6 Langkah Mudah Membiasakan Anak Mandiri dan Menghemat Waktu Ibu

Berikut adalah panduan bagi Bunda untuk membesarkan anak mandiri.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Anak mandiri adalah hasil sebuah proses

Sudah tidak diragukan lagi bahwa semua orangtua pasti merasakan kelelahan. Anda kira Anda sudah menyelesaikan segalanya dan bisa beristirahat dengan nyaman, anak-anak malah mengajak bermain. Jangan khawatir, Bunda. Berikut adalah beberapa tips parenting yang bermanfaat untuk membuat anak mandiri.

Saya teringat saat-saat ketika saya masih mempunyai satu jagoan kecil. Menurut saya sepertinya sudah menjadi seorang ibu yang terampil dan cekatan, karena semua pekerjaan rumah terselesaikan.

Saya masih tetap mempunyai waktu untuk berlama-lama di kamar mandi, merancang kegiatan-kegiatan elaboratif, membacakan ribuan buku cerita, dan masih bersemangat untuk mengikuti acara pertemuan rutin bersama tetangga atau teman.

Lalu, lahirlah anak kedua. Saya mulai merasa sepertinya saya selalu tidak punya cukup waktu. Ada dua anak untuk dibacakan ribuan buku yang berbeda, dua anak untuk dimandikan, dua anak untuk merencanakan aktivitas dan, tentu saja, dua anak untuk dididik menjadi orang baik di masa mendatang.

Itu berlanjut hingga hadirlah anak ketiga dan anak keempat.

Saya akui, saya lebih memilih bekerja di depan laptop atau bersantai sambil membaca komik dan novel, dan membiarkan anak-anak berkutat dengan mainan mereka sepanjang hari. Berita baiknya, saya jadi menyadari bahwa sesungguhnya tidak apa-apa menjadi ibu yang punya kesibukan sendiri.

Saya bisa punya waktu lebih untuk menyelesaikan pekerjaan, dan anak-anak saya belajar menjadi anak mandiri.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Anak-anak memang memerlukan kasih sayang dan perhatian ketika mereka masih bayi. Setelah mereka balita dan berusia di atas lima tahun, kita harus membiarkan mereka sendiri dalam hal-hal tertentu.

Halaman berikutnya, panduan bagi Bunda untuk membesarkan anak mandiri:

1. Biarkan mereka bermain hingga kotor. Biarkan mereka mandi sendiri.

Saat membaca sebuah tulisan yang mengulas tentang TMA Homeschool Conference 2015, saya merasa sangat lega. Salah satu pembicaranya, Joy Mendoza, membicarakan tentang membiarkan anak-anak yang mandi sendiri di awal usia mereka yang ketiga.

Joy mengatakan bahwa dengan melakukan hal itu, anak-anak belajar tentang cara merawat tubuh mereka, bahwa bagian pribadi mereka harus tetap menjadi pribadi, dan mengurangi satu pekerjaan ibu!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saya senang karena semua poin yang ia sebutkan benar, terutama yang ketiga. Namun sesungguhnya saya merasa agak bersalah karena saya telah membiarkan anak kedua saya mandi sendiri, bahkan sebelum usianya empat tahun. Saya sangat lega mengetahui ada ibu-ibu di luar sana yang melakukannya.

2. Jangan pedulikan mereka. Biarkan mereka bermain sendiri.

Saya merasa puas bisa menyekolahkan anak-anak saya tapi saya juga menyukai pekerjaan saya. Pada mulanya, saya tahu bahwa saya harus meluangkan waktu untuk mereka karena mereka adalah alasan utama saya untuk bekerja di rumah. Inilah yang saya lakukan.

Saya membiarkan mereka di sore hari ketika saya sedang bekerja. Saya merasa nyaman dengan fakta bahwa dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak berkembang dengan permainan yang tidak terstruktur. Jadi, saya tidak menghibur dan menemani mereka bermain sepanjang waktu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3. Suruh mereka beres-beres. Biarkan mereka membereskan mainannya sendiri.

Saya akui saya tidak suka melihat barang-barang berantakan, tapi saya juga kadang-kadang terlalu lelah untuk membereskan semuanya. Solusi saya? Biasakan mereka untuk membereskan barang-barangnya sendiri.

Akhir-akhir ini, saya semakin yakin – dengan menjadi tegas dan konsisten – bahwa mereka harus mengemasi barang-barang mereka setiap malam. Saya memberitahu mereka bahwa ruang bermain adalah tanggung jawab mereka dan mereka tidak boleh tidur sebelum semuanya rapi dan ada di tempatnya.

Saya juga yakin hal ini bisa diberlakukan pada pekerjaan rumah tangga lain, yang tentu saja sesuai dengan kemampuan masing-masing anak. Mereka jadi mengerti bahwa pekerjaan rumah tangga bukan hal yang mudah, namun wajib dilaksanakan.

Membiasakan anak mandiri bukan berarti kita tak sayang pada mereka.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

4. Biarkan mereka berlarian tanpa baju. Biarkan mereka berpakaian sendiri.

Berbagai website parenting juga menekankan pentingnya anak berpakaian dan memakai sepatu sendiri begitu mereka menunjukkan minat untuk melakukannya, meskipun itu memerlukan waktu yang cukup lama. Sensasi perasaan berhasil menyelesaikan sesuatu bisa Anda lihat di wajah mereka dan itu tak ternilai.

5. Biarkan mereka bertengkar. Biarkan mereka mengetahui cara mengatasi perbedaan pendapat.

Saya sering merasa jengkel saat anak-anak saya tiba-tiba bertengkar. Saya biasanya menengahi dan membantu menyelesaikan pertengkaran itu. Sampai saat ini, saya selalu merasa takjub karena melihat mereka yang bisa bercengkrama kembali dengan cepat.

Dari waktu ke waktu, mereka akan belajar cara mengatasi masalah mereka dan kembali bermain bersama. Mungkin kederangannya sepele, tapi ini juga termasuk langkah awal untuk membiasakan anak mandiri.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

6. Biarkan mereka jatuh. Biarkan mereka belajar untuk berdiri sendiri setelah terjatuh.

Satu-satunya perempuan di antara keempat anak saya adalah anak yang paling sering jatuh karena sifatnya yang ceroboh dan grusa-grusu. Saya hanya melihat saja saat dia berlarian di depan rumah yang jalannya cukup menanjak, meski dalam hati khawatir juga.

Tapi lama-kelamaan dia sudah tidak lagi menangis saat jatuh dan hanya pulang ke rumah untuk melapor, “Ma, kakiku sakit. Aku tadi jatuh.” Berita baiknya, dia sudah lebih berhati-hati di mana pun dia berada.

Parents, itulah beberapa tips untuk membesarkan dan membiasakan anak mandiri. Awalnya memang tidak mudah, tapi hasilnya akan indah.

Sumber referensi: