Menikah Tanpa Pacaran Membuat Pernikahan Bahagia? Ini Hasil Penelitiannya
Memilih untuk berpacaran maupun tidak, ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan saat hendak menjalani hubungan serius menuju pernikahan.
Setiap pasangan tentu memiliki cara tersendiri sebelum meyakinkan diri memasuki tahapan pernikahan. Ada yang memilih untuk menjajaki perkenalan lewat berpacaran lebih dulu, namun ada juga yang sebaliknya. Menikah tanpa pacaran.
Berpacaran bisa diartikan sebagai proses penjajakan atau perkenalan sebelum akhirnya berkomitmen ke arah lebih serius. Namun, sebagian masyarakat juga ada yang memilih untuk melewati fase ini.
Adalah Adrian dan Nita, kepada theAsianparent Indonesia, pasangan suami istri yang sudah menikah selama lima tahun ini mengaku menikah tanpa pacaran. Alasannya memang tidak terlepas dari pertimbangan kepercayaan yang mereka anut, termasuk norma budaya yang dipertahankan oleh keluarga.
“Selain itu, dari dulu orangtua juga sudah kerap meingingatkan untuk tidak pacaran. Langsung saja menikah, biar pacarannya nanti setelah sah jadi suami istri,” urai Nita saraya tersenyum.
Apa pun keputusan yang diambil, tentu saja akan memiliki sisi positif dan negatif. Toh, baik menikah dengan atau tanpa berpacaran lebih dahulu, keputusannya akan berpulang pada setiap individu.
Penelitian Tentang Menikah Tanpa Berpacaran
Berbeda dengan Nita dan suaminya, Andrea justru mengaku kalau pacaran merupakan salah satu proses penting sebelum yakin dan memutuskan untuk menikah.
“Kalau saya sih, nggak bisa ya kalau sampai menikah dengan orang yang tidak dikenal dengan baik, minimal tahu bibit, bebet, bobotnya dulu. Jangan sampai menyesal di kemudian hari dan tahu buruk-buruknya setelah menikah,” tuturnya.
Bagi sebagian pasangan, masa berpacaran menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Tak hanya untuk kesenangan semata, masa penjajakan ini menjadi awal mula untuk mengenal pasangan lebih dalam. Mulai dari sifat, latar belakang, visi misi, keluarga, dan hal lain yang tak bisa terlihat dari luar akan lebih bisa diketahui.
Terkait dengan proses berpacaran dan hubungannya dengan kebahagiaan pernikahan pun pernah dianalisis dalam beberapa penelitian. Dalam sebuah penelitian bernama the PAIR Project oleh Penn State University, fakta mengenai hal ini diungkapkan.
Sebanyak 168 responden pasangan yang sudah menikah lebih dari 14 tahun diamati kepuasan mereka dalam menjalani pernikahan. Hasilnya menunjukkan bahwa pasangan yang dulunya menjalani hubungan 25 bulan berpacaran rupanya memiliki rumah tangga yang paling membahagiakan.
Hasil penelitian ini bertolakbelakang dengan pasangan yang lebih cepat menikah. Dari penelitian yang sama, pasangan yang menikah kurang dari 18 bulan berpacaran, memiliki durasi pernikahan yang jauh lebih singkat, yakni hanya 7 tahun lalu bercerai.
Penelitan lainnya pun mengemukakan hal serupa. Sebanyak 3000 pasangan dianalisis oleh peneliti dari Emory University. Hasilnya menunjukkan bahwa pasangan yang sebelumnya berpacaran selama 3 tahun atau lebih bisa menurunkan risiko perceraian sebanyak 39% dibandingkan pasangan yang berpacaran kurang dari setahun setelah perkenalan. Tak hanya itu saja, pasangan yang masa pacarannya 2 tahun ternyata juga mengurangi risiko perceraian sebanyak 20%.
Artikel Terkait : Benarkah suami penyebab stres ibu dua kali lipat dibandingkan anak? Suami wajib tahu!
Menikah Tanpa Berpacaran, Apa yang Perlu Dipertimbangkan?
Pada dasarnya, proses berpacaran pada setiap pasangan tentu bisa memiliki pengertian atau perbedaan definisi.
Bila mengacu pada definisi saling mengenal lebih dalam, beberapa orang yang tidak berpacaran pun bisa saja tetap mengenal karena sudah berteman cukup lama, misalnya. Namun, bagi sebagian yang lain, berpacaran bisa lebih merujuk pada menghabiskan waktu berduaan dalam banyak kesempatan tanpa ada ikatan pernikahan.
Dalam ajaran agama serta norma adat, berduaan dengan pasangan yang belum sah bisa menjadi satu hal yang bertentangan dalam beberapa batasan. Bagi yang menjalankannya, pernikahan ini bisa membuat pasangan tidak mudah bosan karena masa berpacaran yang lama bisa membuat pasangan jenuh satu sama lain.
Ada juga yang beranggapan bahwa tanpa proses berpacaran, hubungan bisa terhindari dari zina. Beberapa juga menginginkan untuk bermesraan dan berpacaran dengan cara yang hal ala setelah pernikahan.
Perbedaan pandangan ini tentu akan terkait dengan value atau nilai di setiap masing-masing keluarga.
Menjalani Pernikahan dengan Motif yang Salah
Baik melalui proses berpacaran maupun tidak, idealnya setiap pasangan memiliki visi dan misi yang jelas, bukan karena motif yang salah.
Bila pasangan ingin buru-buru menikah hanya karena ingin merasakan resepsi yang mewah, memuaskan ekspektasi tentang mewahnya pernikahan, menjadi pusat perhatian, memiliki status baru tanpa perencanaan atau persiapan, atau hanya sekadar ingin keluar dari rumah dan hidup mandiri, keputusan untuk menikah tentu perlu dipertimbangkan kembali.
Menjalani pernikahan dengan motif yang salah bisa berisiko berujung pada perpisahan. Anda dan pasangan haruslah memiliki visi serta misi yang jelas ketika hendak mencapai diri berkomitmen untuk menikah.
Persiapan Sebelum Menikah
Bukan cepat atau lambat, maupun melalui proses berpacaran maupun tidak, setidaknya ada beberapa hal yang hendaknya jadi pertimbangan ketika menapaki jenjang yang lebih serius.
Beberapa faktor yang perlu dilakukan antara lain:
- Sudahkah mengenal dengan baik pasangan yang akan dinikahi? Menerima kelebihan mungkin akan mudah, namun bagaimana cara satu sama lain bisa saling menoleransi kekurangan?
- Apakah Anda dan pasangan sudah memiliki visi maupun misi yang selaras dalam menjalani hidup? Hal ini akan berpengaruh pada cara pasangan mencapai tujuan dan memandang arti dari pernikahan itu sendiri.
- Pernikahan pun menjadi momen menyatukan dua keluarga, apakah keluarga besar sudah saling menerima?
- Bagi Anda yang tidak menjalani pacaran, sudah siapkah menerima hal yang belum kamu ketahui sebelumnya? Dibandingkan orang yang berpacaran, Anda bisa jadi mengenal pasangan jauh lebih singkat. Sudah siapkah untuk menerima tanpa ada pilihan untuk menyerah?
- Bagi Anda yang sudah berpacaran lama, apakah pernikahan dilangsungkan karena visi misi yang sudah sama atau hanya sekadar menjalaninya karena sudah berhubungan lama? Berpacaran dalam waktu yang lama pun belum tentu menjamin ke berlangsung pernikahan yang harmonis sehingga banyak hal yang harus didiskusikan dan dipastikan saat akan menjalani hubungan yang lebih serius.
- Sudahkah mendiskusikan rencana jangka panjang pasca menikah di luar pesta resepsi? Bagaimana mengatur keuangan keluarga, pola asuh, termasuk tujuan keluarga yang lainnya? Biar bagaimanapun, kehidupan pernikahan baru akan dimulai setelah akad maupun pemberkatan dan resepsi dilaksanakan.
Selain beberapa hal di atas, ada beberapa aspek lain yang hendaknya diperhatikan sebelum menjajaki pernikahan, seperti aspek keuangan dan lain sebagainya. Anda dan pasangan paling tahu cara terbaik dalam menjalani hubungan menuju ke arah yang lebih serius.
Oleh karena itu, selain memutuskan untuk menikah tanpa pacaran ataupun sebaliknya, mendiskusikan rencana kehidupan pernikahan yang akan dijalankan tentu saja menjadi hal yang penting dilakukan.
Artikel Terkait : Tips suami siaga, ini persiapan menjelang persalinan yang perlu Ayah ketahui!
Baca Juga :