Saat pertama kali aku mendengar suara tangisan bayiku yang telah lahir, aku merasa sangat senang dan terharu meskipun rasa sakit setelah melahirkan masih sangat berasa. Aku melalui proses melahirkan secara induksi, hampir menyerah ditengah jalan di saat pembukaan belum lengkap. Namun aku berusaha bertahan demi keinginanku bisa melahirkan normal. Dan akhirnya aku berhasil melahirkan seorang bayi laki-laki yang lucu dan menggemaskan.
Aku mencoba menyusui bayiku meskipun awalnya ASIku belum keluar. Bahkan keluarpun hanya sedikit, dan dengan berat hati aku memberikan sufor untuk anakku dengan perintah orangtua. Aku sebenarnya merasa sedih tapi juga kasihan melihat anakku belum minum susu selama hampir tiga hari. Hari demi hari berlalu, sedikit demi sedikit hingga akhirnya ASIku menjadi deras sampai bisa membasahi bajuku.
Aku bersyukur bisa menyusui anakku secara langsung. Tapi tiap kali bayiku menyusu aku mulai merasa nyeri dan sakit dibagian payudara, aku pikir mungkin pelekatannya belum baik dan aku terus belajar dan berusaha menjadi ibu baru.
Selama pasca melahirkan aku dibantu oleh ibuku untuk mengurus bayiku. Aku masih belum bisa terlalu banyak bergerak dan suamiku pun selalu setia menemaniku. Aku sempat tidak bisa BAB berminggu-minggu, rasa mulas namun feses yang sangat keras. Dalam keadaan belum bisa jongkok. Seringkali aku berjam-jam di dalam wc sambil terus menangis. Terbesit pikiran tidak ingin melahirkan lagi.
Hari demi hari kulalui dengan suka duka menjadi seorang ibu, aku mencoba menjadi seorang ibu yang bahagia namun tetap saja semakin hari ASIku semakin sedikit. Aku mulai minum teh pelancar ASI namun tidak ada hasil. Aku juga membeli pompa ASI namun hasilnya sangat sedikit. Itu karena penyebabnya adalah aku sempat dua hari satu malam harus meninggalkan bayiku untuk urusan kerja yang mendadak. ASIku merembes saat itu dan tidak ada bayiku yang meminumnya hingga payudaraku makin bengkak dan nyeri.
Tidak lama setelah itu pun aku jatuh sakit hampir seminggu dan mengharuskan aku minum obat. Aku tentu tidak bisa menyusui bayiku. Aku lagi-lagi sedih, bayiku masih dua bulan dan ASIku semakin seret. Terpaksa harus dibantu sufor kembali. Aku merasa tidak becus menjadi seorang ibu. Padahal semenjak hamil aku bertekad untuk memberikan bayiku full ASI namun ada saja halangannya. Belum lagi perkataan orang lain yang bikin semakin down.
Namun, berkali-kali aku juga berusaha berpikir positif dan mengabaikan perkataan orang-orang yang tidak penting. Aku ingin bahagia bersama keluarga kecilku, yang terpenting keluarga terdekatku selalu mendukung apapun keputusan yang aku pilih. Karena akulah yang paling tahu keadaanku dan bayiku bukan orang lain.
Sampai diusia tiga bulan aku tidak lagi memberi ASI pada bayiku. ASIku sudah tidak ada dikarenakan aku seorang PNS yang harus bekerja dari pagi hingga sore belum lagi pusing karena tugas dan sebagainya. Aku membawa bayiku keperantauan saat ia masih berusia dua bulan lebih. Ldr dengan suami dan hanya ibu yang membantuku mengurus bayiku. Lagi-lagi sedih memisahkan anakku dengan ayahnya.
Namun, hanya tiga bulan diperantauan aku memutuskan pulang. Aku kesulitan merawat anakku di sana karena tempat kerjaku di daerah terpencil. Aku tidak tahan bahkan sempat terkena baby blues di sana, sekarang sudah berencana untuk resign. Ini keputusan besar yang harus kuambil.
Aku lebih memilih mengurus bayiku, berkumpul dengan suami dan keluargaku. Sungguh aku benar-benar tidak bisa berpisah dengan anakku. Aku pun tidak mau menitipkannya. Kenapa? Karena anakku ini adalah hadiah besar dari Tuhan untukku setelah sempat kehilangan di masa lalu. Aku terus memohon agar Tuhan memberikan ganti untukku dan terkabul. Lagi pula ada suami yang bekerja cukup untuk nafkahi keluarga kecilku.
Kadang sebagai wanita yang bekerja kita dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Saat sudah memiliki anak keinginan untuk terus mendampingi tumbuh kembang anak adalah yang terpenting. Sama halnya denganku, aku memang belum menjadi ibu yang sempurna untuk anakku tapi aku akan terus berusaha yang terbaik selalu ada untuknya, memeluk dan menyayanginya.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.