Cerita tentang kehamilan memang tiada habisnya. Beragam kisah pasti sering kita dengan atau malah kita alami sendiri. Kali ini aku akan cerita tentang pengalaman hamil anak kembar dan riwayat kista.
Pengalaman Hamil Anak Kembar di Usia 40 tahun
Ada yang hamilnya penuh perjuangan, morning sick hebat, atau malah ada yang hamilnya ngebo. Bicara kehamilan ga asik kalau ga bicara tentang yang namanya ngidam. Wah seru banget ya kalau cerita hamil dan ngidamnya ini.
Saya seorang ibu 6 anak tapi dengan kehamilan 5 kali. Kok bisa? Iya karena yang hamil keenam itu kembar. Kali ini saya sedikit bercerita tentang hamil saya yang kelima yang insyaallah hamil terakhir ya bund, hehe…
Sejak kelahiran anak keempat, saya tidak menggunakan KB hormonal lagi, hanya KB alami. Hal ini saya lakukan karena atas saran dokter kandungan waktu itu.
Kebetulan ketika hamil anak keempat itu saya ada kistanya juga yaitu di sebelah kanan indung telur. Dan hal ini menyebabkan saya harus lahiran dengan sesar sedangkan ketiga kakaknya semua normal. Nah sejak itu saya disarankan tidak pakai KB hormonal dulu.
Hamil Anak Kelima di usia 40 tahun
Ya, namanya KB alami kemungkinan jebolnya lebih besar ya bun. Akhirnya hamil lah yang kelima di usia yang tak lagi muda, mendekati 40 thn.
Awal kehamilan kelima ini, seperti kehamilan pada umumnya. Mual mual dan mageran. Cuma bedanya mual mualnya lebih hebat. Dan ketika test pack itu kan saya ceritanya iseng, test packnya ga nungguin pagi setelah bangun tidur tapi di siang bolong. Eh kok kedetek juga ya.
Satu pekan sejak testpack, saya baru ke bidan, dan sudah siap rutin kesana nih pikirku. Tapi mual yang hebat, berbeda dengan kehamilan sebelumnya membuat saya harus periksa ke dokter kandungan.
Akhirnya saya periksa juga ke dokter kandungan terdekat yang ternyata buka hanya malam hari. Setelah antri sekitar 2 jam dan saya adalah pasien terakhirnya, pukul 10 malam, saya diperiksa dan di USG. Nah inilah detik detik kabar bahagia itu.
Ternyata saya Mengandung janin kembar
Saat itu saya hanya mengeluh mual mual yang berbeda dengan kehamilan sebelumnya. Karena takut kekurangan asupan maka saya periksa dokter agar diberi obat anti mualnya juga. Eh ga taunya pak dokternya malah senyum senyum sendiri. Dan eng ing eng….
“Bu, ibu punya keturunan kembar ya?”
“Maksudnya Dok?”
Saya mulai menebak nebak arah pembicaraan dengan pak dokter ini.
“Kayaknya suami saya ada Dok, budhe dan pakdhe nya kembar” saya menjawab masih dengan wajah penasaran
“Oh, pantesan. Selamat ya Bu, ibu hamil anak kembar!”
“Allahu Akbar! Allahu Akbar! “
Entah mengapa cuma kata kata itu yang bisa saya ucapkan. Kaget, senang, bahagia dan rasa tak percaya jadi satu. Bu bidan yang membantu pak dokter pun memeluk saya. Haru sekali suasana malam itu.
Dengan rasa gembira dan masih tak percaya, saya akhirnya pulang diantar seorang gadis tetangga saya karena suami lagi dinas luar kota. Pokoknya malam itu momen yang ga akan terlupakan. Momen malam itu menjadi anchor bagi saya ketika saya merasa lelah atau kewalahan menghadapi tingkah laku si kembar yang kini sudah 3 thn 5 bulan.
Pengalaman Ngidam selama Hamil Anak Kembar
Nah, selama kehamilannya bagaimana?
Lanjut yuk..
Karena ini hamil kembar yang belum pernah saya alami sebelumnya, saya lebih mempersiapkan diri dengan baik. Saya banyak membaca dan mencari info tentang kehamilan kembar. Mulai dari tanda tandanya, gejala yang dirasa, asupan makanannya, dan segalanya tentang kehamilan kembar. Hal ini saya lakukan agar kehamilan saya bahagia, nyaman, sehat, aman dan selamat.
Lalu bagaimana dengan ngidamnya?
Nah ini yang beda. Karena di kehamilan ini saya bener bener cari info yang lengkap dan terpercaya, akhirnya nemu juga materi yang namanya ngidam ini. Pada kehamilan ini yang menurut dokter merupakan kehamilan berisiko karena usia saya waktu itu mendekati 40 thn dan kehamilan sebelumnya sesar, saya harus benar benar menjaganya.
Saya tidak ingin terbawa mitos mitos negatif tentang ngidam yang selama ini menyebar di masyarakat.
Misal mitos kalau ngidam itu bayinya yang pengen, makanya mau ga mau harus dituruti,nanti kalau ga dituruti bisa ngeces. Atau mitos kalau orang ngidam itu boleh makan yang aneh aneh, padahal mungkin yang aneh aneh itu bisa saja berbahaya bagi si janin. Dan masih banyak mitos lainnya.
Mengapa saya fokus ke masalah ngidam? Ya karena saya baru tahu kalau ngidam itu bisa dijelaskan secara medis. Ngidam itu bukan sesuatu yang “sakral” yang kadang harus dipenuhi dengan alasan yang menurut saya kurang bijaksana.
Misalnya nih, ketika kita ngidam pengen makan yang asem asin, secara medis mungkin saja itu alarm tubuh kita memerlukan natrium. Kalau kita ngidamnya pengen makan coklat dan manis manis, bisa jadi secara medis tubuh kita butuh vitamin B. Dan masih banyak arti ngidam sesuatu jika dilihat dari kacamata medis ternyata alarm bagi tubuh kita untuk memenuhi kebutuhan zat tertentu.
Mengapa hal ini harus kita pahami? Ya, agar ketika kita dalam fase ngidam, ya kita bisa tahu sebenarnya tubuh kita ini butuh asupan apa.
Jadi kita ga perlu ngotot cari makanan yang sangat kita inginkan. Apalagi sampai dibela belain tengah malam atau dini hari mencari kesana kemari. Kasihan kan diri kita jadi kaya terobsesi harus makan ini itu, sedangkan mungkin saja makanan yang kita inginkan bisa kita dapatkan penggantinya dengan komposisi yang sama. Dengan seperti ini masa kehamilan kita tidak terasa horror karena percaya mitos ngidam yang negatif. Kehamilan kita jadi sehat, aman dan bahagia.
Melahirkan Anak Kembar dengan Selamat
Oiya, akhirnya alhamdulillah, saya melahirkan si kembar dengan selamat di usia kehamilan 36 weeks. Berat badan mereka normal, tidak prematur dan sehat wal afiat. Bayi pertama 2,5 kg dan bayi kedua 2,6 kg. Mereka kini semakin aktif, ceria dan sehat.
Finally, saya jadi bisa sedikit mengambil kesimpulan bahwa kehamilan yang sehat dan bahagia akan berdampak positif pada ibu dan bayinya. Jadi, usahakan ketika kita hamil apalagi dalam fase ngidam (mulai trimester 1 , puncaknya trimester 2 dan akan menurun pada trimester 3), kita jalani dengan pikiran yang jernih, pola hidup yang sehat dan hati yang bahagia. Insyaallah, ibu yang sehat dan bahagia akan melahirkan anak anak yang sehat dan bahagia juga.