Si Kecil yang lahir mulai tahun 2010 merupakan anak-anak Generasi Alpha yang akrab dan identik dengan perkembangan teknologi. Tak heran kalau Mark Mc Crindle, peneliti sosial yang pertama kali mengeluarkan sebutan “Generasi Alpha”, memperkirakan kalau Si Kecil dari generasi ini akan menjadi generasi yang paling terdidik. Namun di sisi lain, lahir saat kemajuan teknologi berkembang pesat dan berubah dengan cepat, membuat metode belajar konvensional yang selama ini dikenal orang tua tak lagi cukup untuk mendidik anak-anak dari Generasi Alpha.
Untuk membantu orang tua menjawab tantangan dalam mendidik anak-anak Generasi Alpha, theAsianparent dan Wyeth Nutrition mengadakan Instagram Live dengan topik “Dukung Masa depan Generasi Alpha dengan Progressive Learning” pada hari Rabu, 3 Maret 2021 lalu.
Dalam sesi Instagram Live tersebut, Founder Klinik Rainbow Castle, sekaligus psikolog anak dan keluarga, Belinda Agustya, M.Psi., Psikolog, hadir sebagai narasumber untuk membahas apa sebenarnya metode belajar progresif, mengapa metode ini lebih cocok untuk anak-anak generasi Alpha, dan bagaimana orang tua dapat menerapkan metode belajar progresif di rumah untuk mendukung Si Kecil agar ia #DariBelajarJadiHebat.
Parents tak sempat mengikuti Instagram Live ini? Tak perlu khawatir, theAsianparent sudah mempersiapkan ulasannya. Yuk, simak pembahasan seputar topik “Dukung Masa depan Generasi Alpha dengan Progressive Learning” bersama Belinda Agustya, M.Psi., Psikolog, berikut ini.
Apa Itu Progressive Learning?
Belinda menjelaskan bahwa menurut John Dewey, tokoh yang berperan penting dalam pendidikan progresif, progressive learning atau belajar progresif memiliki makna “New Education” yang merujuk pada “Child Centered Learning”.
Sederhananya, jika metode belajar konvensional cenderung berlangsung satu arah, hanya dari guru ke murid, metode belajar progresif justru melibatkan anak dalam proses berpikir maupun saat belajar sehingga informasi yang diterima Si Kecil dapat diaplikasikan langsung.
Lewat metode belajar progresif, Si Kecil dilibatkan dalam aktivitas praktik nyata saat belajar dan dibebaskan mengeluarkan ide apa pun, serta memanfaatkan potensi yang ia miliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Pada proses belajar progresif, peran orang tua atau guru, lebih sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pilihan aktivitas berkualitas untuk memicu dan menggugah minat anak,
Pengetahuan yang kemudian didapatkan Si Kecil dari melakukan aktivitas nyata inilah yang akan membantunya mendapatkan ide-ide baru untuk diterapkan pada kondisi dan keadaan yang berebeda-beda.
Mengapa Progressive Learning Lebih Cocok Digunakan Sebagai Metode Belajar Anak-Anak Generasi Alpha?
Menurut Belinda, untuk anak-anak Generasi Alpha, proses belajar konvensional tak lagi cukup untuk mengasah kemampuan mereka. Anak-anak butuh proses belajar yang dapat mengoptimalkan potensi mereka. Inilah kenapa proses belajar progresif lebih cocok untuk generasi Alpha, karena proses belajar progresif tidak hanya berfokus pada hafalan, namun fokus pada kemampuan Si Kecil untuk berpikir kritis. “Lewat proses belajar progresif, aspek tumbuh kembang Si Kecil mulai dari motorik, kognitif, bahasa, hingga emosional akan terstimulasi.” ujar Belinda.
“Ini penting karena Generasi Alpha memiliki kebutuhan untuk bersaing yang lebih tinggi. Mereka lahir di dunia volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity (VUCA), di mana anak harus memiliki fleksibilitas tinggi, kemampuan berpikir kritis, dan memiliki kemampuan pemecahan masalah serta kepemimpinan agar dapat beradaptasi di masa depan nanti.” lanjut Belinda.
Kelebihan Progressive Learning Dibandingkan Metode Belajar Konvensional
Belinda lebih lanjut menjelaskan bahwa metode belajar progresif memiliki 4 pilar penting yang membuatnya berbeda dari metode belajar konvensional, yaitu: experiental learning, child-centered learning, personalized learning, dan collaborative learning.
-
Experiental Learning
Anak akan lebih paham informasi ketika ia mendapatkan informasi tersebut dari pengalaman langsung dalam konteks kehidupan sehari-hari. Jadi dengan experiental learning, anak dapat menghubungkan antara konsep/informasi yang ia punya dengan aplikasi konsep tersebut dalam kehidupan nyata.
Menurut Belinda, orang tua bisa menerapkan experiental learning ini lewat kegiatan sehari-hari yang menyenangkan. Misalnya saja untuk anak 1-3 tahun, Parents bisa memberikan kertas berisi gambar daftar belanja kemudian meminta Si Kecil mencari barang-barang yang ada di dalam gambar tersebut. Sedangkan untuk anak yang lebih besar, usia 4-5 tahun, permainan mencari harta karun bisa jadi pilihan. Misalnya, Parents mendeksripsikan suatu barang lalu meminta Si Kecil mencari barang yang sesuai dengan deskripsi dari orang tua.
-
Child-centered Learning
“Pada Child-centered Learning, Si Kecil dibebaskan untuk memilih apa yang mau dia pelajari, gimana dia ingin memelajarinya, dan mencari solusi masalah secara mandiri.”, ujar Belinda. Namun, yang perlu diingat, orang tua atau guru tetap harus mendampingi Si Kecil saat ia belajar.
Salah satu contoh kegiatan yang bisa Parents lakukan di rumah untuk anak usia 1-3 tahun adalah mencampur pewarna makanan ke dalam susu. Orang tua bisa menuang pewarna makanan dan meminta anak memerhatikan perubahan warna yang terjadi. Bebaskan Si Kecil untuk memilih apakah ia ingin menambah warna lain atau menambah susu, misalnya. Pastikan saja saat melakukan kegiatan ini, Parents tetap mengawasi agar Si Kecil tidak memasukkan pewarna makanan ke dalam mulutnya.
Sedangkan untuk anak yang lebih dewasa, Belinda mencontohkan kegiatan membangun “gedung bertingkat” dari balok sebagai aktivitas yang bisa dilakukan di rumah. Orang tua dapat membebaskan Si Kecil menumpuk balok dengan berbagai cara dan bentuk, selama “gedung bertingkat” yang dibuat bisa berdiri dan tidak rubuh.
-
Personalized Learning
Pada metode ini, Parents atau support system Si Kecil harus memahami kebutuhan dan tahapan tumbuh kembang anak. “Penting bagi orang tua memahami Si Kecil dengan dalam, karena proses belajar anak harus disesuaikan dengan tahapan tumbuh kembang, minat, dan potensi anak.”, tutur Belinda.
Salah satu ide kegiatan agar orang tua lebih memahami potensi Si Kecil adalah dengan bermain tebak nama hewan bersama Si Kecil yang berusia 1-3 Tahun. Lewat permainan ini, Parents dapat mengetahui gaya belajar anak. Apakah Si Kecil dapat menebak dengan mendengar suara (gaya belajar auditori), menebak dengan memerhatikan orang tua yang meniru gerakan hewan (gaya belajar kinestetik), atau menebak dengan melihat potongan gambar hewan (gaya belajar visual).
Untuk anak yang usianya lebih besar, Parents bisa mengajak mereka membaca atau menonton kisah inspiratif tokoh-tokoh dunia kemudian meminta Si Kecil menceritakan kembali kisah yang ia baca atau tonton. Lalu saat Si Kecil melakukan aktivitas tadi, Parents bisa memerhatikan. Si Kecil lebih paham dijelaskan dengan metode apa? Apa yang membuat anak bisa fokus lebih lama? Apa yang membuat anak jadi semangat belajar?
-
Collaborative Learning
Belinda menjelaskan, dalam metode collaboraive learning anak diajak untuk belajar berkolaborasi dan bekerja sama dengan lingkungan sekitarnya melalui berbagai kegiatan. Dengan melakukan kolaborasi, Si Kecil nantinya akan belajar untuk saling menghargai dan berbagi tanggung jawab. Metode kolaborasi ini juga dapat membantu menumbuhkan rasa percaya diri anak.
Belinda mencontohkan permainan “Gembala Domba” untuk menerapkan metode ini di rumah. Dalam permaian gembala domba, anak yang berusia lebih kecil (1-3 tahun) bersama dengan orang tua diajak untuk memindahkan “domba” dalam bentuk kapas di sebuah lintasan sederhana yang dibuat di lantai. Sedangkan untuk anak yang berusia lebih dewasa (4-5 tahun), Parents bisa mengajaknya bermain memindahkan domba bersama saudara atau tetangga dengan cara meniup kapas menggunakan sedotan untuk menggerakkan “domba” dari satu tempat ke tempat lain.
Dengan metode belajar progresif, Parents dapat mendukung Si Kecil yang merupakan Generasi Alpha lebih siap menghadapi segala tantangan di masa depan. S-26® PROCAL GOLD® MULTIEXCEL αLipids System® hadir membantu Parents mendukung potensi si Kecil.
Tak hanya mendukung nutrisi si Kecil, Wyeth S-26 Procal GOLD juga hadir untuk membantu Parents mendampingi tiap langkah proses belajar Si Kecil. Wyeth S-26 Procal GOLD berkolaborasi bersama Belinda Agustya, M.Psi., Psikolog, menghadirkan E-module Progressive Learning yang bisa Parents akses gratis lewat link ini. Di tautan ini, Parents juga bisa mendapatkan informasi lainnya yang bermanfaat agar Si Kecil #DariBelajarJadiHebat. Mulai dari tips mengembangkan potensi si Kecil sampai memilih stimulasi dan nutrisi yang tepat untuk anak.
Ringkasan Instagram Live “Dukung Masa depan Generasi Alpha dengan Progressive Learning”
- Anak-anak Generasi Alpha dekat dengan teknologi sejak lahir sehingga agar mereka siap menghadapi masa depan, cara belajar konvensional tidak cukup.
- Generasi Alpha lahir di era volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity (VUCA) sehingga anak anak harus punya fleksibilitas tinggi, kemampuan berpikir kritis, dan memiliki kemampuan pemecahan masalah serta kepemimpinan agar dapat beradaptasi di masa depan nanti.
- Progressive Learning atau cara belajar progresif dapat membantu mengoptimalkan potensi anak sehingga Generasi Alpha lebih siap dalam menghadapi masa depan.
- Ada empat pilar belajar progresif: Experiental learning di mana anak belajar dari pengalaman dan menghubungkannya dengan lingkungan sekitar, Child Centered Learning yang mengajak Si Kecil untuk bebas eksplorasi pengetahuan dan informasi dengan orang tua dan pengajar sebagai fasilitator yang membimbing, Personalized learning di mana orang tua diajak untuk memahami anak-anak mereka agar dapat mendukung proses belajar yang disesuaikan tumbuh kembang, minat, dan potensi Si Kecil, serta Collaborative and Cooperative Learning yang merupakan metode untuk mendorong Si Kecil berkolaborasi dan bekerja sama dengan sekitarnya.
Itu tadi ringkasan pembahasan Instagram Live yang diselenggarakan theAsianparent Indonesia dan Wyeth Nutrition dengan topik “Dukung Masa depan Generasi Alpha dengan Progressive Learning” bersama Founder Klinik Rainbow Castle, sekaligus psikolog anak dan keluarga, Belinda Agustya, M.Psi., Psikolog.
Melalui pembahasan ini, Parents bisa lebih mempersiapkan diri untuk membantu Si Kecil agar ia #DariBelajarJadiHebat dengan proses belajar progresif. Yuk, terus dukung Si Kecil yang merupakan anak Generasi Alpha untuk meraih potensi hebatnya sehingga ia siap beradaptasi dan menghadapi perubahan apapun!