Membicarakan seks dengan anak? Amat menggelisahkan hati sebagai orangtua. Orangtua masih beranggapan pendidikan seks adalah hal yang tabu untuk dibicarakan dan lebih baik menghindari pembicaraan tersebut. Karena orangtua masih beranggapan dengan membicarakan seks seakan-akan orangtua mengajak atau ingin anak-anak melakukannya.
Tujuan Pendidikan Seks untuk Anak
Seiring perkembangan teknologi informasi, di mana anak-anak dapat memperoleh informasi dengan mudah, maka sudah sepantasnya orangtua membuka rasa segan, risih dan tabu tersebut, sebelum anak-anak memperoleh pengertian mereka sendiri mengenai seks yang tidak sesuai dengan yang norma susila, tubuh serta moral. Dengan membicarakan seks dengan anak, kita membantu anak-anak untuk mengembangkan perilaku seks yang sehat dan mengajarkan pemikiran tentang seks yang bertanggungjawab.
Pendidikan seks dengan anak sejak dini adalah penting dalam tumbuh kembang anak kita, serta termasuk di dalamnya menjawab pertanyaan anak-anak kita secara jujur, dengan mempertimbangkan kematangan dalam usianya ketika mengajukan pertanyaan seputar seks. Dan ini merupakan strategi yang sangat baik. Pengertian anak mengenai seks dapat dibagi menjadi beberapa tahap, sehingga membicarakan seks dengan anak harus disesuaikan dengan tahapan-tahapan tersebut.
Pendidikan seks untuk anak sesuai perkembangannya
Pendidikan seks anak usia 2 sampai 3 tahun
Mulailah dengan menamakan bagian kelamin mereka dengan benar, sesuai dengan nama yang sebenarnya, seperti “penis” dan “vagina.” Menggunakan kata lain dan julukan untuk alat kelamin anak akan membingungkan mereka.
Pendidikan seks anak usia 3 sampai 4 tahun
Anak mulai bertanya darimana bayi berasal. Tapi mereka belum mengerti mengenai detail dari alat reproduksi tersebut, sehingga jawablah dengan sederhana sesuai dengan usia mereka saja, seperti, “Ibu memiliki rahim di dalam perut Ibu, dan di dalam rahim mami itulah, kamu hidup dan membesar hingga akhirnya siap untuk dilahirkan ke dunia.”
Usia 5 sampai 6 tahun
Pengetahuan secara global bagaimana bayi dibuat dengan cara mengatakan, “Ibu dan Ayah yang membuat kalian.” Atau dengan penjelasan yang lebih detail, “Bagian sel Ayah yang terkecil, sperma, bertemu dengan bagian sel Ibu yang terkecil, sel telur. Mulai dari pertemuan itulah terbentuk kamu di dalam rahim Ibu.”
Usia 6 sampai 7 tahun
Pada usia ini mulai diberikan pengertian mengenai pengertian dasar dalam hubungan seks. Orangtua dapat mengatakan, “Alam atau Tuhan menciptakan tubuh lelaki dan perempuan yang saling melengkapi seperti permainan puzzle. Ketika penis dan vagina bertemu, sperma seperti kecebong, akan berenang melalui penis menuju ke sel telur.” Jelaskan juga pada anak apa yang orangtua pikirkan mengenai seks dan hubungan. Sebagai contoh; “Seks adalah salah satu cara orang dewasa untuk mengungkapkan perasaan cinta mereka satu sama lainnya.”
Usia 8 sampai 9 tahun
Jelaskan kepada anak mengenai pentingnya seks dan kemungkinan besar anak-anak sudah mengetahuinya melalui media dan teman-temannya. Pada usia ini anak bisa menerima penjelasan dasar dalam segala topik termasuk pemerkosaan. Orangtua dapat menjelaskan mengenai pemerkosaan seperti; “Pemerkosaan adalah saat seseorang memaksa orang lainnya untuk melakukan hubungan seks dan itu adalah salah.”
Baca Juga: Inilah Panduan Pendidikan Seksual untuk Anak Menurut UNICEF dan WHO
Usia 9 sampai 11 tahun
Perubahan terjadi karena anak mulai memasuki masa puber. Dan pada masa ini mereka telah siap untuk membicarakan seks dan topik yang terkait seks lainnya yang telah anak lihat pada saat mereka menonton atau mendengar berita di radio, televisi, atau media sosial lainnya.
Usia 12
Pada usia ini, anak mulai merumuskan nilai dan pengertian mereka sendiri, jadi lebih sering menanyakan dan membicarakannya agar mereka tetap mendapatkan konteks yang benar dan tepat dari sumber informasi yang benar. Tapi ingat jangan melebih-lebihkan dalam penjelasan dan meluapkan kekuatiran sebagai orangtua. Kemungkinan jika sudah terjadi demikian Anak tidak akan terbuka untuk bercerita pada Anda lagi, bukankah hal ini tidak diinginkan?
Sisihkanlah rasa kekuatiran dalam diri orangtua kepada anaknya dengan terus membawa dalam doa, sambil tetap menjalin hubungan dan komunikasi yang akrab dengan anak serta pasangan.
Artikel yang terkait lainnya:
Pendidikan Seks: Kapan Terjadi Kehamilan