Siapa yang sekarang atau dulu pernah Hamil Kebo? Kalau iya kita sama. Karena saya juga punya pengalaman hamil kebo.
Cerita Pengalaman Hamil Kebo
Hamil kebo itu istilah dimana sang ibu adem ayem, ga ngerasa mual, muntah berlebih, bahkan bawaannya pengen tidur dan rebahan terus.
Aku beruntung sekali, di kehamilanku yang pertama ini aku hamil kebo, mengingat aku dan suami merupakan perantauan dan hanya berdua saja di kota baru ini.
Di Trimester pertama terlebih pada bulan pertama kehamilan aku memang sempat mengalami yang namanya mual dan muntah ketika naik mobil bahkan hanya jika melakukan perjalanan jarak pendek aku bisa muntah banyak karena mencium aroma mobil.
Masuk bulan kedua aku sudah lebih baik, tidak ada lagi mual muntah, nafsu makan pun normal, bahkan aku sering merasa ngantuk dan bawaannya pengen tidur dan rebahan mulu.
Yaa..
Trimester pertama (TM1) dan kedua (TM2) aku lalui dengan santuuy dan sangat menikmati kehamilanku ini.
Di Trimester ketiga tensi darahku tiba-tiba naik..
Tapi ketika memasuki trimester ketiga (TM3) aku mendapat berita yang kurang enak. Tensi darahku tiba2 naik, dari yang tadinya normal bahkan sering dibawah 120/80 tiba-tiba melejit naik di angka 137/93. Karena belum cenderung terlalu membahayakan jadinya dokter hanya meresepkan vitamin khusus untuk menurunkan darah.
TM3 kulewati dengan harap-harap cemas, bahkan tiap interval beberapa jam aku selalu mengecek tensiku sendiri dengan tensimeter. Karena tensi yang semakin tinggi berdampak pada kaki ku yang membengkak dengan cepat.
Apabila aku sering berjalan atau terlalu lama berdiri, atau makan yang asin maka kaki seketika membengkak. Sepatu dan sandal pun tidak ada yang muat lagi, jika aku paksakan memakai flatshoes maka ketika kulepas bagian punggung kakiku akan ngecap bentuk flatshoes nya.
Tensi Semakin Naik menjelang Persalinan
Semakin mendekati minggu persalinan tensiku tidak turun tapi justru makin naik, padahal aku sudah sangat mengurangi asupan garam.
Bahkan pernah mencapai 160 untuk yg atas. Dokter pun memberikan rujukan tes lab untuk mengetahui adakah potensi preeklamsi untukku, jika iya aku tidak bisa melakukan persalinan normal dan tentu itu dapat membahayakan kami berdua.
Rasanya benar-benar takut sekali, sambil menunggu hasil lab aku berdoa memohon supaya hasilnya bagus.
daaan..
Puji Tuhan tidak ada kandungan protein dalam urinku, dengan kata lain tidak ada tanda preeklamsi. Namun dokter tetap berpesan jika ketika persalinan tensi lebih dari 150 beliau tetap tidak berani mengambil resiko persalinan normal.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.