Menilik Asal Usul dan Pentingnya Marga Batak, Tak Sekedar Identitas

Lebih dari 500 marga suku Batak, marga menjadi penentu dengan siapa kelak boleh menikah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Suku Batak adalah salah satu suku dengan populasi terbanyak di Indonesia. Suku yang mendiami daerah Sumatera ini mempunyai salah satu keunikan yang identik dengan mereka. Yaitu, setiap orang yang bersuku Batak pasti memiliki marga.

Sistem kekeluargaan yang ada pada masyarakat Batak adalah sistem kekeluargaan patrilineal. Garis keturunan diteruskan melalui ayah (laki-laki) ke anak-anaknya. Maka dari itu, marga yang diteruskan kepada anak adalah marga dari ayah. 

Marga suku Batak pun sangat beragam, mulai dari yang terkenal seperti Simatupang, Panjaitan, Siregar, hingga yang jarang terdengar seperti Pane, Hasugian, dan Lumbanraja.

Tak tanggung-tanggung, jumlah marga batak diperkirakan berjumlah kurang lebih 500. Namun, tak semua orang tahu sejarah dan bagaimana marga itu bermunculan. Sehingga banyak sekali pertanyaan mengenai marga, dan kekeluargaan suku Batak.

Sejarah Marga Batak

(Sumber: Instagram.com/aestec.wedding)

Marga Batak mulai ada dimulai dari Si Raja Batak hingga turun temurun. Setiap marga Batak tercatat pada silsilah atau yang dikenal dengan tarombo. Si Raja Batak mempunyai 2 anak, yang bernama Tatea Bulan dan Rasa Isumbaon.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Keturunan Tatea Bulan (Ilontungon)

Raja Tatea Bulan kawin dengan Sibaso Burning. Melalui perkawinannya, ia mempunyai 10 anak yakni 5 anak  laki-laki dan 5 anak perempuan.

Anak laki-lakinya adalah Raja Biak-biak, Tuan Saribu Raja (Ompu Tuan Rajadoli), Limbong Mulana, Sagala Raja, dan SiLau Raja. Sedangkan anak perempuannya adalah Si Boru Pareme, Si Boru Biding Laut, Si Boru Anting Haomasan, dan Si Boru Sanggul Haomasa, dan Nantinjo.

  • Raja Biak-biak

Raja Biak-biak llahir dengan tubuh yang tidak sempurna, tanpa tangan dan kaki. Kemudian Raja Tatea Bulan meminta kepada Mulajadi Nabolon (Tuhan), agar anaknya diberkati dan disempurnakan. Mulajadi Nabolon memberikan kepada Raja Biak-biak tangan, kaki, sayap, ekor dan mulut (maaf) seperti moncong babi. Raja Biak-biak juga diberi gelar Raja Hatorusan atau Raja Uti.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Tuan Saribu Raja

Tuan Saribu Raja dikatakan kembar dengan Si Boru Pareme, kemudian ada rasa cinta tumbuh diantara keduanya, sehingga mereka kawin (inses). Hal ini juga melatarbelakangi kepercayaan orang Batak untuk memisahkan pengasuhan anak yang lahir kembar. Karena perbuatan terlarang ini, konon katanya Si Boru Pareme dibuang oleh saudara-saudaranya, dan Tuan Raja Seribu melarikan diri karena ingin dibunuh oleh Limbong Mulana dan Sagala Raja.

Dari perkawinannya dengan Si Boru Pareme, lahirlah seorang anak Si Raja Lontung. Sedangkan dari perkawinannya dengan Nai Mangiring Laut, lahirlah Si Raja Borbor. Dari istrinya yang lain, yang diyakini dari Tamil, sebagian lagi meyakini keturunan harimau, lahirlah Raja Galeman dengan gelar Sibabiat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Dari tiga orang keturunan Tuan Saribu Raja, sudah ada tiga kumpulan marga yang dikenal di kemudian hari. Diantaranya adalah kumpulan marga Naimarata, Borbor Marsada, dan Lontung Marsada.

Si Raja Lontung memiliki 7 putra, yaitu: Sinaga, Situmorang, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang, Siregar. Lalu Si Raja Borbor memiliki 6 putra, yaitu: Datu Dalu, Sipahutar, Harahap, Tanjung, Datu Pulungan, Simargolang.

  • Limbong Mulana

Keturunan Limbong Mulana hingga sekarang menggunakan marga Limbong, Sihole, dan Habeahan.

  • Sagala Raja

    Loading...
    You got lucky! We have no ad to show to you!
    Iklan

Keturunan Sagala Raja hingga sekarang menggunakan marga Sagala.

  • Si Lau Raja

Keturunan Silau Raja hingga sekarang menurunkan marga Malau dan cabang-cabangnya. Selain Malau, marga yang diturunkan dari Si Lau Raja adalah Manik, Ambarita, Gurning, dll.

Artikel terkait: 10 Artis Berdarah Batak, Chicco Jerikho hingga Gisella Anastasia

Keturunan Raja Isumbaon (Sumba)

Sedangkan Raja Isumbaon mempunyai 3 orang anak, yaitu Tuan Sorimangaraja, Raja Asi-asi, dan Sangkar Somalidang

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Tuan Sorimangaraja

Tuan Sorimangaraja mempunyai 3 orang istri. Tuan Sorimangaraja menikah dengan 2 orang anak Bapak Tua nya, yaitu Si Boru Anting Haomasan dan Si Boru Sanggul Haomasan. Istri lainnya bernama Si Boru Paromas.

Dari istri pertama yaitu Si Boru Paromas, ia memiliki anak yang dinamai Tuan Sorba Dijulu (Nai Ambaton). Keturunan ini menghasilan marga-marga seperti Munte, Saragi, Simbolon, Sitanggang, dan masih banyak lagi.

Istri kedua yaitu Si Boru Anting Haomasan, ia memiliki anak bernama Tuan Sorba Dijae (Nai Rasaon). Keturunan ini menghasilkan marga-marga seperti Sitorus, Manurung, Sirait, Butar-butar, dan masih banyak lagi. 

Dari istri ketiganya yaitu Si Boru Sanggul Haomasan, ia memiliki anak bernama Tuan Sorba Dibanua (Nai Suanon). Keturunan ini menghasilkan marga-marga seperti Tampubolon, Simanjuntak, Hutapea, dan masih banyak lagi.

  • Raja Asi-asi

  • Sangkar Somalidang

Keturunan Raja Asi-asi dan Sangkar Somalidang, tidak diketahui kelanjutannya.

Parents, kira-kira begitulah awal mula munculnya marga-marga orang Batak. Marga memiliki banyak arti bagi orang Batak. Sehingga, marga itu merupakan suatu identitas yang penting bagi orang Batak. 

Arti Marga Bagi Orang Batak

(Sumber: Instagram.com/decilaphotography, Instagram.com/koer13)

Selain sebagai wujud identitas, marga memiliki makna dan tujuan tersendiri dalam suku Batak antara lain:

1. Penuntun Sistem Kekerabatan

Budaya Batak memiliki banyak sekali acara adat. Setiap keluarga mempunyai marganya sendiri. Kepemilikan marga nantinya mempengaruhi ritual yang dilakukan dengan menggunakan adat Batak.

2. Keeratan Persaudaraan

Kepemilikan marga juga berfungsi untuk mempererat silaturahmi dengan orang batak lainnya. Tak jarang, orang Batak akan menganggap orang bermarga sama dengan dirinya sebagai keluarga sendiri.

3. Menentukan Jodoh

Marga juga dapat menentukan jodoh. Orang Batak tidak diperbolehkan untuk menikah dengan orang yang memiliki marga sama dengannya.

Dari keempat arti marga bagi orang Batak, marga dan silsilah berperan penting untuk menentukan boleh atau tidaknya pernikahan dilangsungkan. Dalam adat Batak, terdapat beberapa jenis pernikahan yang sangat dilarang!

Artikel terkait: 10 Artis Menikah dengan Adat Batak, Prosesinya Ada yang Sampai 7 Jam!

Pernikahan yang Dilarang dalam Adat Batak

(Sumber: pexels/irina-iriser)

1. Menikah dengan Sesama Marga

Pernikahan antara sesama marga mutlak sangat dilarang di adat Batak. Orang yang memiliki marga sama dalam adat Batak dianggap saudara kandung.

2. Pariban yang Boleh dan Tidak Boleh Dinikahi

Salah satu pernikahan yang sering menjadi pertanyaan orang adalah pernikahan pariban. Seorang anak laki-laki memanggil “pariban” kepada anak perempuan dari dari Tulang (paman/saudara laki-laki ibu, baik kakak maupun adik dari ibu). 

Sebaliknya, seorang perempuan memanggil “pariban” kepada anak laki-laki dari Namboru-nya (bibi/saudara perempuan ayah). Boru Ni Tulang boleh dinikahi. Dengan catatan, hanya boleh 1 pariban yang menikah.

3. Anak Laki-laki Tidak Boleh Menikahi Anak Namboru

Pernikahan antara anak laki-laki menikahi anak perempuan dari Namboru kandung tidak boleh dilakukan. Begitu juga dengan seorang perempuan tidak bisa menikahi anak laki-laki dari Tulang.

4. Perkawinan Namarito

Perkawinan Namarito (ito) adalah pernikahan antara dua marga yang dianggap sama. Sebagai contoh marga Sitorus dengan Manurung adalah satu punguan (kumpulan) dari keturunan Nairasaon. Sehingga kedua marga ini tidak boleh menikah. 

5. Perkawinan Namarpadan

Namarpadan/padan adalah ikrar janji yang telah ditetapkan leluhur antar marga untuk tidak saling menikah. Beberapa marga-marga yang berpadanan adalah:

  • Hutabarat dan Silaban Sitio
  • Manullang dan Panjaitan
  • Sinambela dan Panjaitan
  • Sibuea dan Panjaitan
  • Sitorus dan Hutajulu (termasuk Hutahaean dan Aruan)
  • Sitorus Pane dan Nababan
  • Naibaho dan Lumbantoruan
  • Silalahi dan Tampubolon
  • Sihotang dan Toga Marbun (termasuk Lumbanbatu, Lumban Gaol, Banjarnahor)
  • Manalu dan Banjarnahor
  • Simanungkalit dan Banjarnahor
  • Simamora Debataraja dan Manurung
  • Simamora Debataraja dan Lumban Gaol
  • Nainggolan dan Sitompul
  • Purba dan Lumbanbatu
  • Tampubolon dan Sitompul
  • Purba dan Lumbanbatu
  • Pasaribu dan Damanik
  • Sinaga Bonor Suhutnihuta dan Situmorang Suhutnihuta
  • Sinaga Bonor Suhutnihuta dan Pandiangan Suhutnihuta

6. Dua Punggu Saparihotan

Dua Punggu Saparihotan maksudnya pernikahan tidak dapat dilangsungkan jika kakak beradik mempunyai mertua yang sama. Sebagai contoh, seorang kakak mempunyai mertua X, kemudian adiknya hendak menikahi iparnya sehingga adiknya mempunyai mertua yang sama dengan kakaknya. Pernikahan semacam ini tidak diperbolehkan.

Parents, itu dia asal usul dan juga pentingnya marga bagi orang-orang yang bersuku Batak. Meski banyak peraturan, suku yang satu ini kekeluargaannya akrab sekali loh, Parents!

Baca juga:

Penulis

Debora Pane