. Ia pun rela melepasku yang tengah hamil besar serta kedua anak kami.
Aku ditinggalkan begitu saja tanpa uang, dengan kondisi fisik yang terus melemah akibat kandungan yang kian besar dan beban psikologis yang sangat menekan. Hanya satu yang kuyakini, aku harus bisa bangkit, demi anak-anak dan janin yang tengah kukandung.
Dengan bantuan keluarga dan sahabat dekat, aku mencoba bertahan dengan melakukan apa saja demi memperjuangkan hidup. Membuat kue untuk dititipkan, menjual soto, menjadi freelancer untuk jasa asuransi… Semua jenis pekerjaan asal halal dan bisa kulakukan, aku kerjakan.
Aku bahkan pernah menjadi ojek sekolah, mengantar jemput anak-anak sekolah dengan perut yang terus membesar. Hingga akhirnya terpaksa harus berhenti demi keselamatan bayi di dalam rahimku. Harga diriku yang terluka tak mengizinkanku untuk meminta bantuan pada mantan suamiku.
Pahitnya pengalaman melahirkan anak tanpa suami
Hingga menjelang hari perkiraan lahir, aku belum juga merasakan gejala akan melahirkan. Keterlambatan ini mungkin akibat tekanan psikologis yang kurasakan. Bahkan, ketika tanda-tanda melahirkan mulai terasa, aku masih merasa gamang.
Pengalaman melahirkan anak tanpa suami membuatku merasa tak berharga. Aku mengalami depresi yang membuatku tak ingin menjalani hidup ini. Aku tak ingin menderita lebih lama dengan masalah demi masalah yang tak kunjung selesai.
Di dalam benakku saat itu, meninggal saat melahirkan rasanya tidaklah buruk. Bahkan bisa menjadi salah satu kesempatan terbaik untuk mendapatkan mati syahid dalam keyakinanku.
Namun kalimat ini mengubah jalan pikiranku. “Ibu, harus sehat. Ara nggak mau kehilangan Ibu. Ara cuma punya Ibu,” bisik gadis kecilku.
Ia menggenggam erat tanganku. Aku tersentak, kutatap gadis kecilku yang cantik dengan airmata berderaian. Ia menyuntikkan semangat tepat pada titik kritis dalam hidupku. Aku tak boleh mati, bisikku dalam hati. Anak-anak membutuhkan aku, ibunya. Aku harus tetap hidup demi anak-anakku.
Aku kembali harus menghadapi kenyataan, seberat apa pun itu. Kelahiran yang telah lewat dari waktunya dan kondisi fisikku yang lemah mengharuskan aku menjalani operasi caesar.
Bila sebelumnya, aku sempat berpikir, kehadiran seorang bayi akan menyulitkanku mencari nafkah. Namun, ternyata kehadiran anak ketigaku menjadi titik balik yang membuatku semakin bersemangat dalam menjalani hidup.
Aku sadar, dengan hadirnya seorang bayi di tengah kehidupanku, akan sulit sekali menemukan pekerjaan yang pantas.
Namun dengan kondisi fisik yang berangsur pulih dan tanggung jawab yang harus kupikul, mau tak mau aku harus selektif memilih peluang bisnis. Aku harus bangkit demi memperjuangkan kehidupan yang layak bagi ketiga buah hatiku.
Aku pun kembali mencari jenis pekerjaan yang cocok dengan kondisiku bersama anak-anak. Aku sempat menjadi guru di sebuah sekolah swasta, akan tetapi profesi tersebut tidak mampu menutupi kebutuhan hidupku bersama anak-anak.
Akhirnya aku memutuskan untuk menjalani bisnis herbal yang tengah naik daun. Aku bergabung dalam MLM Syariah yang tepercaya.
Hari demi hari kujalani dengan keyakinan, bahwa tak ada kesulitan kecuali ada kemudahan di baliknya. Keyakinan yang selalu berhasil membuatku terus melangkah, meski beban tak sedikit pun berkurang dari pundakku.
Rezeki tak terduga
Sedikit demi sedikit kehidupanku membaik, seiring dengan banyaknya pelatihan yang kuikuti untuk meningkatkan keterampilanku. Aku memperdalam keterampilan dalam berkomunikasi, juga teknik bekam dan pijat refleksi yang menjadi ujung tombakku dalam mencari nafkah.
Siang dan malam aku bekerja keras, memenuhi panggilan bekam. Demi terpenuhinya gizi yang baik dan pendidikan yang layak bagi putra-putriku, aku melawan terik matahari dan hujan deras yang kerap mengguyurku.
Aku tak ingin mengeluh, kecuali pada Yang Maha Kuasa. Karena hanya dengan mengadu padaNya, aku merasakan ada kekuatan yang sesungguhnya untuk terus melangkah.
Setelah anak-anak bisa kutinggalkan sesekali, aku menitipkan mereka pada kerabat dekat, dan aku mulai melebarkan wilayah bisnisku ke kota-kota lain. Bertahun-tahun aku konsisten menjalankan bisnis herbal dan pengobatan bekam, serta menjual produk herbal yang semakin diminati masyarakat.
Kegigihanku berjuang membuahkan prestasi, aku pun mendapatkan penghargaan sebagai Star Director, sebuah penghargaan atas kerja kerasku selama ini. Penghargaan ini membuat aku semakin percaya diri dan yakin dengan jalan yang kutempuh.
Akan tetapi, sudah menjadi takdirku untuk menempuh perjalanan yang tak pernah mudah. Tak sedikit selentingan tidak sedap terdengar. Fitnah itu begitu rentan untuk seorang single parent seperti diriku.
Akhirnya aku memutuskan untuk menerima kembali kehadiran mantan suamiku. Demi anak-anakku, demi menghindari fitnah, dan –mungkin—demi rasa cinta yang selalu ada untuknya.
Lalu, rezeki tak terduga itu pun datang, dadaku bergetar hebat ketika mendapati namaku ada dalam daftar orang-orang yang terpilih mendapat poin umroh untuk menunaikan ibadah umroh secara gratis dari MLM.
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” bisikku dengan airmata bahagia yang terus berjatuhan. Aku tahu, di samping anak-anak yang terus menyemangatiku, aku memiliki Allah SWT yang selalu memudahkan langkahku dan melimpahiku dengan kasih sayang dan pertolongan.
Pengalaman melahirkan yang selalu menimbulkan kepahitan dalam hatiku merupakan ujian yang harus kutempuh sepanjang hidupku. Aku bersyukur telah melewatinya dengan baik. Aku hanya berharap, anak-anakku tumbuh dengan baik dan kelak berhasil meraih cita-citanya.
Kisah inspiratif ini diceritakan oleh ibu Eti Susanti, ibu dengan tiga anak yang kini menduduki jabatan sebagai Executive Director di MLM Syariah HPAI.
Semoga kisah inspiratif ini bermanfaat bagi kita semua. Salam hangat…