Tahukah anda kalau mau sembuh dari sakit, misalnya patah tulang, yang menyembuhkan anda adalah tubuh anda sendiri? Dokter hanyalah perantara yang membantu tubuh anda menyembuhkan dirinya sendiri.
Jadi sudahkah anda mengenal tubuh anda? Bagaimana agar tetap sehat? Simak penjabaran tentang pentingnya health literacy atau melek kesehatan dari dokter OK Ilham Abdullah Irsyam, Residen Orthopaedi dan Traumatologi UNAIR Surabaya, berikut ini.
Pentingnya health literacy atau melek kesehatan
Kita akan hidup selama-lamanya dengan tubuh kita, dan sampai sekarang belum ada yang bisa menggantikannya. Bukankah semua orang berhak (atau wajib) mengetahui bagaimana tubuhnya berfungsi dan bagaimana menjaganya?
Selama ini kita selalu menyerahkan segala masalah tubuh kita ke dokter, sehingga sering lupa bahwa kita juga bertanggung jawab menjaganya atau berkewajiban berusaha untuk sembuh jika kita sakit.
Dalam usaha kita mencari kesembuhan sering kali terjadi kesalahpahaman pada saat bertemu dengan dokter. Kesalahpahaman ini karena adanya perbedaan pengetahuan antara dokter dan pasien. Sedangkan pengetahuan bukanlah pendidikan.
Dalam ilmu komunikasi, pengirim dan penerima pesan haruslah memiliki bahasa atau media yang dapat dimengerti bersama. Nah, dalam komunikasi dokter-pasien kedua-duanya menjadi pengirim dan penerima pesan, namun sudah samakah ‘bahasa’ nya?
Saat ini, pendidikan dokter dan dokter spesialis menaruh perhatian yang besar terhadap komunikasi dokter-pasien, dan telah menjadi salah satu parameter kelulusan. Tapi dari pihak pasien apakah ada usaha menyamakan bahasa tersebut?
Dengan semakin terbukanya akses informasi melalui internet dalam genggaman tangan, memang pasien dapat mencari informasi tentang penyakitnya melalui mesin pencari daring tetapi tidak sedikit informasi yang didapat salah, sehingga dapat menyesatkan pasien.
Health literacy atau ‘melek kesehatan’ adalah istilah yang diperkenalkan oleh Institute of Medicine of the United States National Academies yang kemudian dipakai oleh WHO dan praktisi kesehatan masyarakat untuk mengukur kemampuan masyarakat awam untuk membaca atau mengerti informasi dasar tentang kesehatan. Dan sering ketidakmampuan dokter menilai kemampuan pasien memahami hal ini berujung pada ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan dokter.
Tetapi kekurangan pengetahuan ini bukanlah karena kurangnya pendidikan. Sering kali kita temukan pasien yang mengalami kesalahpahaman dengan dokter adalah orang-orang berpendidikan tinggi.
Mengapa? Hal ini mungkin disebabkan karena ada poin poin pengetahuan yang belum terjabarkan dengan baik, misalnya:
- Media-media cetak, televisi atau online sering menjadi sumber pengetahuan kesehatan dan medis oleh pasien namun pemberitaan/artikel yang disiarkan sering tidak valid dan tanpa telisik mendalam. Seharusnya media publik bukan menjadi garda terdepan dalam siar kesehatan tetapi menjadi pendidikan dasar (kurikulum).
- Pengetahuan kesehatan seharusnya dimasukkan ke dalam pendidikan sejak dini, bukan hanya cuci tangan – gosok gigi. CPR dan Ambulans 118 seharusnya juga sudah diajarkan sejak dini.
Dalam hal ini, bukan berarti semua orang harus jadi dokter, tapi dengan adanya pengetahuan dasar lewat melek kesehatan, jelas mempermudah terapi dan ‘compliance’ (penyesuaian/penerimaan) dalam terapi. Bahkan mungkin bisa menyelamatkan nyawa kita sendiri.
Memahami Literasi Kesehatan
Literasi kesehatan penting bagi semua orang karena, pada titik tertentu dalam kehidupan kita, kita semua harus dapat menemukan, memahami, dan menggunakan informasi dan layanan kesehatan.
Menjaga kesehatan kita adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, bukan hanya ketika kita mengunjungi dokter, klinik, atau rumah sakit. Literasi kesehatan dapat membantu kita mencegah masalah kesehatan dan melindungi kesehatan kita, serta mengelola lebih baik masalah-masalah itu dan situasi tak terduga yang terjadi.
Menurut CDC, orang yang nisa membaca dengan baik dan nyaman dengan-angka angka dapat menghadapi masalah melek kesehatan ketika:
- Mereka tidak terbiasa dengan istilah medis atau bagaimana tubuh mereka bekerja.
- Mereka harus menafsirkan statistik dan mengevaluasi risiko dan manfaat yang memengaruhi kesehatan dan keselamatan mereka.
- Mereka didiagnosis menderita penyakit serius dan takut serta bingung.
- Mereka memiliki kondisi kesehatan yang membutuhkan perawatan yang rumit.
- Mereka memberikan suara pada masalah yang mempengaruhi kesehatan masyarakat dan mengandalkan informasi teknis yang tidak diketahui.
Orang membutuhkan informasi yang dapat mereka pahami dan gunakan untuk membuat keputusan terbaik untuk kesehatan mereka. “Masalah literasi kesehatan” terjadi ketika keterampilan literasi orang tidak cocok dengan informasi teknis, kompleks, dan asing yang disediakan organisasi atau layanan kesehatan terlalu rumit dan sulit untuk dipahami dan digunakan secara efektif.
Baca juga:
5 Benda yang Paling Banyak Menyebabkan Kecelakaan Anak Menurut Dokter UGD