Masing-masing daerah di Indonesia memiliki busana tradisional atau pakaian adat tersendiri, termasuk provinsi Sulawesi Utara. Karena merupakan tempat dari berbagai jenis suku, pakaian adat Sulawesi Utara memiliki cukup banyak jenis yang berbeda-beda.
Provinsi Sulawesi Utara merupakan rumah dari banyak suku, seperti Suku Sangihe Talaud, Minahasa, dan Bolaang Mongondow. Seperti pakaian adat Indonesia lainnya, pakaian adat Sulawesi Utara juga memiliki ciri khas tertentu seperti motif-motif khusus dan warnanya yang cukup mencolok.
Yuk intip jenis-jenis pakaian adat dari Provinsi Sulawesi Utara berikut ini!
Artikel Terkait: 5 Fakta Menarik tentang Kolintang, Alat Musik Khas Minahasa yang Mendunia
8 Pakaian Adat Sulawesi Utara
1. Baju Adat Suku Sangihe Talaud, Laku Tepu
Sumber: Pariwisata Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara ditempati oleh berbagai suku, salah satunya adalah suku Sangihe Talaud. Suku tersebut memiliki pakaian adat yang bernama Laku Tepu. Laku Tepu adalah baju lengan panjang yang memiliki ciri khas berupa untaian.
Biasanya, Laku Tepu dipakai bersama dengan sejumlah aksesoris yaitu popehe (ikat pinggang), bandang (selendang), paporong (penutup kepala), dan kahiwu (rok berumbai). Dulu Laku Tepu terbuat dari serat kofo, yaitu semacam tanaman pisang yang ditenun dan dijahit.
Warna dari Laku Tepu biasanya cerah mencolok. Warna baju Laku Tepu yang berbeda mencerminkan tingkatan kelas sosialnya, contohnya warna kuning untuk sesepuh adat dan warna hijau untuk istri pejabat.
2. Pakaian Adat Sulawesi Utara Bolaang Mongondow
Sumber: Liputan6
Suku Bolaang Mongondow di Sulawesi Utara memiliki pakaian adat yang terbuat dari serat kulit kayu atau pelepah nenas. Serat kayu ini disebut dengan nama Lanut, yang kemudian ditenun hingga menjadi kain.
Untuk kaum perempuan, bajunya berupa kain dan kebaya. Sementara untuk yang laki-laki bajunya disebut Baniang, dikenakan bersama celana dan sarung.
Artikel Terkait: Bukan Hanya Coto Makassar, Ini 11 Makanan Khas Sulawesi yang Bisa Memanjakan Lidah
3. Tonaas dan Walian Wangko
Sumber: Tambahpinter
Kedua pakaian tradisional Tonaas Wangko dan Walian Wangko umumnya hanya dipakai oleh para pemuka adat.
Tonaas Wangko adalah baju lengan panjang dengan kerah tinggi berkancing tanpa saku. Di bagian dadanya dihias dengan motif padi yang dimulai dari leher hingga ujung bagian depan. Tonaas Wangko berwarna hitam dan motifnya berwarna keemasan. Biasanya dipakai bersamaan dengan topi warna merah yang bermotif kuning.
Untuk perempuan, Tonaas Wangko-nya berupa kebaya panjang berwarna putih atau ungu. Untuk bagian bawahnya digunakan kain sarung batik berwarna hitam dan aksesoris seperti selempang dan topi mahkota.
Sementara Walian Wangko berupa kemeja panjang menyerupai jubah atau gamis berwarna putih yang sama-sama dihiasi corak bunga padi.
4. Baju Karai dan Wuyang
Sumber: Orami
Baju Karai dan Wuyang berasal dari suku Minahasa yang mendapat pengaruh dari budaya bangsa Spanyol yang menjajah mereka dahulu.
Karai adalah pakaian yang terbuat dari ijuk, dan berupa baju tanpa lengan berwarna hitam. Pakaian ini dikenakan oleh kaum laki-laki.
Kaum perempuannya mengenakan baju Wuyang yaitu busana mirip kebaya yang terbuat dari kulit kayu. Di atasnya dikenakan pasalongan rinegetan, baju yang mirip dengan blus atau gaun.
Baju Karai dan Wuyang juga mendapat pengaruh dari budaya Tiongkok, oleh karena itu kita dapat menemukan motif-motif seperti burung dan bunga-bungaan.
5. Pakaian Adat Sulawesi Utara, Baju Adat Gorontalo (Makuta & Biliu)
Sumber: Blogkulo
Pakaian adat dari Gorontalo Sulawesi Utara berupa kebaya tanpa motif yang dikenakan bersama sarung.
Perempuan Gorontalo mengenakan baju adat bernama Biliu yang berwarna hijau atau kuning. Baju ini dilengkapi dengan aksesoris berupa perhiasan seperti gelang dan kalung, serta ikat kepala bernama Baya Lo Boute.
Untuk kaum pria mengenakan baju adat yang bernama Makuta. Makuta adalah pakaian berlengan pendek yang dipakai dengan aksesoris tudung Makuta. Biasanya busana ini digunakan saat berlangsungnya acara pernikahan.
Artikel Terkait: Pakaian Adat Sulawesi Selatan dari Baju Bodo Sampai Baju Bella
6. Minahasa Bajang
Sumber: Celebes
Baju tradisional ini berasal dari Suku Minahasa yang tinggal di Sulawesi Utara. Masyarakat Minahasa sejak dulu memintal kapas untuk dijadikan kain, kemudian kain tersebut digunakan untuk pakaian sehari-hari. Kain hasil pintalan kapas tersebut diberi nama Bajang.
Pakaian Minahasa Bajang sendiri terdiri dari bawahan berupa sarung untuk laki-laki dan dikenakan bersama dengan dasi dan destar penutup kepala berupa kain segitiga.
Sementara untuk perempuan mengenakan kebaya dan kain bawahan yang disebut dengan nama Yapon. Baju adat Minahasa Bajang umumnya dikenakan pada upacara adat atau acara formal lainnya.
7. Kohongian
Sumber: Pinhome
Kohongian adalah pakaian adat yang tidak bisa dipakai oleh sembarangan orang. Pada zaman dahulu, Kohongian hanya boleh dipakai oleh kaum bangsawan dan satu tingkat di bawahnya pada acara pernikahan.
Seiring berkembangnya zaman, kini kohongian dapat digunakan oleh siapa saja tanps memandang status sosialnya.
8. Pakaian Adat Sulawesi Utara Simpal
Sumber: Liputan6
Sama seperti Kohongian, Simpal adalah busana pengantin Sulawesi Utara yang pada zaman dahulu hanya boleh dikenakan golongan pendamping pemerintahan di kerajaan.
Simpal berupa baju dan celana yang umumnya berwarna hitam dengan motif emas untuk laki-laki, dan baju terusan yang dikenakan bersama dengan kain songket oleh perempuan.
***
Menarik bukan jenis-jenis pakaian adat dari Sulawesi Utara? Meski kini tak lagi digunakan dalam kesehariannya, masyarakat Sulawesi Utara masih kerap menggunakan baju tradisional untuk acara penting seperti pernikahan atau upacara-upacara penting lainnya.
Baca Juga:
Kenalan dengan Kain Tenun Sengkang, Warisan Turun Temurun dari Sulawesi Selatan
Mengintip Keindahan Pulau Sombori, 'Raja Ampatnya' Sulawesi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.