Mendahulukan Diri Sendiri sebelum Anak dan Suami Bukanlah Egois

Egoiskah aku jika mendahulukan diri sendiri? Padahal ini juga penting dalam hubunganku dengan suami dan anakku.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Long distance marriage harus kami jalani di awal pernikahan karena suatu hal. Karena keadaan tersebut akhirnya mengharuskan kami bersabar karena kami belum dikaruniai seorang anak.

Kelahiran anak pertama kami sangat kami nantikan karena Allah baru menganugerahkan malaikat kecil setelah usia pernikahan kami delapan bulan, tepatnya setelah kami berkumpul bersama.

Kehamilan pertama tentunya menjadi tantangan baru bagi kami, bagaimana kami harus saling menjaga, mendukung, memenuhi kebutuhan satu sama lain. Tidak jarang kami berselisih paham mengenai suatu hal karena hal tersebut sudah biasa terjadi dalam sebuah pernikahan.

Komunikasi

Pada dasarnya saya bukanlah orang yang rajin, namun saya selalu berusaha demi kebaikan saya sendiri walaupun rasanya enak sekali menjadi malas. Ketika hamil, saya menjaga betul kondisi saya dan bayi supaya tidak terlalu lelah, akan tetapi rupanya hal itu terlalu membuat saya takut untuk bergerak lebih banyak sehingga timbul kesalahpahaman pada suami saya bahwa saya semakin malas dari hari ke hari.

Apapun yang kita alami dan rasakan baiknya kita komunikasikan dengan suami kita tanpa rasa malu karena sejatinya beliaulah teman hidup kita hingga tua. Saling terbuka akan hal apapun sangat penting agar saling mengetahui apa yang pasangan kita rasakan.

Orangtua kami berpesan bahwa kini kami adalah satu, ibarat dua manusia menjadi satu, sudah bukan aku dan kamu lagi tapi kita, sehingga jika ada hal yang ditutupi akan menimbulkan kesalahpahaman.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Mendahulukan diri sendiri

Seorang ibu sejatinya dituntut selalu siap siaga untuk suami dan anak. Hal itu membuat saya terkadang harus mendahulukan diri saya sendiri untuk banyak hal. Terdengar egois bukan?

Sering kali saya dihantui pikiran bahwa saya egois jika mendahulukan diri saya sendiri daripada suami dan anak saya, namun rupanya pada suatu waktu memang kita perlu mendahulukan diri kita dulu dan itu bukan berarti kita egois.

Contoh nyatanya adalah ketika suami hendak bekerja di pagi hari, sementara kita bangun paling pagi. Biasanya kita masak dulu untuk mempersiapkan suami sarapan, namun setelah kita selesai memasak suami kita belum juga bangun.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kita merasa lapar kemudian makan terlebih dahulu karena sedang dalam masa mengASIhi, takut-takut jika anak kita terbangun lalu masih merasa mengantuk.

Itu merupakan tindakan preventif, bukan egois. Memang bisa saja kita membujuk anak kita untuk bangun lalu makan makanan yang sudah kita masak, namun jika ia tidak mau apakah perlu dipaksa? Tentu tidak. Terkadang mendahulukan diri sendiri itu perlu.

Saling bergantung

Manusia adalah makhluk sosial, sudah biasa bahwa seorang individu tidak mampu melakukan semua hal sendirian. Saling bergantung dengan menggantungkan diri adalah dua hal yang berbeda.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sudah sewajarnya jika suami dan istri saling bergantung, karena memang dalam hubungan dua manusia tersebut ada saling ketergantungan.

Yang kurang wajar adalah bila kita masih mampu melakukan suatu hal tapi tidak kita lakukan dan menunggu orang lain untuk melakukannya. Sesekali mungkin masih bisa ditoleransi, namun jika berlanjut hanya akan merugikan diri kita sendiri dan orang lain.

Saya dan suami menyiasatinya dengan saling bermanja jika sedang malas melakukan suatu hal, namun jika sama-sama sedang malas, harus ada salah satu dari kami yang segera bertindak untuk bergerak terlebih dahulu agar segera terselesaikan.

Sesekali tidak apa kita malas, namun jangan berlarut dan harus segera memotivasi diri untuk menjadi rajin kembali, karena kini ada manusia kecil yang perlu perhatian kami dan harus kami beri contoh yang baik.

Saling mendukung

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ada kalanya kita merasa kurang percaya diri, tidak mampu, lemah. Hal itu sangat wajar kita alami, apalagi sebagai orangtua baru, sering kali kita menyalahkan diri kita bila terjadi sesuatu pada anak kita.

Disinilah peran pasangan untuk saling menguatkan dan mendukung. Akui dahulu bahwa kita adalah manusia, makhluk yang tidak sempurna yang pasti akan melakukan kesalahan.

Kita tidak pernah sendiri, selain pasti Allah membersamai kita, ada pasangan kita yang dapat saling bertukar pendapat, pikiran, dan saling mendukung. Seorang ibu sering kali merasa sendiri, hal tersebut dapat memicu emosi negatif, percayalah bahwa suami kita juga pasti khawatir pada istri dan anaknya, ingin selalu membahagiakan mereka, karena sudah sewajarnya keluarga saling menjaga satu sama lain.

Manusia bukan makhluk yang sempurna, suami dan istri menjalani pernikahan karena ingin saling menyempurnakan.

Kita perlu menerima bahwa memang masih memiliki kekurangan, namun yang penting adalah bagaimana kita mengelola kekurangan dalam diri agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Terus memperbaiki diri adalah langkah terbaik yang dapat kita lakukan untuk kebaikan diri kita dan keluarga.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saya mencoba menanamkan pada diri saya bahwa tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri, terlebih setelah menjadi orangtua, saya perlu memperbaiki diri saya sebelum mengajarkan pada anak saya, karena sejatinya ia akan melihat dan mencontoh terlebih dahulu sebelum mendengarkan nasehat orangtuanya.