Novel baru penulis kenamaan Inggris, Joanne Rowling atau dikenal JK Rowling baru saja terbit pada Selasa (30/8) lalu. Novel berjudul The Ink Black Heart tersebut berkisah tentang seorang kartunis bernama Edie Ledwell yang di-bully oleh seorang figur misterius di dunia maya. Meski demikian, kemunculan novel keenam JK Rowling ini mendapat kritikan keras dari publik.
Artikel terkait: 11 Rekomendasi Novel Romantis Best Seller, Baper dan Mengaduk Emosi
Novel Baru JK Mendapat Kritik Keras
Dilansir dari Rolling Stone, The Ink Black Heart merupakan bagian dari buku serial genre thriller kriminalnya, Cormoran Strike. Dalam serial ini, JK Rowling tidak menggunakan nama pena tersebut, tetapi menggunakan nama samaran Robert Galbraith. Buku ini dianggap memperburuk karier JK Rowling di dunia fiksi.
Seperti diketahui, JK Rowling beberapa tahun terakhir memang mendapat kecaman setelah pernyataan yang dianggap mendiskreditkan kelomponk transgender. Beberapa waktu lalu, Rowling kedapatan menyukai cuitan yang mengatakan perempuan trans sebagai pria yang suka berdandan.
Selain itu, ia juga mendukung aktivits Maya Forstater yang mengunggah cuitan bernada transfobia pada bulan Juni 2020 lalu. Maya Forstater saat itu dipecat karena cuitan tersebut dan beralasan bahwa ia khawatir dengan aktivisme yang dilakukan kelompok transgender. Para bintang Harry Potter pun banyak yang mengutuk komentarnya.
Daniel Radcliffe, Emma Watson, dan Rupert Grint sempat memberikan reaksi. Namun, Rowling masih tetap pada pendiriannya. Ia ikut serta memprotes Rancangan Undang-Undang (RUU) Reformasi Pengakuan Gender di Skotlandia. RUU tersebut menjadikan banyak kelompok marjinal secara gender bisa mengubah identitas gendernya secara legal.
Artikel terkait: Wajib Punya! 5 Rekomendasi Novel Karya Penulis Indonesia yang Inspiratif
Buku Barunya Dianggap Sebagai Cerminan Sikap Transfobia JK Rowling
Tidak sampai di situ, buku The Ink Black Heart dikecam karena dianggap sebagai cerminan dari JK Rowling ketika dikecam karena sikap transfobianya tersebut. Seperti disebutkan sebelumnya, novel ini bercerita tetang seorang kartunis yang mendapat berbagai ancaman bunuh diri secara masif melalui media sosial karena kartunnya dianggap rasis dan transfobia.
Tokoh utama itu pun di-doxing melalui media sosial. Foto-foto rumahnya tersebar di internet dan menjadi berbagai ancaman pembunuhan. Hingga akhirnya, ia pun tewas ditikam di kuburan. Alur novel ini dianggap mempertanyakan tujuan para social justice warrior atau pejuang keadilan sosial. Tokoh utama ditempatkan sebagai korban dari kampanye kebencian yang diplot secara politis.
Bantahan JK Rowling
Namun, terlepas dari kemiripan plot dalam novel dengan jalan hidupnya sendiri, Rowling membantah anggapan tersebut. Ia mengeklaim bahwa kemiripan alur tersebut merupakan suatu kebetulan yang tidak disengaja.
“Saya harus memperjelas setelah beberapa hal yang terjadi tahun lalu bahwa ini tidak menggambarkan [itu],” katanya.
“Saya telah menulis buku itu sebelum hal-hal [kecaman] terjadi pada saya secara online. Saya berkata kepada suami saya, ‘Saya pikir semua orang akan melihat ini sebagai tanggapan atas apa yang terjadi pada saya,’ tetapi sebenarnya tidak. Draf pertama buku itu selesai sebelum hal tersebut terjadi,” lanjutnya.
Demikian kabar mengenai kontroversi novel baru JK Rowling. Sikap transfobik yang dilakukan olehnya memang menjadi perhatian besar mengingat banyak penggemar Harry Potter yang merupakan bagian dari kelompok marjinal secara gender dan seksualitas.
Baca juga:
15 Rekomendasi Buku yang Cocok Dibaca Anak Sebelum Beranjak Remaja
6 Rekomendasi Bacaan Jisoo Blackpink, Ada Novel Romantis hingga Kisah Inspiratif!
Kembali Berkarya, Andrea Hirata Luncurkan Novel 'Brianna dan Bottomwise'