Beberapa ilmuwan menyarankan perempuan untuk menghindari konsumsi obat paracetamol saat hamil, setelah sebuah penelitian bertaraf internasional menemukan bahwa tikus hamil yang terpapar paracetamol, melahirkan bayi jantan yang tidak maskulin dan menolak kawin dengan betina saat dewasa,
Melansir dari Standard, penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Universitas Copenhagen, dengan melibatkan peneliti dari Brazil, Amerika Serikat, Swedia, dan Perancis. Gabungan para ahli ini, menemukan adanya kaitan antara janin lelaki yang terpapar paracetamol dengan program di dalam otaknya ketika tumbuh dewasa.
Penelitian ini menggunakan tikus yang sedang mengandung bayi jantan sebagai bahan percobaan. Mereka menemukan, tikus jantan yang terpapar parasetamol kurang agresif dan cenderung enggan untuk kawin denga tikus betina. Dibandingkan tikus jantan yang tidak terpapar parasetamol ketika dalam kandungan.
Penelitian ini merupakan tindak lanjut dari studi sebelumnya, yang dilakukan oleh tim peneliti yang sama. Pada studi tersebut, mereka menemukan bahwa parasetamol bisa memengaruhi organ reproduksi pada manusia serta hewan pengerat.
Normalnya, organ genital dan sistem saraf pada mamalia jantan menjadi maskulin pada saat tumbuh kembang janin di dalam kandungan dan masa kanak-kanak. Dipengaruhi oleh testoteron di otak.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Reproduction, menemukan bahwa tikus yang terpapar parasetamol di rahim, memiliki perilaku agresif yang kurang saat disusupi oleh jenis kelamin yang sama. Serta lebih sedikit interaksi dan ejakulasi saat sedang kawin dengan betinanya.
Peneliti mengatakan, “Penemuan ini menambahkan bukti untuk rekomendasi pembatasan paparan dan penggunaan paracetamol saat hamil pada perempuan.”
Artikel Terkait: 13 Zat Kimia pada Kosmetik dan Produk Kecantikan yang Harus Dihindari Saat Hamil
Namun demikian, tidak semua pakar setuju akan hasil dari penelitian ini. Profesor Ieuan Hughes misalnya, pakar dari Universitas Cambridge ini menyatakan bahwa belum ada cukup bukti, yang bisa menghalangi wanita mengonsumsi paracetamol saat hamil sesuai gejala sakit yang mereka alami.
“Penelitian ini memang menambah bukti data, bahwa obat analgesik seperti parasetamol bisa memengaruhi organ reproduksi dan otak pada hewan pengerat. Namun belum ada bukti nyatanya pada manusia,” ujarnya.
Beberapa pakar menyatakan, penelitian ini tidak cukup kuat. Karena biasanya wanita hamil minum parasetamol dalam jangka waktu 24-48 jam saja. Sedangkan hewan pengerat diberikan parasetamol setiap hari. Sehingga hasilnya tidak bisa digeneralisasi pada mahluk mamalia lainnya.
Dr. Rod Mitchell dari Universitas Edinburgh mengatakan,”Studi ini menunjukkan bahwa paparan parasetamol selama 7 hari berturut-turut, bisa mengurangi produksi testosteron pada testis janin bayi manusia. Tetapi, paparan singkat selama 24 jam tidak memiliki dampak yang sama.”
Sementara itu, Dr. Ali Abbara dari Imperial College London berujar, “Akan sangat bermanfaat untuk dilakukan penelitian lebih banyak, terkait keamanan penggunaan paracetamol saat hamil pada manusia.”
Dr Channa Jayasena, yang juga dari Imperial College turut menanggapi. Ia menyampaikan, “Tikus 1000 kali lebih rentan dari manusia. Jadi untuk membandingkan efeknya dengan manusia sangatlah riskan.”
“Ketika dosisnya disesuaikan dengan berat badan, tidak ada dampak negatif terlihat pada tikus, hanya dosis berlebihan yang menyebabkan masalah. Kita memang harus berhati-hati pada keamanan sebuah obat, namun kita perlu bukti yang lebih nyata sebelum menyatakan bahwa paracetamol saat hamil tidak aman bagi bayi dan ibu,” pungkasnya.
Bagi Bunda yang merasa sakit saat hamil, sebaiknya konsultasi dulu dengan dokter sebelum mengonsumsi obat jenis apapun. Agar diberikan resep yang aman bagi Bunda dan bayi di dalam kandungan.