Hai Parents, tidak terasa ya, sebentar lagi akhir tahun. Biasanya, para orang tua sudah sibuk memikirkan sekolah di ajaran tahun. Jadi, siapa nih yang berencana akan menyekolahkan anak? Atau masih galau karena pandemi mau mendaftarkan sekolah, tetapi ternyata anak lebih nyaman belajar di rumah? Adakah yang terbesit untuk memilih homeschooling saja?
Atau ingin tapi terbayang dengan ketakutan sisi lain homeschooling? Normal saja, kok. Namun, berdasarkan pengalaman saya yang memiliki latar belakang di dunia pendidikan, saya ingin berbagi pandanggan.
Siapa tahu, beberapa poin yang saya ulas ini bisa membantu Parents dalam menentukan pilihan Homeschooling atau sekolah formal biasa.
Memahami Pengertian antara Homeschooling dan Sekolah Formal
Nah, ini adalah yang paling harus menjadi alasan kuat Parents, dalam menentukan pilihan. Memahami makna dari Homeschooling dan Sekolah Formal. Memilih di antara keduanya haruslah berdasarkan pertimbangan kuat, tidak hanya sekedar karena tren atau ikut-ikutan ya.
Sekolah Formal
Sekolah Formal atau Pendidikan formal biasa kita kenal terdiri dari SD, SMP dan SMA. Pendidikan Formal merupakan salah satu jalur dari Pendidikan Nasional. Ciri dari pendidikan Formal adalah ketat, teratur, sistematis, berjenjang dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas.
Contohnya, saat akan masuk SD anak akan diberi syarat batasan usianya, teratur dengan segala peraturan jam masuk, seragam yang harus digunakan, sistematis dengan kurikulum nasional yang dikembangkan, serta berjenjang dengan kelas-kelas tingkatan
Memilih Homeschooling
Homeschooling (HS) adalah model alternative dari pendidikan di Indonesia. Sebenarnya Belum ada artian khusus dari HS sendiri. Pada awalnya HS berada di jalur informal karena pure difasilitasi oleh orangtua. Namun, dalam perkembangannya HS telah banyak menjadi komunitas bahkan dikembangkan oleh lembaga pendidikan nonformal agar bisa diakui.
saat memilih Homeschooling sendiri bukan berarti bebas tanpa aturan tapi harus benar-benar dilaksanakan dengan penuh kesadaran oleh fasilitator dan peserta didiknya sendiri. Membuat kurikulum yang sesuai dengan karakter dan perkembangan usia anak, tentunya yang banyak membedakan adalah proses di dalamnya yang tidak seketat pendidikan formal.
Proses Belajar
Inilah yang paling membedakan antara Homeschooling dengan Sekolah Formal, Jika dalam pelaksanaanya Sekolah formal benar-benar diatur kurikulumnya sesuai Kurikulum Nasional, dikembangkan menjadi Silabus hingga RPP dengan segala peraturan ketat penuh kedisiplinan.
Sementara HS lebih seperti bentuk kritis terhadap Sekolah Formal yang menganggap kurang memerdekakan peserta didik sebagai subyek pendidikan yang memiliki karakter masing-masing. Proses belajar dalam HS terasa lebih santai, nonformal, sesuai minat anak, tidak terbatas waktu dan usia.
Tetapi dengan catatan kesadaran dan tanggungjawab telah terpatri dari dalam anak serta fasilitator. Disini parents bisa menentukan apakah anak cocok dididik dengan penuh kedisiplinan ketat atau lebih longgar tapi bertanggungjawab?
Sumber Daya Manusia
Syarat selanjutnya, adalah sumber daya manusia. Anak sebagai subjek pendidikan harus benar-benar kita kenali dengan baik. Apakah telah memiliki self directed learning/ kemampuan mengarahkan dirinya belajar sendiri yang baik atau belum? Apakah orangtua memiliki waktu, kemampuan, ketrampilan dan ilmu dalam mendidik anak sendiri atau sangat memerlukan seorang Guru?
Apabila anak yakin untuk menjalani HS serta orangtua memang “ahli”, yakin menjadi fasilitator, mau menjadi pembelajar, kreatif, dan konsisten maka HS dapat menjadi pilihan yang tepat. Namun, apabila anak tidak perlu aturan, belum tahu minat kesukaan, belum ada self directed learning yang baik, serta orangtua tidak banyak waktu membersamai, tidak memiliki kemampuan menjadi fasilitator dan memiliki aktivitas lain maka bersekolah formal tetap menjadi yang terbaik.
Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan semua sumber baik yang berupa data, orang, metode, media, tempat berlangsungnya pembelajaran, yang digunakan oleh peserta didik demi memudahkan dalam belajar. Jika di Sekolah Formal sudah diatur dalam kurikulum, Silabus dan RPP. Maka dalam HS kurikulum adalah hasil pengembangan fasilitator dan peserta didik, tidak terbatas ruangan, bahkan menjelajah tempat yang ada. Kurikulum bebas digunakan, bisa disamakan dengan sekolah formal hanya dibedakan gaya, metode, dan medianya atau dikembangkan fasilitator dengan filosofi tersendiri. Apakah Parents siap?
Hasil Belajar
Output dari pendidikan adalah kemerdekaan peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Jika dalam pendidikan formal hasil pendidikan tertulis dalam sebuah ijazah, maka pada awalnya HS tidak. Belum adanya pengakuan sebelumnya serta belum diakuinya keberadaan peserta didik HS akhirnya membuat para fasilitator/orangtua membentuk komunitas serta adanya Lembaga Nonformal yang memfasilitasi untuk melakukan penyetaraan.
Hingga akhirnya parents kini tidak perlu takut lagi, karena HS telah disamakan dengan Kejar Paket. Ijazah Ananda akan sama dengan Kejar Paket A(SD), Kejar Paket B(SMP), dan Kejar Paket C (SMA), bisa untuk mendaftar kuliah atau jenjang pendidikan lainnya. Caranya parents cukup mendaftar di akhir semester pembelajaran.
Demikian dapat menjadi pertimbangan parents semua dalam menentukan apakah akan tetap Sekolah Formal atau memilih Homeschooling. Semoga membantu, ya!
Ditulis oleh Tiara Rahmania Martharini, VIPP Member theAsianparent ID
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.