Menghadapi anak tantrum memang tak selalu mudah. Apalagi kalau kondisi ini dialami di depan umum. Tak hanya berisiko mengganggu orang lain yang melihatnya, anak tantrum yang membuatnya menangis dan uring-uringan tentu saja bisa ‘memancing’ emosi orangtua.
Maka tak mengherankan, untuk mengindarinya, orangtua terkadang memilih jalan pintas. Menuruti dan memenuhi keinginan anak, atau justru memarahinya.
Perlu diketahui, tantrum merupakan kondisi yang umum dialami anak pada usia prasekolah yaitu saat usia anak 2-3 tahun. Biasanya, tantrum terjadi karena anak di usia ini belum mampu mengungkapkan dan mengekspesikan perasaannya hingga berujung pada rasa frustasi dan kesalnya.
Apa yang seharusnya orangtua lakukan untuk menghadapi anak tantrum? Psikolog Anak dan Remaja, Monica Sulistiawati mengungkapkan beberapa cara yang bisa dilakukan orangtua.
Cara menghadapi anak tantrum dengan tenang
Monica mengatakan pada saat anak sedang emosional atau tantrum, sebenarnya hal ini merupakan cara anak mengekspesikan perasaannya saja pada orangtua.
Oleh karena itu, ia menyarankan langkah pertama yang perlu orangtua lakukan adalah membiarkan anak mengekspesikan perasaannya lebih dulu, tunggu sampai tenang.
“Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membiarkan anak berada dalam kondisi tenang terlebih dahulu. Lalu setelah berada dalam kondisi tenang, ajarkan anak untuk menarik napas,” ungkap Monica.
Tujuannya karena pada saat anak tantrum, detak jantung akan berdetak lebih kencang. Dengan menarik nafas, detak jantung akan berelaksasi supaya ritme pernafasan kembali stabil dan normal. Anak akan menjadi lebih tenang.
“Pada saat itulah orangtua bisa memberikan pengertian kepada anak. Efek pernapasan ini membuat dia lebih tenang dan lebih mampu berfikir positif, mampu mencerna stimulus di luar dirinya, dan lebih mampu mengungkapkan apa yang sebenarnya dia inginkan,” jelas Monica lagi.
Seperti yang dikatakan Monica, cara yang paling efektif, pertama membiarkan dia tenang lebih dahulu, orangtua cukup mendampingi anak, menemani anak untuk menenangkan dan mengekspresikan emosinya.
Setelah anak tenang, bantu anak untuk bisa mengekspresikan perasaanya. Tanyakan pada anak, bagaimana persaaannya, hal apa yang membuatnya marah. Dari sini, orangtua bisa membantu anak mengenalkan beragam bentuk emosi.
Apakah orangtua boleh menuruti apa yang anak mau saat sedang tantrum?
Tidak bisa dipungkiri, ada sebagian orangtua yang akhirnya memberikan apa yang diinginkan anak saat ia tantrum. Alasannya, tentu saja tidak terlepas karena tidak ingin anak terus menangis di depan umum dan membuat orang lain tidak nyaman.
Tapi hal ini justru tidak disarankan untuk dilakukan. Monica mengatakan hal ini justru bisa membuat anak berpikir bahwa perilakunya bisa membuatnya mendapatkan apa yang diinginkan. Akibatnya, anak akan menjadikannya ‘senjata’ agar keinginannya terpenuhi.
“Nggak boleh, seharusnya. Karena nanti anak akan belajar, ‘Kalau aku tantrum berarti orangtuaku akan kasih apa yang aku mau, sehingga aku akan terus menerus tantrum,” tukas Monica.
Nah, yang perlu Parents lakukan saat anak tantrum ialah meminta dia untuk tenang, menanyakan apa yang dia mau, bantu anak untuk menyampaikan keinginannya dengan cara yang benar.
Setelah anak menyampaikan apa keinginannya dengan cara yang benar, baru orangtua boleh mempertimbangkan apakah keinginannya akan dipenuhi atau tidak.
“Jadi nantinya anak akan belajar, oke kalau akau mau sesuatu aku harus menyampaikannya dengan cara yang baik dan benar bukan dengan marah,” ujar Monica.
Bagaimana jika saat tantrum anak sampai memukul-mukul dirinya sendiri atau Anda?
Bentuk tantrum pada anak memang berbeda-beda. Tidak hanya menangis dan uring-uringan, anak pun bisa memperlihatkan keinginan untuk menyakiti dirinya sendiri. Jika hal ini terjadi, tetaplah untuk untuk tenang.
Kemudian peluk anak atau lakukan teknik mendekap, sampai ia tenang. Namun, perhatikan posisi Anda sehingga bisa menopang tubuh anak dengan posisi yang aman. Kemudian, jangan lupa untuk memberikan penjelasan pada anak bahwa fungsi tangan bukan untuk memukul dan menyakiti diri sendiri atau orang lain.
Kunci menghadapi anak tantrum adalah sikap tenang dan konsisten. Jangan mudah menyerah pada kemarahan anak apa lagi memilih untuk mengalihkan tantrumnya dengan memberikan imbalan, hal ini justru hanya membuat anak-anak belajar untuk menggunakan perilaku yang sama ketika mereka menginginkan sesuatu.
Bagaimana, sudah siap menghadapi anak tantrum?
***
Baca juga
id.theasianparent.com/anak-ayudia-bing-slamet