Middle Child Syndrome, Masalah Psikologis yang Kerap Dialami Anak Tengah
Si anak tengah seringkali merasa diabaikan karena orangtua lebih berekspektasi tinggi kepada si sulung dan memanjakan si bungsu.
Apakah Parents memiliki lebih dari dua orang anak? Jika iya, apakah pernah mendengar mengenai Middle Child Syndrome atau Sindrom Anak Tengah? Mengasuh si anak tengah memang susah-susah gampang, dan terkadang ia merasa dilupakan serta tidak dimengerti karena berbeda dengan kedua saudaranya.
Alfred Adler, dokter dan psikolog dari Austria, mengungkapkan sebuah teori mengenai hubungan urutan kelahiran dengan karakteristik anak pada tahun 1964. Mengutip dari Line Today, menurut Adler, meskipun semua anak dirawat dengan cara yang sama, urutan kelahiran anak akan memengaruhi psikologisnya.
Anak tertua cenderung memiliki sifat sebagai pemimpin atau pengatur. Ia merasa memiliki kekuasaan dan kontrol karena ekspektasi berlebihan yang didapatkan dari orangtuanya. Sementara, anak bungsu akan lebih manja karena dianggap tidak bisa melampaui kakak-kakaknya.
Lalu anak tengah, mereka sesungguhnya mempunyai emosi yang lebih stabil dibandingkan saudara-saudaranya. Akan tetapi, anak tengah sulit untuk beradaptasi dengan lingkungannya karena berada di antara saudara yang lebih muda dan lebih tua sekaligus.
Dilansir dari Berita Satu, Katrin Schumann, pengarang buku “The Secret Power of Middle Children”, anak tengah cenderung tidak mendapatkan perhatian yang sama dengan kakak dan adiknya. Meskipun begitu, kurangnya perhatian ini bisa menjadi alat untuk memacu dirinya.
Anak tengah yang jarang diperhatikan dan jarang mendapatkan pujian justru bisa membentuk diri menjadi pribadi yang lebih mandiri dan fokus dibanding saudara-saudaranya.
Artikel terkait: Punya Adik Down Syndrome, Hubungan Dua Saudara Ini Amat Menyentuh
Apa Itu Middle Child Syndrome?
Jika orangtua terlalu lebih memerhatikan anak sulung dan memanjakan anak bungsu, si anak tengah akan merasa terlupakan dan diabaikan. Sebagai pelampiasan dari rasa diabaikan tersebut, anak tengah akan memiliki kecenderungan untuk berulah.
Masalah psikologis itulah yang disebut dengan Middle Child Syndrome atau sindrom anak tengah. Bisa saja sang anak tengah menjadi sosok pemberontak untuk mendapatkan perhatian penuh orangtua kepada dirinya.
Dilansir dari Healthline, Middle Children Syndrome dapat berlangsung hingga si anak tumbuh menjadi orang dewasa. Anak yang merasa diabaikan cenderung merasakan ketergantungan berlebihan kepada orang lain demi pengakuan.
Ia juga akan merasa tidak percaya diri dan selalu membutuhkan persetujuan orang lain sebelum melakukan sesuatu karena tidak percaya akan kemampuannya memutuskan sesuatu.
Orang dewasa yang mengidap Sindrom Anak Tengah ini juga umumnya merasa ragu apakah dirinya bisa menjadi orang yang baik untuk orang lain, misalnya menjadi sahabat baik atau suami/istri yang baik. Mereka cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan merasa selalu ada yang kurang dalam dirinya.
Karakteristik Si Anak Tengah
Selain memberontak untuk mendapatkan perhatian, anak tengah bisa menjadi ‘people-pleaser’ atau lebih mengutamakan kebahagiaan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Perilaku si anak tengah biasanya berdasarkan kepada kepribadian kakaknya.
Sebagai contoh, jika kakaknya lebih terorganisir dan bertanggung jawab, anak tengah akan memilih jalan yang berbeda dengan kakak untuk mendapatkan perhatian.
Meskipun begitu, tidak selamanya perilaku anak tengah ini negatif. Anak tengah lebih ramah dan sopan dibandingkan si sulung dan si bungsu karena pengaruh ia harus mengalah sepanjang masa kanak-kanaknya.
Michelle P. Maidenberg, Ph.D, seorang terapis anak di New York menyatakan banyak kasus anak tengah berakhir menyerah pada keinginan anak tertua dan juga kebutuhan anak termuda, seperti dikutip dari Parents. Oleh karena itu, mereka menjadi sosok yang mandiri dan realistis.
Karena sering merasa tertekan atau repressed, anak tengah tidak memiliki ego yang besar seperi anak sulung. Ia pun akan jauh lebih fleksibel dan memiliki kemampuan negosiasi yang baik. Ini disebabkan oleh kemampuannya memahami kondisi dari berbagai pihak yang sudah terlatih sejak kecil.
Anak tengah juga akan mencari lebih banyak hubungan di luar keluarga karena merasa diabaikan. Oleh karena itu, mereka memiliki lingkaran sosial dan pertemanan yang luas serta erat.
Empati anak tengah akan sangat tinggi, namun ada kalanya empati tinggi ini memicu stres karena empati yang tak berbalas.
Artikel terkait: Toxic Shock Syndrome, Infeksi Bakteri yang Menimbulkan Racun Dalam Darah
Cara Mengatasi Perilaku Negatif yang Berkaitan dengan Middle Child Syndrome
Menurut buku The Birth Order Effect, seorang anak yang lahir di tengah-tengah perlu mengalami penerimaan mengenai siapa dirinya dan identitasnya sendiri. Berikut adalah beberapa tips untuk menangani perilaku negatif yang disebabkan oleh Middle Child Syndrome.
Memahami Kepribadian Anak
Pelajari pula karakteristik dan sifat-sifatnya dengan baik dan tentukan cara pengasuhan yang tepat sesuai dengan kebutuhan si anak tengah. Cara Parents mendisiplinkan anak sulung bisa jadi berbeda dengan anak tengah karena perbedaan kepribadiannya.
Jangan Biarkan Anak Merasa Diabaikan untuk Mencegah Middle Child Syndrome
Berikan cukup perhatian kepada anak tengah, jangan lupa untuk memujinya seperti Parents memuji si bungsu dan berikan tanggung jawab seperti Parents memberikan tugas-tugas untuk si sulung.
Apabila Parents memiliki album keluarga, pastikan juga jumlah foto masing-masing saudara sama banyaknya. Mengambil foto masing-masing anak secara sendirian bisa membuat mereka merasa dirinya diakui secara tidak langsung.
Ajak pula mereka melakukan sesuatu dengan bekerja sama berbarengan dengan masing-masing tugas yang sama beratnya sesuai usia.
Sediakan Waktu Khusus Untuknya
Biarkan anak tengah sesekali menikmati sesuatu yang tak ada hubungannya dengan kedua saudaranya. Parents bisa menghabiskan waktu berduaan dengannya tanpa saudara yang lain, begitu pula sebaliknya, dengan anak-anak lainnya.
Dengan fokus yang diberikan sepenuhnya, anak akan merasa yakin bahwa ia sama pentingnya dengan saudara yang lain.
Biarkan Anak Melakukan yang Ia Sukai
Terkadang jika si sulung mencapai prestasi yang bagus, contohnya menjadi juara berenang, orangtua cenderung ingin si tengah dan si bungsu mengikuti jejaknya dengan juga berlatih berenang.
Tanpa disadari, hal tersebut bisa menumbuhkan rasa permusuhan (rivalry), dan potensi inferioritas. Dorong masing-masing anak untuk melakukan yang terbaik di bidang yang mereka sukai.
Biasakan Anak untuk Terbuka dalam Berkomunikasi
Bisa jadi si anak tengah merasa terabaikan, tapi ia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaannya dan apa yang ia inginkan kepada orangtuanya. Oleh sebab itu, biasakan anak untuk terbuka, dimulai dari orangtua sendiri.
Tanyakan bagaimana perasaan anak dan beritahu ia bahwa anak bisa bercerita kepada Parents mengenai keluh kesahnya. Ingat, hindari juga reaksi yang berlebihan ketika anak mengutarakan keinginannya.
Berikan Sesuatu yang Baru
Banyak orangtua yang memberikan barang bekas kakak kepada adiknya yang sudah tidak terpakai. Memang hal tersebut wajar-wajar saja, tapi anak mungkin akan sangat menghargai sesuatu yang baru, khusus untuknya sendiri.
Hak istimewa untuk anak misalnya menonton film pilihannya sendiri dan tidak diganggu oleh saudara lainnya, juga bisa membantu anak merasa istimewa.
Mengasuh dan mendidik anak memang adalah tugas yang berat bagi para orangtua, termasuk segala lika-likunya seperti Middle Child Syndrome ini. Mudah-mudahan kita semua bisa memberikan yang terbaik untuk anak-anak ya, Parents!
Baca juga:
Perbedaan Kebiasaan Ibu Saat Punya Anak Pertama dan Anak Kedua