Pernahkah Parents memerhatikan gerakan berulang yang kerap dilakukan anak? Misalnya kerap mengedip-kedipkan mata, memonyong-monyongkan bibir tanpa sebab? Tahukah bahwa gerakan tersebut merupakan ganguan tic?
Adalah Arni, seorang ibu muda yang memiliki satu orang anak berusia 5 tahun yang diberi nama Arya.
Arni menuturkan, hampir sebulan belakangan ini dirinya kerap melihat perilaku yang tidak biasa pada anaknya. Menurutnya, sang putra kini kerap melakukan gerakan berulang-ulang, yaitu mengedipkan mata.
Semula, Arti curiga jika anaknya memiliki gangguan pada matanya. Namun, setelah membawa ke dokter mata, tidak ditemukan hal yang mencurigakan. Bahkan dokter mengatakan, pengliatam Arya sangat baik.
Hal ini pun akhirnya menggerakan Arti untuk mencari tahu alasan di balik refleks mengedipkan mata yang dilakukan oleh buah hatinya.
“Akhirnya mencoba cari tahu sendiri. baca-baca beragam artikel, mengikuti forum kesehatan anak, sampai akhirnya saya juga konsultasi dengan teman yang memang berprofesi sebagai dokter. Setelah dicek, temen saja curiga kalau anak saya mengalami tic.”
Mengenal istilah tic
Dikutip darai lama HaloDoc, tic ini dikenal juga dengan sindrom tourette.
Sindrom Tourette (TS) ini sendiri merupakan gangguan neurologis yang ditandai dengan gerakan involunter dan berulang-ulang, stereotipikal, dan vokalisasi yang disebut dengan tics.
Sayangnya, sampai saat ini masih tidak ada yang tahu pasti apa yang jadi penyebab munculnya gangguan ini pada anak.
Namun, kemunculannya bisa saja disebabkan oleh faktor psikologis, bisa juga akibat prilaku imitatif akibat sering melihat contoh yang ada di sekitarnya.
Ada juga dugaan bahwa perilaku ini muncul akibat ada bagian otak yang terganggu, terutama di daerah ganglia basalis, namun gangguan ini tidak bisa dideteksi dengan alat yang paling canggih sekalipun.
Gangguan ini kerap menyerang anak laki-laki yang berusia antara 5-10 tahun, dan biasanya muncul sebagai gerakan pada otot-otot wajah yang berlangsung lebih dari seminggu.
Ada dua macam Tic:
1.Tic simpel
Tic ini terbatas pada sebagian otot wajah dan sebagian kecil anggota tubuh yang lain. Gerakan berulang yang terjadi biasanya lewat beberapa cara.
Misalnya, mengedip, mengangkat bahu, menyentak kepala, memonyongkan bibir, gerakan mata melirik, mengeluarkan lidah, mengangkat hidung, menggesekkan kuku dan melipat jari-jari.
2.Tic kompleks
Jenis ini merupakan gerakan pengulangan yang lebih kompleks bahkan tak jarang menimbulkan kekhawatiran dan rasa ngeri bila melihatnya. Selain bertambahnya frekuensi dan bertambah berat geraknnya, tic melibatkan seluruh tubuh si anak.
Tic kompleks ini dapat berupa gerakan melompat-lompat, melengkungkan tubuh ke belakang, menendang-nendang, menyentuh orang, menyentuh hidung berulangkali, mengeluarkan suara batuk berdeham, bersin, bahkan mengeluarkan kata-kata jorok yang pernah didengarnya (kopropraksia).
Parents, jika kondisi gangguan ini sudah berat yang kadang disertai suara disebut juga Sindrom Tourette. Sindrom ini bisa berupa gerakan yang bermacam-macam ditambah dengan tic suara pada saat yang bersamaan, meskipun tidak selalu berurutan.
Beberapa hal yang membedakan tic dengan gejala serupa yang timbul akibat penyebab lainnya adalah:
1. Muncul pada anak yang berusia di bawah 18 tahun.
2. Bila baru muncul pada usia dewasa, gerakan tersebut bukanlah tic sebenarnya tetapi lebih diakibatkan oleh faktor pencetus dari lingkungan.
3.Umumnya terjadi beberapa kali dalam sehari dan terus berlangsung setidaknya berlangsung selama setahun
Gejalanya muncul bukan disebabkan oleh obat-obatan atau penyakit lain. Bila gerakan-gerakan tersebut muncul setelah anak mengkonsumsi obat-obatan tertentu, mengalami cedera kepala atau setelah mengalami sakit serius, gerakan tubuh yang terjadi bukanlah tic yang sebenarnya.
Jangan khawatir Parents, tic yang tergolong simpel akan hilang dengan sendirinya tanpa memerlukan pengobatan atau terapi khusus, meskipun biasanya memakan waktu hingga 12 bulan.
Namun, bila kondisi ini mengganggu rasa percaya diri dan kehidupan anak, seperti sindrom Tourette, maka ada baiknya anak mendapatkan pengobatan serius dari seorang ahli yang kompeten di bidangnya.
Parents, semoga ulasan di atas bermanfaat. Jika memang telah melihat beberapa gejala anak mengalaminya, tak ada salahnya untuk memeriksakannya pada dokter.