Melahirkan Normal dengan Bantuan Induksi

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sudah sejak pertama kali saat tahu aku hamil, aku berencana untuk bisa melahirkan normal. Namun semakin menjelang hari perkiraan lahir seharusnya sudah ada tanda-tanda persalinan tapi tidak kunjung muncul juga. Usia kandunganku sudah menginjak 40 minggu, rasa was-was dan cemas melanda. Akhirnya untuk terakhir kali aku memutuskan untuk USG kembali, hanya itu satu-satunya cara untuk tahu keadaan calon bayiku.

Aku tetap berpikir positif ikut antri dengan ibu-ibu yang lain di sebuah klinik. Saat namaku disebut aku masuk lalu membaringkan tubuhku sesuai perintah dokter. Dan hal yang pertama kudengar adalah "Apa ibu tidak merasakan sakit sampai sekarang?" Aku hanya mengangguk pelan, "Tidak ada sama sekali, Dok"

Ternyata kesimpulannya aku harus segera dirujuk untuk di induksi esok harinya. Calon bayi harus segera dikeluarkan, air ketuban tinggal sedikit. Aku sedih tapi aku hanya bisa pasrah mengikuti saran dokter. Aku takut mengingat kata orang induksi rasa sakitnya berkali lipat dibandingkan normal. Bahkan ada yang akhirnya berakhir operasi. Padahal aku sudah sering bergerak beraktivitas seperti orang biasa pada umumnya. Rutin yoga dengan melihat di youtube, mencari referensi di google dan sebagainya. Namun sepertinya memang jalannya seperti itu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Keesokan paginya aku berangkat ke rumah sakit rujukan dokter tepat pukul 7. Saat itupun aku masih di bonceng motor oleh suamiku dengan membawa barang yang kuperlukan. Ibuku pun ikut serta bersama dengan kakakku. Sesampai di rumah sakit dan sudah mendaftar aku disuruh rebahan setiap jam ada perawat yang memantau detak jantung janinku menggunakan doppler.

Tepat pukul 9 perawat lain datang bertanya-tanya dan mengecek pembukaan memang belum ada dan akhirnya memasukkan sejenis obat melalui vaginaku. Aku menunggu reaksi obatnya sambil sesekali berjalan-jalan dikoridor rumah sakit. Aku disuruh untuk tidak pipis terlebih dulu agar obatnya tidak langsung keluar. Hingga waktu menjelang sore aku mulai merasa nyeri dipunggung belakangku semakin lama semakin sakit. Aku juga merasakan ada sesuatu yang keluar di celanaku. Aku ke toilet sekaligus pipis dan akhirnya melihat darah di sana. Berarti obatnya sudah bereaksi dan sudah ada pembukaan. Aku masih semangat untuk berjalan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Namun semakin lama aku tidak bisa lagi berjalan bahkan berdiri. Rasa sakit menjadi-jadi aku memeluk ibuku erat bahkan sampai menarik-narik bajunya. Darah semakin banyak keluar dan setelah di cek pembukaan sudah masuk dua. Menjelang maghrib aku di bawa di ruang persalinan, diinfus dan dimasukkan obat melalui cairan itu. Aku tahu masuklah aku di proses induksi. Rasa sakit tidak tertahankan bergelombang terutaman di belakang pinggang.

Aku berteriak kesakitan meremas dan memeluk tubuh ibu dan suamiku bergantian. Rasanya seperti dilindas mobil dan hanya beberapa detik saja rasa sakit itu hilang lalu muncul lagi. Badanku serasa remuk. Berkali-kali aku dimarahi perawat untuk tidak berteriak namun menahan napas. Tapi aku benar-benar tidak kuat hanya itu caraku mengekspresikan rasa sakit ini. Aku lihat perawat menambahkan dosis kembali. Setelah di cek pembukaan semakin naik dengan cepat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Aku berkali-kali bilang untuk menyerah dan tidak sanggup lagi. Rasanya ingin menangis tapi air mata tidak bisa keluar. Rasanya ingin pingsan tapi tidak bisa juga. Dan suamiku pun tidak tega dan mengatakan apa harus di cesar saja. Tapi tiap kali dia mengatakan itu lidahku kelu mulutku tertutup rapat. Aku teringat kembali aku ingin melahirkan normal sedikit lagi aku harus bertahan. Sampai dipembukaan 6 aku memohon kepada ibu bidan yang ada di sampingku untuk membiarkanku mengedan tapi belum boleh katanya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Akhirnya sekitar pukul 7 aku dipersilakan mengedan dan mengatur napas. Sesekali suamiku memberikan teh kotak untuk diminum agar aku punya tenaga. Aku juga dibantu oleh perawat lain yang menekan perutku dari atas, aku benar-benar terbantu. Suamiku menyaksikan semuanya, rambut bayiku sudah mulai kelihatan namun masih sulit untuk keluar akhirnya aku digunting dan barulah keluar kepala. Saat anakku lahir rasa sakit yang kurasakan benar-benar hilang seketika.

Bayiku di simpan di atas dadaku menggunakan sarung. Aku mendekapnya seketika aku langsung tersenyum akhirnya aku bisa melahirkannya dengan normal. Bersukur bayiku laki-laki lahir normal tanpa kurang sedikitpun. Aku merasakan bidan masih berusaha memberihkan area bawah dan mulai menjahit vaginaku rasanya begitu banyak luar dalam. Rasanya nyeri dan ngilu tapi tidak sebanding dengan rasa sakit induksi tadi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Akhirnya doaku terkabul, setiap solat aku berdoa agar aku bisa melahirkan normal. Namun, karena harus diinduksi aku tetap berharap masih bisa melahirkan normal dan tidak dioperasi. Aku meminta kepada Tuhan untuk diberikan kekuatan untuk melaluinya demi bertemu dengan buah hatiku dan akhirnya aku berhasil. Terima kasih Tuhan.

Penulis

nur alam