Mencapai orgasme. Dua kata ini tentu saja menjadi sebuah keinginan saat melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang Anda cintai. Benar bukan?
Sayangnya, kenikmaatan yang satu ini memang tidak mudah dirasakan. Bahkan, banyak orang yang masih bertanya-tanya, bagaimana rasanya orgasme. Termasuk seperti apa reaksi tubuh saat merasakan orgasme.
Namun, memang tidak bisa dipungkiri, memahami apakah seseorang telah mencapai orgasme bersefat individual. Namun, yang pasti orgasme pada dasarnya merupakan sebuah perasaan yang menjadi puncak dari kenikmatan seksual.
“Rasanya gairah tubuh naik dan hangat saat penetrasi dengan Miss V istri. Saat mencapai orgasme, sepertinya ada rasa ngilu tapi nikmat sekali. Sebenarnya rasanya sulit untuk digamparkan dengan pasti” ungkap RF, laki-laki yang kini berusia 27 tahun.
Pernyataan RF di atas seakan menegaskan bahwa reaksi tubuh memiliki peran penting saat orgasme. Uhhm, sebenarnya bagaimana, sih yang dialami tubuh saat seseorang merasakan kenikmatan orgasme?
Perlu diketahui, The Oxford English Dictionary mendefinisikan orgasme sebagai sebuah gerakan tubuh yang tiba-tiba, seperti kejang, kontraksi, atau getaran akibat lonjakan gairah seksual.
Sementara, berdasarkan kamus Merriam-Webster, orgasme merupakan serangkaian tanda dan gejala fisik yang terjadi pada puncak kenikmatan seksual yang biasanya ditandai dengan ejakulasi pada laki-laki dan kontraksi vagina pada perempuan.
Artikel tekait: Mengapa perempuan sering susah orgasme? Penelitian ini ungkap 7 alasannya
Seperti apa tanda tubuh sebelum mengalami orgasme?
Mengutip dari WebMD, William Masters and Virginia Johnson sebagai dua orang terapis seks terkemuka menciptakan istilah “sexual response cycle” atau respon siklus seksual. Istilah ini dimaksudkan untuk menggambarkan urutan kejadian yang dialami tubuh saat terangsang secara seksual dan berpartisipasi dalam kegiatan yang merangsang secara seksual, Baik seks penetratif, masturbasi, ataupun saat foreplay.
Ternyata ada empat tahapan respon siklus seksual, yaitu gairah seksual, masa stabil, orgasme dan resolusi. Dari urutan tersebut, tidak ada batas jelas di mana suatu tahap dimulai dan berakhir. Karena semua ini menjadi bagian dari proses berkelanjutan dari respon seksual.
Namun perlu dipahami kalau siklus ini garis besarnya secara umum saja. Ada banyak variasi antara individu, sebab masing-masing peristiwa seksual bisa berbeda. Biasanya laki-laki mencapa orgasme lebih dulu, sementara perempuan membutuhkan waktu hingga 15 menit untuk mencapai sensasi yang sama.
Respon tubuh saat mencapai orgasme
Selain itu, pada umumnya fase ini dimulai dalam waktu 10-30 detik setelah stimulasi erotis, dan dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.
Pada laki-laki: Penis sedikit tegak, testis membengkak, skroktum mengencang, lalu penis mulai mengeluarkan cairan pra-ejakulasi. Saat ini, puting seorang laki-laki juga dapat menegak dan mengeras.
Pada perempuan: Pelumasan vagina dimulai, vagina membengkak dan memperpanjang. Bibir luar, bagian dalam, klitoris dan terkadang payudara juga mulai membengkak, seketika payudara menjadi lebih penuh.
Yang terjadi pada tubuh laki-laki dan perempuan: Laki-laki dan perempuan sama-sama merasakan otot yang menegang, pupil mata membesar, dan ambang nyeri mulai naik. Denyut jantung, tekanan darah dan pernapasan meningkat.
Saat melakukan hubungan intim, peningkatan vasokongestion alias pembengkakan jaringan yang disebabkan oleh penambahan aliran darah, bisa menyebabkan tiga tanda umum. Yaitu, puting menegang, kulit memerah dan terjadinya ereksi.
Pada saat yang sama, otak akan ‘dibanjiri’ oleh hormon dopamin dan oksitosin. Hormon dopamin dilepaskan pertama kali dan memicu motivasi (motivasi mencapai orgasme). Lalu oksitosin kemudian menyusul, sampai akhirnya membuat Anda merasa terikat.
Duo neurotrasmitter (dopamin dan oksitosin) ini dapat menjelaskan mengapa kita merasakan terikat dengan pasangan saat mulai merasa bergairah. Menurut Refinery 29, geografi otak menyala layaknya kembang api selama gairah seksual meningkat.
Bayangkan, setengah lusin bagian otak kita ternyata aktif saat merasakan gairah seksual. Termasuk amigdala (yang terkait dengan emosi), hippocampus (yang terkait dengan manajemen memori) dan insula anterior (membantu memproses perasaan fisik).
Respon tubuh saat masa stabil atau plateau
Fase plateau terjadi apabila rangsangan seksual terus terjadi. Akan tetapi bisa jadi diungkapkan atau tidak diungkapkan, baik secara lisan atau dengan tindakan.
Pada laki-laki: Testis tertarik ke dalam skroktum alias penis jadi sepenuhnya tegak.
Pada perempuan: Bibir vagina lebih menggembung, jaringan-jaringan dinding vagina (sepertiga dari bagian luar membengkak akibat dipenuhi darah, dan bukaan vagina menyempit. Saat ini, klitoris perempuan menjadi sangat sensitif (bahkan sakit bila disentuh) dan bersembunyi di bawah tutup klitoris untuk menghindari rangsangan langsung dari penis.
Labia pada bagian dalam (bibir) berubah warna. Untuk perempuan yang belum pernah memiliki anak, bibir berubah dari merah muda menjadi merah cerah. Kalau sudah memiliki anak, warna berubah dari merah cerah ke ungu tua.
Yang terjadi pada tubuh laki-laki dan perempuan: Laju pernapasan dan denyut nadi semakin dipercepat. Mungkin “sex flush” (bercak kemerahan) mungkin muncul di perut, dada, bahu, leher ata wajah. Otot pinggul, tangan, paha dan pantat menegang, bahkan kejang mungkin dirasakan.
Selama fase ini, rangsangan gairah dapat mencapai tingkat paling tertingginya, dapat hilang, dan kemudian timbul kembali beberapa kali. Saat mencapai puncaknya, orgasme akan mengikuti. Akhirnya segala ketegangan seksual pun dilepaskan.
Tahap Resolusi
Saat tahap ini tubuh perlahan-lahan mulai kembali normal. Semua ketegangan tadi mulai turun. Fase akhir orgasme pada perempuan akan ditandai dengan sensasi lega dan melelahkan.
Tapi, beberapa perempuan akan mampu meraih orgasme lagi dengan rangsangan dan stimulasi lanjutan. Sedangkan bagi beberapa laki-laki, mungkin membutuhkan waktu beberapa saat untuk siap “turn on” setelah orgasme.
***
Nah, itulah yang dialami tubuh saat seseorang mencapai orgame paling tinggi sampai akhirnya normal kembali. Hmm, Parents juga merasakan hal di atas juga kan?
Referensi: WebMD, Refinery 29
Baca juga:
Mengapa perempuan sering pura-pura orgasme? Ini penjelasan seksolog