Kasus First Travel memang jadi hal yang sering dibicarakan belakangan ini karena yang gagal umrah mencapai ribuan orang dengan angka kerugian hingga milyaran rupiah.
Salah satu korbannya adalah seorang nenek bernama Nuriyah (59). Ketika mengetahui kabar soal kemungkinan gagal umrah karena First Travel bermasalah, kondisi kesehatan ibu yang akrab disapa Mak Nunung ini langsung drop karena terserang stroke.
Ia tak membayangkan bahwa uang yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit justru diselewengkan oleh pemilik First Travel. Mak Nunung mengumpulkan uang lewat bank sampah di kampung setiap Sabtu yang ia kelola.
“Ibu saya nggak malu kalau di jalan ada botol bekas minuman selalu d bawa pulang untuk dibersihin. Sampah rumah tangga yang bisa dijual juga dikumpulin,” tutur Kumala, anaknya.
Kumala bercerita bahwa ibunya selalu menabung uangnya demi bisa umrah. Semua orang yang ikut menimbang sampah di hari Sabtu bersamanya tahu bahwa ia selalu memotivasi warga lainnya untuk menabung dari hasil bank sampah untuk biaya umrah.
Mak Nunung sehari-harinya adalah seorang ketua pengajian keliling kampung. Ia biasa aktif untuk mengajak jamaahnya menjenguk orang yang sakit.
Selama ini, ia juga seorang amil yang bertugas memandikan jenazah perempuan di kampung. Sehingga, saat ia bisa mewujudkan mimpinya untuk umrah, hampir seluruh orang kampung mengetahuinya.
Awal mula bergabung dengan First Travel
Tak ada yang menduga sebelumnya bahwa akan ada masalah dengan travel umrahnya. Selama ini ia merasa bahwa impiannya untuk umrah selalu mendapatkan bantuan dari sana-sini.
Kumala menuturkan bahwa ide untuk umrah bersama First Travel awalnya datang dari kakak ipar Mak Nunung yang bernama ibu Khadijah. Khadijah menyampaikan bahwa ia berharap dapat berangkat umrah bersama Mak Nunung.
Namun, saat itu Mak Nunung belum punya uang yang cukup untuk membayar biaya umrah. Atas kebaikan hati anak-anak bu Khadijah, mereka mau membantu Mak Nunung meminjamkan uang agar dapat berangkat umrah bersama ibunya.
Selain Mak Nunung dan ibu Khadijah, ada pula kerabat lain yang menyatakan ingin ikut berangkat umrah. Orang tersebut adalah keluarga Pak Arsyad bersama dengan istri dan anaknya.
Lewat agen First Travel bernama Marudin, pembayaran pertama pada tanggal 12 April 2016 sebesar Rp 14.300.000, 00 dilakukan. Saat itu, pihak First Travel menjanjikan bahwa Mak Nunung dan para kerabatnya akan berangkat pada periode Januari-Mei 2017.
Setelah tak ada kepastian, pihak First Travel menghubungi Mak Nunung dan rombongan lainnya kembali untuk membayar tambahan uang sebesar 2,5 juta dengan dalih agar lebih cepat berangkat. Saat itu, ia sempat bingung kemana harus mencari tambahan dana 2,5 juta.
“Tapi tiba-tiba saja ada seorang tetangga kampung bernama Pak Irsyad yang membayar dana tambahan 2,5 juta tersebut untuk ibu Khadijah dan ibu saya. Padahal ibu saya tidak kenal siapa sebenarnya Pak Irsyad ini,” ujar Kumala.
Saat itu, Mak Nunung tak henti-hentinya bersyukur atas kemudahan yang ia dapatkan jelang berangkat umrah. Persiapan berupa baju, tas, dan pengajian syukuran pun digelar.
Namun, keserakahan pemilik First Travel mengubur dalam-dalam impian Mak Nunung dan ribuan orang lainnya yang siap berangkat umrah. Lembaga travel umrah milik pasangan suami istri Andika Surachman dan Annisa Hasibuan tersebut dinyatakan bangkrut dan gagal memberangkatkan ribuan jamaahnya.
Gagal umrah, dapat serangan stroke
Kabar ini membuat Mak Nunung dan yang lainnya shock. Selain dirinya, ada 44 jamaah lain dari satu agen yang sama mengalami hal ini.
Tuntutan pengembalian dana pun dilakukan para jamaah yang gagal Umrah tersebut. Untunglah Marudin sebagai agen yang menerima uang para jamaah Umrah ikut membantu dalam proses refund tersebut.
Pada malam tanggal 13 Juni 2017, Kumala meminta ibunya agar lebih tenang soal pengembalian dana. Ia bercerita bahwa dirinya baru saja pulang dari rumah Marudin di daerah Gandul Cinere pada pukul 23.30.
Saat itu, Kumala meminta Mak Nunung untuk menginap di rumahnya yang bersebelahan dengan rumah Mak Nunung. Namun ibunya menolak ajakan menginap tersebut dengan alasan takut kesiangan untuk sahur.
Artikel terkait: Senyuman depresi yang selalu susah diidentifikasi.
“Mak sempat bilang bahwa ia sudah tidak berpikir lagi soal berangkat atau tidaknya umrah. Ia anggap bahwa saat ini barangkali memang belum ada panggilan untuk bertamu ke rumahNya,” ujar Kumala.
Usai berbincang tentang beberapa hal mengenai pentingnya mengikhlaskan kasus gagal umrah ini, Mak Nunung pun pamit pulang. Betapa terkejutnya Kumala ketika di pagi harinya sang kakak yang rumahnya bersebelahan dengannya menggedor pintu rumah sambil panik dengan keadaan ibunya.
Saat itu, ia mendapati bahwa tubuh ibunya sudah tidak dapat digerakkan. Kakaknya bercerita bahwa pada pagi hari ia melihat ibunya jatuh.
Ia dan suaminya melihat ibu hanya menggunakan celana sebelah. Selain itu, ibunya juga buang air kencil di lantai.
Mengetahui ada yang tak beres, suami kakaknya langsung mengangkat ibu mertuanya ke kasur. Tetangga yang berprofesi sebagai perawat pun dipanggil ke rumah untuk mengecek tensi darahnya.
Kejadian yang berlangsung tanggal 14 Juni 2017 tersebut membuatnya segera dibawa ke RSUD Sawangan Depok untuk opname. Sekalipun tensi darahnya normal, ia sempat mengalami muntah-muntah tanpa henti.
Tepat 1 hari sebelum hari raya Idul Fitri, ibunya diperbolehkan untuk pulang agar bisa lebaran di rumah. Padahal saat itu kondisinya masih belum ada perubahan.
Kondisi ibunya saat itu membuatnya sulit untuk sekedar membalikkan badan dan duduk. Selain itu, ia juga dipasangi kateter karena perutnya bengkak karena kesulitan buang air kecil dan besar selama 1 minggu.
Kondisi terakhir Mak Nunung
Berkat adanya semangat dari anak-anaknya, kesehatan Mak Nunung berangsur membaik.
“Sekarang kondisi ibu Alhamdulillah banyak kemajuan. Mak sudah bisa berjalan sendiri walaupun masih pegangan tongkat. Semangat untuk sembuh ibu sangat besar. Kita anak-anaknya salalu support Mak,” ungkap Kumala penuh rasa syukur.
Kumala merasa bahwa kendati anak-anaknya sudah mengatakan untuk tak terlalu memikirkan uang, Mak Nunung masih merasa bahwa ia membebani anak-anaknya yang ikut menyumbang dana tak sedikit demi impiannya umrah ke Baitullah.
Kumala yang tinggal di daerah Pancoran Mas, Depok ini menambahkan, “kondisi ibu akan ngedrop kalau ada berita soal First Travel di televisi. Kakak saya juga sudah membuang baju Umrah Mak agar kondisi Mak makin membaik.”
Sekalipun tahu bahwa apa yang menimpa ibunya adalah musibah, masih ada saja tetangga yang mempergunjingkan itu. Jika pergunjingan itu sampai di telinga Mak Nunung, hal itu bisa membuatnya drop lagi.
Saat ini masih ada ribuan orang menunggu pengembalian dana dari First Travel. Kumala berharap, ibunya adalah salah satu orang beruntung yang dananya juga bisa kembali.
Ibunya yang gagal umrah tak sendiri. Keadaan Pak Arsyad yang tadinya berencana berangkat bersama Mak Nunung pun memprihatinkan.
Saat ini lelaki yang sudah mendaftar umrah First Travel sejak 2015 ini harus berada di kursi roda karena penyakit yang sama. Apalagi ia sudah menunggu hingga dua tahun lamanya untuk berangkat.
Semoga yang sakit karena kondisi ini segera disembuhkan. Kita semua berharap kasus ini segera menemui solusinya.
Baca juga:
Umrah ala Backpacker, Ibadah Mudah dan Murah Bebas Kena Tipu