Pengalamanku Praktikkan 5 Cara Mengajari Anak Membaca Sejak Dini Tanpa Paksaan

Tidak ada salahnya memperkenalkan budaya membaca sejak dini, seperti kisah Ibu yang satu ini. Simak, yuk!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sebagai orang tua dari anak yang tak lama lagi masuk sekolah dasar, kekhawatiran akan kemampuan membaca anak kini menjadi hal yang lumrah. Mendengar cerita beberapa teman yang menggambarkan bagaimana tahapan tes anak-anak mereka untuk masuk ke Sekolah Dasar (SD) favorit, membuat saya makin khawatir. Tidak seperti zaman ketika saya kecil dulu, realitanya kini anak-anak kita diminta memiliki kemampuan baca, tulis dan hitung (calistung) bahkan sebelum kelas 1 SD. Oleh karena itu, mau tidak mau, orang tua harus turut berperan aktif untuk mencari cara mengajari anak membaca sedini mungkin.

Pentingnya Mengajari Anak Membaca Sejak Dini

Sebenarnya saya pribadi tidak keberatan untuk mengajari anak membaca sejak dini. Asalkan tidak ada paksaan dan anak harus senang melakukannya. Berbagai penelitian juga membuktikan bahwa hal ini sangat bermanfaat bagi tumbuh kembangnya. Loh, kok bisa?

Saya merasakan sekali perubahan anak saya ketika ia mulai terbiasa mengenal huruf dan mengeja di usianya yang baru memasuki tiga tahun. Ia menjadi lebih banyak belajar dan semakin penasaran dengan huruf apa saja yang ia lihat. Walau awalnya banyak bertanya, dengan cepat ia bisa membaca banyak merek toko atau produk.

Ini berkelanjutan dengan rasa penasaran-penasaran lain yang meningkatkan jiwa eksplorasinya, seperti toko itu menjual apa, produk itu terbuat dari apa dan digunakan untuk apa, atau sekadar mengingat lokasi tertentu.

Ada sebuah buku yang saya baca beberapa waktu lalu, judulnya Mengajar Membaca Itu Mudah oleh Christina SP. Terdapat satu paragraf yang paling saya ingat, yaitu berdasarkan hasil penelitian, bayi yang terbiasa diajak berkomunikasi dan dibacakan cerita sejak lahir atau sejak dalam kandungan akan memiliki kemampuan berbahasa yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang didiamkan saja.

See? Bahkan saat masih dalam kandungan pun sudah disarankan untuk lebih sering mengenalkan anak berbahasa. Bukan hanya itu, ikatan orang tua dan anak pun akan meningkat karena interaksi yang terjadi ketika bercerita dan berkomunikasi ini.

“Budaya membaca tidak serta merta terbentuk dalam diri anak tanpa adanya upaya menanamkan sejak dini.”

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kenapa kini banyak sekali buku-buku khusus anak yang dijual di pasaran? Mulai dari yang berbahan kain, yang berkertas tebal, penuh gambar hingga yang bersuara. Alasannya tentu saja karena kesadaran akan pentingnya mengajari anak membaca sejak dini yang semakin banyak dipahami orang tua. Termasuk saya, yang akhirnya selalu berupaya agar dapat memaksimalkan masa emas pertumbuhan anak untuk mengenalkannya pada kemampuan membaca.

Kapan Anak Usia Dini Diajarkan Membaca?

“Masak masih kecil sudah diajarin baca? Kasihan anaknya jadi terpaksa. Kebutuhan mereka itu ya bermain!” Banyak sekali pendapat yang beredar terkait mengajari anak membaca di uasia dini. Menganggap bahwa membacakan buku atau mengenalkan huruf ketika belum bersekolah adalah sebuah pemaksaan yang membuat anak tertekan.

Saya tidak menyanggah bahwa memang usia dini adalah waktu anak untuk lebih banyak bermain, namun apa salahnya jika mulai memperkenalkan budaya membaca pada anak dalam aktivitas bermainnya?

Mungkin keyakinan orang tua terkait patokan usia anak untuk belajar mengenal huruf dan membaca masih beragam. Begitu pula dengan artikel tarkait ini, ada yang menyebutkan di usia 7 tahun, bahkan ada pula yang menyebutkan pada usia 2 tahun anak sudah mulai tertarik dengan huruf.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saya sendiri mulai mengenalkan huruf pada anak pertama saya sejak usianya baru menginjak 2 tahun melalui puzzle. Awalnya tidak tertarik, hanya dilihat sekilas dan dimainkan layaknya mainan biasa. Namun ketika usianya memasuki 2,5 tahun, ketertarikan itu mulai muncul dan berada di puncaknya pada usia 3 tahun. Dia belajar sangat cepat dan semangat. Sering kali mencoba mengeja dan menulis sendiri tanpa diminta.

Dari sebuah situs kesehatan, saya mendapat sebuah landasan untuk menilai kapan sebaiknya anak mulai diajarkan mengenal huruf dan membaca. Bukan lagi sekadar bercerita atau membacakan buku saja, namun sudah memperlihatkan alfabet dan mengeja.

Artikel tersebut menyatakan bahwa waktu tepat untuk mengajarkan anak membaca tergantung kepada kematangan sistem proprioseptif, yaitu kemampuan anak untuk mengetahui keberadaan dan posisinya, dapat duduk tenang serta memusatkan perhatian.

Biasanya di usia 2 tahun anak sudah mulai tertarik dengan huruf dan angka, dan jika dilengkapi dengan rasa ingin tahunya yang tinggi, dapat dijadikan waktu terbaik bagi orang tua untuk mengajarkan banyak hal, termasuk mengenal huruf dan membaca.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jadi, orang tua harus bisa menilai terlebih dahulu kesiapan anak itu sendiri. Bisa jadi kesiapan anak yang satu dengan yang lainnya berbeda. Jika anak dirasa sudah bisa fokus dan terlihat ingin tahu dengan susunan huruf, maka disaat itulah ajaran kreatif tanpa paksaan bisa dilakukan.

Pengalaman Mengajari Anak Membaca Sejak Dini

Mengetahui pentingnya manfaat membaca, saya tidak ingin menyia-nyiakan masa emas tumbuh kembang anak sebagai waktu potensial untuk menanamkan budaya membaca sedini mungkin. Berbagai pendapat saya saring dan hanya fokus kepada artikel parenting dan kesehatan tepercaya alih-alih termakan kabar yang belum pasti kebenarannya.

Ini menjadi kendala pertama yang saya terima, ketika orang-orang di sekitar menganggap saya terlalu memaksa anak untuk pintar sebelum waktunya. Padahal kenyataan yang kami jalani tidaklah seperti itu.

Semuanya tetap kembali kepada orang tua masing-masing. Saya lebih memilih untuk tetap menjalankan apa yang sudah saya yakini. Toh, saya melakukan bukan tanpa dasar. Terbukti bahwa mengajari anak membaca sejak dini sangat bermanfaat asal caranya tepat.

Menemukan cara-cara yang menyenangkan bagi anak dan tentunya juga bagi saya sendiri tentu tidak mudah. Banyak trial-error yang harus disikapi dengan bijak. Kesabaran menjadi tiang utama untuk mempertahankan komitmen. Kadang ada saja tingkah anak yang memancing emosi, media ajar sudah dipersiapkan dengan maksimal, malah diacuhkan. Berarti ini waktunya bagi saya untuk memutar otak kembali dan menemukan cara serta media yang lebih memikat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Mengajari anak membaca pada usia dini atau pra sekolah butuh kesabaran ekstra, komitmen dan upaya untuk berpikir kreatif.”

Jangan mengira bahwa mengajari anak usia dini sama dengan mengajari anak-anak usia sekolah. Mengutamakan keinginan dan kenyamanan anak membuat prosesnya bisa saja berkali lipat lebih lambat. Namun ketika upaya itu mulai menampakkan hasil, semuanya terbayar. Orang tua mana yang tidak bangga ketika anaknya yang baru berusia lima tahun sudah lancar membaca buku? Menyaksikan ia banyak belajar pengetahuan baru membuat saya suka senyum-senyum sendiri.

Cara Mengajari Anak Membaca Sejak Dini yang Berhasil Saya Terapkan

Saya bersyukur sekali anak pertama saya sudah bisa membaca nyaris tanpa mengeja sebelum masuk SD. Bila mengunjungi toko buku, dia sudah bisa memilih buku mana yang hendak ia baca. Terakhir kali mengenai tata surya. Saya sempat bingung, kok bisa anak sekecil ini tertarik dengan tata surya? Begitu besar manfaat membaca dalam perkembangan pengetahuannya.

Sampai di titik ini, kami sudah melewati waktu yang panjang untuk sama-sama belajar. Saya sebagai orang tua, harus mencari cara kreatif untuk memilih media menarik agar anak tidak terpaksa belajar. Begitu pula anak saya, dia juga sudah berjuang mengerahkan kemampuan otaknya untuk mengingat dan merangkai huruf, kata hingga kalimat.

Berikut beberapa cara yang sudah saya terapkan untuk mengajari anak pertama saya membaca dan bisa dibilang berhasil. Kini hal yang sama juga tengah saya terapkan untuk anak kedua. Bersyukur lagi di usianya baru dua tahu, semua huruf sudah bisa dieja dan ditulisnya dengan baik tanpa salah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

1. Ajarkan di Saat yang Tepat

Jika orang tua merasa sistem proprioseptif anak sudah matang, maka perkenalan yang sebelumnya dilakukan, sudah bisa ditingkatkan kepada tahap pengajaran. Mengajarkan berarti sudah ada respon yang sepatutnya diberikan anak. Tidak harus dalam satu kali ajar, karena anak butuh waktu untuk mengingat. Biasanya saya mengajarkan huruf dan membaca hanya ketika anak mau fokus mendengarkan.

Misalnya saya memancing dengan membaca satu suku kata, jika anak merespon dan menjawab dengan semangat, maka saya akan melanjutkan. Namun jika ternyata fokusnya malah lebih kepada hal lain dan tidak terlalu mengindahkan, maka saya akan mencoba di kesempatan lain.

Seringnya, memaksa anak belajar disaat tidak fokus, hanya akan membuat kita capek sendiri. Apa yang diajarkan tidak terserap, efeknya juga akan meninggalkan trauma yang mungkin menyebabkan anak malas menerima ajaran yang sama.

2. Gunakan Media Pengenalan yang Menarik

Mainan, hal paling identik dengan dunia anak-anak, merupakan salah satu media yang dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan huruf dan membaca. Beberapa mainan huruf yang saya belikan adalah puzzle warna-warni, papan magnet lengkap dengan huruf alfabet yang bisa ditempel, huruf-huruf plastik, bahkan playmate yang bergambar huruf. Mainan edukasi seperti ini jauh sangat bermanfaat bagi anak.

Poster huruf yang menarik juga bisa diandalkan. Jika ingin lebih hemat, cari saja gambarnya di internet dan cetak dalam ukuran besar. Jangan lupa selipkan gambar-gambar kecil dan beri warna cerah. Tempel di tempat yang bisa dijangkau anak, mudah terlihat dan di area anak sering beraktivitas.

Jika usia anak lebih besar dan penggunaan gadget sudah menjadi bagian dari permainannya, maka pilihlah game dan media yang tepat agar manfaat positifnya bisa didapat. Saya bukan tipe orang tua yang anti gadget. Nyatanya, gadget sangat membantu anak dalam mempelajari banyak hal yang bahkan saya sendiri belum mampu mengajarkannya.

Tentukan aplikasi permainan dan video yang boleh dimainkan anak. Terkait dengan belajar membaca, sebaiknya instal aplikasi permainan huruf khusus anak. Jika menonton video di YouTube, pilihlah channel yang mengedukasi huruf dan harus sesuai dengan selera anak. Jangan lupa, batasi juga waktu penggunaan gadgetnya, ya.

3. Membacakan Buku

Membacakan buku berperan besar dalam memperkenalkan huruf dan budaya membaca pada anak. Rasa penasaran akan memancing keingintahuannya untuk melihat, mempelajari dan berharap bisa melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan orang tuanya.

Selain membeli buku dongeng dan membacanya bersama anak, beli pula buku khusus anak yang terdapat huruf atau kata-kata singkat. Semakin sering anak melihat huruf, maka semakin cepat pula tersimpan dalam memorinya.

4. Mewarnai Huruf dan Gambar Berhuruf

Anak suka coret-coret? Beri buku mewarnai saja. Belilah buku dengan pola huruf, atau bisa juga sambil menyelam minum air, yaitu pilihlah buku mewarnai yang dilengkapi dengan huruf. Contohnya buku mewarnai alat-alat transportasi.

Selain berisi pola kereta api, mobil, motor, pesawat atau kapal, di bagian bawahnya juga terdapat tulisan nama dari masing-masing alat transportasi tersebut. Jadi, selain mewarnai, visual anak juga tetap terisi dengan huruf-huruf yang tertera.

5. Beri Ruang untuk Anak Belajar Sendiri

Fenomena yang sering terjadi pada anak saya adalah menolak ketika diajarkan, namun mampu belajar sendiri di saat tidak ada yang memperhatikan. Misalnya malam ini saya mengajari cara mengeja dengan menggunakan huruf vokal U dan ternyata dia hanya melihat sekilas lalu kembali sibuk dengan mainan mobil-mobilannya.

Nah, besok siangnya, tanpa diminta, dia akan membaca sendiri tulisan yang tertempel di dinding dengan vokal U ketika saya sibuk memasak. Ini membuktikan bahwa anak butuh waktu belajar sendiri dengan caranya.

Sebaiknya orang tua tidak melulu memaksa anak mendengarkan di saat itu juga, namun beri ruang untuk anak berusaha mengembangkan apa yang sudah ia lihat dan dengar.

***

Itulah beberapa cara mengajari anak membaca secara mandiri di rumah di usia pra sekolah yang saya lakukan bersama anak. Intinya anak dapat menerima apa yang sering didengar dan dilihatnya, maka dari itu orang tua harus bisa memanfaatkan masa-masa emas anak yang serba ingin tahu untuk mengajarkan ilmu-ilmu dasar.

Mengajari anak sesuatu yang identik dengan pelajaran sekolah bukan berarti memaksanya belajar dan menyita waktu bermainnya. Dengan cara-cara yang tepat, kreatif dan menarik, belajar itu akan dianggap sebagai permainan yang menyenangkan baginya. Jika tidak menyenangkan, mana mungkin anak akan sukarela meminta untuk diajarkan dan bisa sangat cepat menerimanya? Kadang orang tua hanya perlu memberi kulit luarnya saja, kalau anak tertarik, antusiasnya akan melebihi ekspektasi orang tua.

Masih ragu? Terapkan saja dulu satu atau dua cara mengajari anak membaca seperti yang saya lakukan. Kalau sudah merasakan manfaatnya dan melihat sendiri perkembangan anak, pasti menjadi hadiah indah bagi kita sebagai orang tua dan tentunya untuk kehidupan anak.

Semoga bermanfaat.

Ditulis oleh Novarty Eka Putriana, UGC Contributor theAsianparent.com

Artikel UGC lainnya: