Dunia pendidikan di Indonesia kembali dikejutkan dengan berita pelecehan seksual di sebuah SMP negeri, di Jakarta. Seorang adik kelas diketahui telah memaksa salah seorang kakak kelasnya untuk melakukan tindakan oral seks di depan teman-temannya. Tragisnya, pelaku pelecehan seksual dan kelima orang teman lainnya kemudian merekam adegan asusila tersebut melalui kamera Blackberry mereka (Metro, Sindonews Jum’at 18 Oktober 2013).
Kejadian itu sendiri berlangsung sebulan yang lalu, tepatnya pada tanggal 13 September 2013. Namun karena takut dan malu, korban baru bercerita kepada keluarganya beberapa hari yang lalu. Saat ini kasus tersebut masih dalam pemeriksaan polisi. Sebagai tindak nyata dari kasus ini, Kepala Dinas DKI Taufik Yudi Mulyanto, meminta seluruh kepala sekolah beserta stafnya untuk selalu hadir sebelum dan sesudah jam sekolah. Taufik menekankan agar setiap sudut sekolah diawasi agar kejadian pelecehan seksual tidak berlangsung kembali.
Di balik maraknya pelecehan seksual oleh pelajar sekolah
Tindakan asusila semacam ini seringkali dikaitkan dengan tingkat moral serta pemahaman tentang seks yang sehat. Pendapat ini tak bisa disalahkan karena keberanian seseorang untuk melanggar norma masyarakat tentulah terkait dengan tingkat moral seseorang. Pengetahuan serta implementasinya tentang hal mana yang boleh dan tidak boleh, juga rasa tanggung jawab terhadap pribadi dan sosial tak dapat dilepaskan dari tingkat moral dan kesadaran pribadinya (social awareness)
Apa itu kesadaran sosial, ada pada artikel ini
Selanjutnya, bagaimana peran keluarga dalam hal ini? Bacalah di halaman berikut ini:
Sementara kaitannya dengan pendidikan seks , pemahaman akan safe sex serta implementasinya dalam kehidupan sehari-hari, ternyata belum dipahami oleh kebanyakan siswa-siswi disekolah. Pendidikan seks memang sudah masuk dalam kurikulum sekolah (mata pelajaran Biologi dan Reproduksi manusia); sayangnya, pendidikan ini baru sampai tahap anak mengetahui dan mengerti saja, belum dapat mengurangi resiko pelecehan seksual.
Saat mencoba bertanya kepada beberapa siswa dan siswi SMP sejauh mana mereka mengerti tentang seks dan kemudian apakah mereka memiliki rasa tanggung jawab terkait hal tersebut; jawaban yang seperti diataslah yang saya peroleh; hanya seputar organ reproduksi. Padahal seharusnyalah pendidikan seks bermuara pada kesadaran pribadi akan seks yang sehat, perlidungan diri akan pelecehan seksual, kehamilan diusia dini, informasi salah dari media masa, serta kemungkinan akan penyakit infeksi seksual yang menular.
Awalnya adalah keluarga
Agar tujuan pendidikan seks yang sebenarnya dapat tercapai, maka peran keluarga dalam pendidikan seksual anak tetaplah penting. Sangat disarankan untuk memulainya semenjak dini, dengan, misalnya mulai memperkenalkan perbedaan antara seorang wanita dan seorang pria. Dilanjutkan dengan menanamkan rasa malu dan kemudian menumbuhkan kesadaran diri akan seks yang sehat. Untuk itu ada tiga persyaratan utama yang orang tua harus miliki dalam memberikan pendidikan seks yang tepat untuk anak.
1. Pengetahuan yang memadai
Seks, sesungguhnya hanyalah merupakan perbedaan biologis antara pria dan wanita. Sementara seksualitas, mencakup pengertian yang lebih luas. Termasuk dialamnya adalah kesehatan organ reproduksi, bagaimana nafsu birahi muncul dan apa solusinya, ketertarikan terhadap lawan jenis, hingga orientasi seksual seseorang. Pemahaman seks dan seksualitas inilah yang perlu orang tua pahami dan kemudian ajarkan kepada putra-putrinya dirumah.
Lalu bagaimana bila ternyata orang tua tidak memiliki pemahaman akan kedua hal diatas? Mudah saja, orang tua dapat meminta lembaga swadaya masyarakat atau badan terkait untuk membantu mereka menjelaskan tentang kedua hal tersebut diatas. Saat ini ada begitu banyak LSM atau lembaga swadaya masyarakat yang dapat memberikan konseling kepada remaja atau anak-anak tentang pendidikan seks semenjak dini.
Simak cara memberikan pendidikan seks sesuai usia pada link ini
Poin ke-2, adalah tentang komunikasi. Bacalah di halaman berikut ini:
2. Ketrampilan berkomunikasi
Bagi masyarakat dengan budaya timur, memberikan pendidikan seks kepada anak sesungguhnya tidaklah mudah. Untuk itu sangat disarankan memberikan pendidikan ini sesuai dengan usia, terlebih bagi mereka anak-anak yang masih dibawah umur.
Tip untuk mengatasinya, cobalah bicaralah dengan santai dan tidak berkesan menggurui. Jadilah teman berbagi untuk anak.
3. Keterbukaan
“Saya hanya akan mengamati kebiasaannya sehari-hari. Jika nanti saya menemukan tingkah atau ucapannya yang tidak sesuai, barulah saya akan selidiki dan ajak bicara sesuai dengan usianya,” ungkap seorang Bapak tentang triknya dalam memberikan pendidikan seks untuk anak. Jadi, misalkan anak bertanya apa itu seks, cobalah parents tanyakan darimana ia mendengar istilah tersebut, mengapa ingin tahu dan kemudian jawab seperlunya. Untuk anak pada tingkatan remaja, kaitkan hal ini dengan diskusi moral serta pergaulan bebas dan akibatnya bila dilakukan pada anak seusia mereka.
Nah, Parents, mari kita jaga semaksimal mungkin putra-putri kita, serta ajarkan kepada mereka kesadaran diri dan sosial, agar terhindar dari tindakan atau melakukan pelecehan seksual juga tindak kekerasan lainnya.
Simak juga artikel;