Bagaimana jika kita sedang dalam aktivitas padat, atau ketika sedang berkendara tiba-tiba ingin buang air kecil. Sedangkan kita harus menahan kencing hingga benar-benar menemukan toilet atau menyelesaikan aktivitas tersebut. Hal ini pastinya terasa sangat mengganggu.
Banyak dari kita yang terpaksa menahan kencing dalam keadaan tersebut. Rasa ingin buang air kecil tersebut terjadi berkat reseptor kecil di dinding kandung kemih. Reseptor tersebut mengirim sinyal ke otak ketika kandung kemih dalam keadaan penuh.
Meski tubuh kita memiliki kontrol penuh atas fungsi kandung kemih. Artinya, ketika perasaan ingin berkemih itu muncul, kita bisa memilih segera ke kamar kecil atau terpaksa menahan kencing.
Bagaimana jika pilihan kita adalah tetap menahan kencing?
Yang sebenarnya terjadi pada tubuh jika kita seringkali menahan kencing, maka tutup tabung di kandung kemih akan menutup dengan erat. Tertutupnya kandung kemih ini akan menjaga urine tidak bocor melalui uretra. Hal ini dijelaskan oleh pembawa acara video SciShow Michael Aranda dalam salah satu tayangannya.
Seperti yang dilansir dari Science Alert, Rabu (07/03/2018), otot kecil tersebut memiliki kekuatan yang luar biasa karena bisa bekerja secara konsisten dalam jangka waktu lama. Menahan kencing tentunya mempunyai risiko sendiri. Sering menahan kencing dalam jangka waktu panjang bisa memunculkan risiko infeksi lebih tinggi.
Terus mehanan rasa ingin buang air kecil ini bisa melemahkan otot kandung kemih. Akibatnya, terjadi retensi urine atau kondisi yang mencegah kita mengosongkan kandung kemih sepenuhnya saat kencing.
Bukan hanya itu, menahan kencing dalam jangka waktu lama juga membuat tubuh terpapar bakteri yang mungkin membahayakan. Hal ini membuat peluang terkena infeksi saluran kemih (ISK) menjadi lebih besar.
Terdapat sebuah kasus paling ekstrem yang berkaitan dengan menahan kencing, seperti yang dialami oleh astronom dan alkemis asal Denmark pada abad ke-16 Tycho Brahe. Alasannya konyol, Brahe meninggal karena menahan kencing.
Dalam sebuah acara perjamuan, Brahe dilaporkan tidak kencing sama sekali karena menganggap itu adalah pelanggaran etiket. Sesampainya di rumah, Brahe justru menemukan bahwa dirinya tidak bisa kencing sama sekali.
Tak lama kemudian, Brahe pingsan dan meninggal akibat kandung kemihnya pecah. Kasus Brahe tersebut termasuk langka. Biasanya orang hanya tinggal buang air kecil untuk mengatasi masalah kandung kemih tanpa merusaknya. Jika pecah, biasanya itu terjadi karena sudah ada kerusakan di kandung kemih dari alasan lain.
Kasus pecahnya kandung kemih juga kadang terjadi pada seseorang yang mabuk. Hal ini dikarenakan otak orang mabuk tidak bisa memperhatikan sinyal dari kandung kemih untuk buang air kecil.
Kerena itu sebaiknya jika rasa buang air kecil sudah tidak tertahankan, jangan pikir panjang untuk menundanya. Jika berpikir untuk masih ingin menahan buang air kecil, pikirkan kembali risikonya.
Apa yang terjadi pada tubuh saat menahan kencing?
Ketika Anda merasakan keinginan untuk mengosongkan kandung kemih Anda, alasan di balik itu tidak sesederhana kandung kemih Anda terisi dengan cairan.
Healtline menulis, itu sebenarnya proses yang cukup rumit yang melibatkan banyak otot, organ, dan saraf yang bekerja bersama untuk memberi tahu Anda bahwa sudah saatnya untuk pergi kencing segera.
Ketika kandung kemih Anda setengah penuh, saat itu tubuh akan mengaktifkan saraf di kandung kemih. Saraf ini memberi sinyal pada otak untuk memberi keinginan tubuh untuk buang air kecil.
Otak kemudian memberi sinyal pada kandung kemih untuk bertahan sampai waktunya. Aktivitas menahan kencing secara sadar akan melawan sinyal ini.
Sinyal-sinyal ini akan berbeda dari orang ke orang. Hal ini juga bervariasi sesuai dengan usia, yaitu berpengaruhnya pada berapa banyak cairan yang ada di kandung kemih Anda, dan jam berapa hari itu.
Misalnya, sinyal-sinyal ini akan berkurang di malam hari – dengan begitu Anda bisa mendapatkan istirahat malam penuh alih-alih berlari ke kamar kecil setiap beberapa jam.
Jika sinyal-sinyal ini muncul, itu mungkin akibat dari kondisi medis yang mendasarinya. Beberapa orang mungkin memiliki kandung kemih yang terlalu aktif, salah satunya karena dipicu oleh stres.
Bagi beberapa wanita, keinginan untuk buang air kecil lebih sering dapat meningkat setelah memiliki anak. Ini adalah hasil dari perubahan yang terjadi selama persalinan, termasuk melemahnya otot dan stimulasi saraf.
sumber kompas.com
Baca juga
id.theasianparent.com/perut-buncit-perempuan/