Melarikan diri dari rumah, atau kabur, seringkali terpikirkan oleh anak untuk menghindari masalah. Atau muncul sebagai bentuk ketidakmampuan anak mengatasi masalah yang tengah dihadapinya.
Beberapa anak berani melakukan tindakan nekat tersebut, sementara anak yang lain hanya sampai pada tahap merencanakan ataupun mengancam untuk melakukannya.
Mengapa anak memiliki keinginan untuk melarikan diri dari rumah?
Parents, kecenderungan anak untuk melarikan diri dari rumah biasanya timbul sebagai ekspresi kemarahan. Marah ini merupakan salah satu bentuk emosi anak yang muncul bila berhadapan dengan objek/peristiwa tertentu dalam lingkungannya. Rasa tidak puas dan rasa tidak nyaman atau rasa takut bisa menjadi pemicu munculnya keinginan untuk melarikan diri pada anak.
Dalam hal ini, Berkowitz, menjelaskan bahwa kejadian tidak enak bisa menimbulkan perasaan negatif yang menjurus pada dua hal, yaitu :
- Kecenderungan agresi karena sakit hati, tersinggung atau marah
- Kecenderungan untuk menghindar karena timbulnya ketakutan tertentu.
Perasaan negatif yang muncul dalam bentuk kemarahan akan membuat anak mengambil tindakan yang dianggapnya perlu sebagai upaya penyelesaian dari amarah yang dirasakan si anak. Semakin hebat rasa marah yang menguasai anak, akan semakin dahsyat pula tindakan yang diambilnya.
Melarikan diri dari rumah kerap dianggap anak sebagai salah satu solusi praktis untuk menyelesaikan masalahnya. Dengan pola pikir yang masih sederhana, amat wajar banyak anak yang memilih alternatif ini.
Seringkali orangtua melihat tinadakan anak untuk melarikan diri dari rumah adalah suatu peristiwa yang lucu. Pengalaman seringkali membuat orangtua mengabaikan perasaan kecewa dan frustasi anak, melainkan menganggapnya sebagai tindakan yang bodoh dan lucu.
Bagaimana sikap kita menghadapinya?
Parents, tips berikut bisa dilakukan untuk mencegah anak melarikan diri dari rumah :
1. Bersikap tenang
Dengan bersikap tenang, sesungguhnya kita telah memenangkan pertarungan yang terjadi di dalam diri kita. Sikap tenang juga memungkinkan kita berpikir dengan lebih baik dalam mengambil keputusan.
2. Terimalah kemarahan anak dengan lapang dada
Sebagai individu yang sedang berkembang, kemarahan yang diungkapkan anak adalah salah satu bentuk pertahanan dirinya. Mungkin pada titik ini kita perlu mengintrospeksi diri, sudahkah kita bertindak benar selama ini?
3. Jangan menertawakan anak
Sikap anak yang sedang marah seringkali terlihat lucu di hadapan orangtuanya. Begitu juga alasan-alasan yang memicu kemarahan si anak. Namun, jika anda ingin tertawa, tahanlah keinginan anda itu untuk menghindari tindakan nekat yang akan dilakukan anak.
4. Tunjukkan rasa empati anda terhadap persoalan yang tengah dihadapi anak
Rasa empati yang anda perlihatkan akan menurunkan kadar kemarahan anak. Pada titik ini, biasanya anak akan berpikir ulang untuk nekat kabur dari rumah.
5. Lakukan tindakan UPS pada buah hati Anda, yaitu :
- Usap : Usapan lembut yang anda berikan akan melumerkan kekerasan hati anak dan membuatnya menyadari, bahwa anda menyayanginya dengan tulus.
- Pandang : Pandanglah buah hati Anda dengan penuh kasih dan empati dengan cara mensejajarkan diri dengan anak.
- Sapa : Sapalah dengan lembut, tanyakan apa yang sesungguhnya buah hati anda inginkan. Sebab, tidak jarang anak akan meluapkan emosi yang telah menyesaki dadanya dalam waktu lama, dan tidak mengungkapkan persoalan yang sesungguhnya. Dengan bertanya, anda akan membantu anak menguraikan persoalan anak dan memberi keyakinan pada anak, bahwa anda siap membantunya.
Semoga bermanfaat, Parents…
Baca juga:
Menentukan Jam Malam bagi Remaja
Tips Agar Anak Terhindar dari Bahaya Merokok