Sadarkah kita sebagai orang tua kerap memaksa anak untuk belajar? Padahal, proses belajar melalui mainan yang tepat adalah saat ia bermain dengan game edukasi anak yang mengeksplorasi kemampuan fisik, kognitif, sosial dan emosional.
Tidak banyak orang tua menyadari bahwa bermain adalah kegiatan yang sangat bermanfaat untuk perkembangan fisik, kognitif, sosial dan emosional. Namun, fase perkembangan pesat dari lima faktor di atas tidaklah terlalu lama. Karena itu, manfaatkan mainan sebaik-baiknya agar anak cerdas!
Masa emas pertumbuhan anak ada batasnya!
Satu-satunya organ tubuh yang tidak berkembang dengan sempurna saat bayi lahir adalah otak. Nah, saat si kecil menunjukkan antusiasmenya saat mencoba game edukasi anak, saatnya orang tua membantu perkembangan otak mereka secara efektif.
Bukan dengan eksploitasi, dan juga tidak membiarkannya begitu saja. Waktunya? Hanya lima tahun setelah si mungil lahir kedunia. Jadi, manfaatkan waktu untuk menstimulasi kemampuan otak anak secepatnya, tanpa menunggu si kecil masuk sekolah.
Efektivitas stimulasi otak adalah saat orang tua dapat memberi mainan yang dapat meningkatkan kemampuan fisik, kognitif, emosional, dan sosial. Jadi, orang tua harus bijak memilih jenis mainan yang dapat menstimulasi empat faktor tersebut di atas, dalam waktu hanya lima tahun.
Singkatnya, anak tidak perlu dipaksa untuk belajar berhitung, menghafal kosa kata dalam bahasa asing, dan juga mengucapkan kata-kata tertentu. Pada dasarnya, mereka akan dengan mudah menyerap apa yang mereka dengar dan lihat, melalui media yang menarik. Pemaksaan untuk melakukan hal-hal tertentu, akan membuat mereka bosan.
Pada dasarnya, anak memiliki keinginan untuk belajar dan rasa keingintahuannya muncul secara natural. Saat si anak memiliki inisiatif bermain, mereka akan mengatakan pada orang tuanya tentang apa yang ingin ia mainkan. Anak juga tidak akan ragu untuk belajar segala sesuatu yang ada di sekitar mereka.
Manfaatkan fase penting ini dengan menciptakan lingkungan bermain yang aman, namun dapat membuat anak ingin mengeksplorasi hal-hal yang ada di sekitar mereka.
Kalau tidak punya halaman luas, ajaklah ke taman bermain atau kebun raya, kebun binatang, atau mengikuti kegiatan outbound. Di rumah, berikan mainan edukasi anak yang sesuai dengan umur dan pastikan bahan plastik yang digunakan aman.
Kita pasti pernah ‘sok tahu’ dan menganggap bahwa anak harus diajari untuk bermain. Padahal, kenyataannya terbalik. Justru kita harus membiarkan mereka yang menuntun kita bermain.
Boleh percaya atau tidak, anak diciptakan dengan kemampuan motorik dan kognitif yang lebih bagus dari orang dewasa. Mereka lebih bisa menuntun kita bermain daripada sebaliknya.
Saat kita mulai tugas kita sebagai orang tua, tentunya harapan kita adalah membesarkan anak membimbing anak sebaik mungkin. Saat fisiknya berkembang, tentunya kita tidak membiarkan mental dan pola berpikirnya terkungkung. Kemampuan kognitif, sosial dan emosional, tetap harus seimbang dengan tumbuh kembangnya.
Menurut salah satu buku terlaris How Children Succeed, sang pengarang, Paul Tough, memaparkan penelitian yang menyebutkan bahwa perkembangan anak butuh waktu kurang lebih sepuluh tahun.
Ia juga memaparkan bahwa kontribusi terbesar untuk kesuksesan seseorang adalah pembentukan karakter sejak kecil. Lebih lanjut, pembentukan karakter dan peningkatan kemampuan kognitif serta motorik akan jauh lebih efektif saat dimulai sejak lahir.
Tak banyak orang tua yang paham bahwa anak dapat mengendalikan emosi negatif seperti frustasi, rasa takut, dan sebaliknya dapat memiliki kesadaran untuk bersabar, menguasai diri lebih baik dan bersikap empati dengan bermain secara tepat!
Bagaimana dengan Anda, Bunda? Silakan memberi komentar di bawah ini, sesuai pengalaman Anda dengan sang buah hati.
Baca juga artikel tentang mainan anak lainnya:
Mainan Bayi 0-6 Bulan Juga Harus Edukatif?