Sudahkah Parents menerapkan pendidikan seksualitas pada anak-anak? Termasuk menjelaskan terkait dengan organ intim pada anak?
Punya anak lelaki berusia 8 tahun, saya sudah sering dibombardir dengan beragam pertanyaan yang mengejutkan. Pertanyaan yang terdengar sepele, tapi kenyataannya sulit untuk dijawab. Terlebih jika terkait dengan pendidikan seksualitas.
“Ibu…. aku tuh lahirnya bagaimana, sih?”
“Ibu… kenapa aku punya penis tapi ibu nggak punya?”
Familiar dengan pertanyaan yang terkait pendidikan seksual seperti ini? Jika saya dan suami sering menjelaskan pendidikan seksual, termasuk soal organ intim yang dimilikinya, bagaimana dengan Parents yang memiliki anak perempuan dan bertanya mengenai organ intim anak lelaki?
Setidaknya, saya sering mendengar ada beberapa teman yang memiliki dua orang anak, perempuan dan lelaki dan anak perempuannya bertanya tentang alat kelamin saudara lelakinya, yang berbeda dari dirinya.
Jika hal ini terjadi, ada beberapa hal yang perlu diketahui saat menjelaskan organ intim penis pada anak perempuan.
Ini yang perlu Parents perhatikan saat memberikan pendidikan seksualitas pada anak:
1. Tidak perlu menjadikannya masalah yang besar
Selama ini, bagaimana Parents menjelaskan terkait organ intim anak? Sama seperti saat Anda menjelaskan anatomi dan fungsi vagina pada putri Anda, hal ini pun bisa diterapkan saat menerangkan terkait penis.
Menjelaskan pendidikan seksualitas pada anak, terutama tentang organ intim, baik vagina ataupun penis, tentu saja perlu mengingat sejauh mana pemahaman anak lebih dulu. Oleh karena itu, penting bagi Parents untuk bertanya, apa yang diketahui si kecil terkait dengan organ intim, baik penis ataupun vagina.
Biasanya, pemahaman anak ini akan terkait dengan usia anak. Semakin besar usianya, tentu saja rasa keingintahuan dan tingkat pemahaman anak juga akan semakin besar. Dengan begitu, penjelasan pun perlu lebih detail.
2. Jelaskan pendidikan seksualitas secara jujur
Tidak bisa dipungkiri, masih banyak orangtua yang merasa jengah menggunakan kata penis atau vagina.
Ujung-ujungnya, orangtua sering kali menggunakan istilah untuk menyebutkan organ intim, misalnya menggunakan kata ‘burung’ untuk penis, atau malah hanya menyebutkan dengan sebutan ‘itu’ sambil menunjuk organ intim.
Ketahuilah bahwa menggunakan istilah yang tidak tepat seperti ini hanya membuat anak bingung. Untuk itu, hindari untuk menggunakan istilah yang tidak tepat. Toh, sebenarnya vagina atau penis merupakan anatomi tubuh seperti kepala atau tangan.
Jadi, untuk apa mengatakan dan menyebutkannya dengan benar dan jujur?
Tetapi yang lebih penting, ketika memberi penjelasan jujur bisa membantu gadis kecil Anda melindungi diri dari predator seksual.
Selain punya kemampuan menyebutkan bagian tubuh dengan benar, hal ini tentunya menjelaskan bahwa area tersebut merupakan area pribadi, yang tidak boleh dilihat, apalagi disentuh oleh orang lain.
3. Penis dan vagina: Sama tetapi berbeda
Salah satu cara untuk menghilangkan kecanggungan adalah memberi tahu putri Anda bahwa penis pada laki-laki sebenarnya memiliki fungsi yang tidak berbeda jauh dari vagina. Namun memang bentuk dan namanya berbeda, untuk membedakan seorang anak laki-laki dan perempuan.
Sekali lagi, dua fungsi utama penis dapat dijelaskan berdasarkan usia dan tingkat pemahaman anak Anda.
Jika usia si kecil sudah lebih dari 5 tahum, biasanya anak-anak sudah mengerti bahwa penis merupakan alat reproduksi. Di mana penis bertugas untuk memberikan sperma ke dalam vagina perempuan agar bisa berbuah menjadi bayi.
Ingat, bahwa Parents harus lebih dulu mengetahui sejah mana pengertian atau pemahaman anak.
Jika memang ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab saat itu juga, tidak perlu memaksakan diri. Parents bisa menunda untuk menjawabnya, namun jangan lupa untuk menjawab jika sudah mengetahui jawaban yang tepat.
4. Hindari diskusi yang formal
Memberikan pendidikan seks pada anak memang bukan perkara mudah. Jika Parents tidak membekali diri lebih dulu, tentu saja akan membuat sulit untuk menjelaskannya.
Meskipun begitu, salah satu langkah penting yang perlu dilakukan adalah Parents tidak perlu membuatnya menjadi “diskusi serius”, hal ini justru akan berpotensi membuat anak semakin bingung. Diskusi pun bisa berujung dengan kondisi yang tegang.
Menjelaskan alat kelamin sebaiknya tidak perlu berbelit belit dan menggunakan kata sederhana yang bisa dipahami anak. Menjelaskan fungsi kelamin ini, justru akan membuka pintu di kemudian hari untuk melakukan diskusi terkait pendidikan seksualitas.
5. Jika anak mulai bingung dan tidak nyaman, tidak perlu melanjutkan diskusi
Coba perhatikan bagaimana respon anak? Apakah ia terlihat bingung dan tidak nyaman mendengar penjelasan Anda tentang pendidikan seksualitas ini? Jika hal ini terjadi, tak perlu meneruskan diskusi.
Jika penjelasan terlalu panjang, justru hanya bisa membuatnya bingung dan tidak memahami apa yang Parents jelaskan.
Semoga bermanfaat!
Disadur dari artikel Nalika Unantenne theAsianparent Singapura
Baca juga :
Inilah Panduan Pendidikan Seksual untuk Anak Menurut UNICEF dan WHO