Setiap orang tua pasti menginginkan hubungan yang baik dengan anaknya hingga dewasa kelak. Tahu kah Bunda, hal ini bisa kita bangun sejak anak berusia dini? Kuncinya, kita sebagai orang tua memang perlu paham bagaimana cara komunikasi yang efektif dengan anak.
Anak belajar komunikasi pertama kali melalui orangtuanya, bahkan ketika ia baru saja lahir. Misalnya, anak menangis memberikan sinyal bahwa ia lapar, maka sebagai orangtua, Bunda akan langsung memberikan susu untuk memenuhi kebutuhannya.
Begitu juga ketika anak sudah menginjak usia balita dan mulai bicara, ia mampu mengutarakan keinginannya dan Bunda akan meresponnya.
Dari sini kita belajar bahwa komunikasi merupakan cara untuk saling memahami dan meningkatkan hubungan antara orang tua dengan anaknya. Ilmu saol bagaimana cara komunikasi yang efektif dengan anak masih terus saya pelajari dan kembangkan.
Idealnya, komunikasi bertujuan untuk menciptakan dan memupuk hubungan. Namun, yang perlu diperhatikan adalah kualitas hubungan orangtua dengan anak tidak dapat ditentukan melalui seberapa sering komunikasi dilakukan.
Hal ini diungkapkan oleh pakar komunikasi Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Komunikasi”, bahwa yang menjadi persoalan bukanlah berapa kali komunikasi dilakukan. Melainkan bagaimana komunikasi tersebut dilakukan.
Cara Komunikasi yang Efektif dengan Anak
Rasayam pertanyaan bagaimana cara menumbuhkan hubungan yang baik dengan anak melalui komunikasi akan ditanyakan seliah orang tua di muka bumi ini. Setuju tidak?
Sebenarnya ada bebera cara yang dapat dilakukan oleh kita para orang tua, dalam artian perkerjaan ini memang perlu dikerjakan bersama pasanga, ya.
-
Membangun Rasa Percaya (trust)
Semakin besar rasa percaya anak terhadap orangtua, maka ia akan semakin terbuka kepada kita. Sebelum orangtua mengharapkan anak agar dapat dipercaya, sebaiknya kita sebagai orangtua yang menempatkan diri terlebih dahulu menjadi orangtua yang dapat diandalkan (reliable).
Rasa percaya juga dapat membantu orangtua dan anak untuk saling memahami keinginan satu sama lain. Sehingga, kapan pun anak ingin mengungkapkan perasaan dan pikirannya, ia akan datang kepada kita. Kepercayaan dapat ditumbuhkan melalui sikap menerima, berempati, dan jujur.
Misalnya, ketika melarang anak melakukan sesuatu, maka berikan penjelasan yang jujur dan logis agar ia dapat memahaminya. Ketika anak merasa kecewa, tenangkan ia dengan kalimat yang positif dan menenangkan. Membangun rasa percaya antara orangtua dengan anak merupakan hal yang paling penting.
-
Memberikan Sikap Suportif
Melalui sikap suportif, orangtua dapat mengurangi sikap penolakan dan penyerangan dari anak. Sikap suportif dapat dilakukan dengan cara menghargai perasaan dan pendapat anak, menerima pemikiran anak, serta menemani anak ketika ia menghadapi masalah dan berusaha memecahkannya bersama.
Contohnya, memberikan apresiasi ketika anak melakukan pencapaian, mengajak anak untuk memasak makanannya bersama-sama, tidak memaksa anak untuk melakukan hal yang tidak ia sukai, dan sebagainya.
-
Cara Komunikasi yang Efektif dengan Anak, Terbuka dengan Anak,
Sikap terbuka memiliki pengaruh yang besar dalam menumbuhkan hubungan dan komunikasi yang baik. Terbuka dengan Anak bukan berarti orangtua harus mengutarakan semua pikiran dan perasaan terhadap anaknya.
Melainkan, melalui sikap terbuka ini diharapkan orangtua mampu menerima perbedaan pikiran anak dan apabila terjadi perbedaan, maka orangtua bersedia untuk mencari jalan keluarnya bersama. Dengan kata lain, orangtua tidak memaksakan kehendaknya sendiri dan mengabaikan perasaan anak.
-
Menunjukkan Kasih Sayang dengan Komunikasi Nonverbal
Kedekatan sebuah hubungan dapat tercermin melalui komunikasi nonverbal yang dilakukan. Secara sederhana, komunikasi nonverbal merupakan segala bentuk komunikasi isyarat yang bukan kata-kata, seperti sentuhan, tatapan mata, jarak berbicara, raut wajah, intonasi suara, bahasa tubuh, dan lainnya. Saat berkomunikasi dengan anak, tataplah matanya dengan sungguh-sungguh.
Dengan demikian, ia akan merasa bahwa ia didengar dan dimengerti. Saat memberikan instruksi kepada anak, gunakan bahasa dan intonasi yang enak didengar agar tidak menyakiti hati anak. Berikan pelukan kepada anak ketika ia merasa sedih atau kecewa.
Pakar komunikasi Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D, mengatakan bahwa kita biasanya lebih mempercayai pesan nonverbal, yang menunjukkan pesan sebenarnya. Terutama pesan nonverbal tercipta di luar kesadaran kita.
Oleh karena itu, orangtua pun dapat memahami anak lebih dalam dengan memperhatikan komunikasi nonverbal yang dilakukan anak, terutama bagi bayi dan balita yang belum mampu berbicara.
Misalnya, mengamati gerak-gerik anak, melihat raut wajah anak, memahami isyarat yang ditunjukkan oleh anak, atau mengamati perubahan perilakunya.
Komunikasi yang efektif mampu menciptakan proses pertukaran pesan antara dua orang (atau lebih) yang memiliki latar belakang yang berbeda. Meskipun anak belum memiliki banyak pengalaman dan pemahaman selayaknya orang dewasa, orangtua harus menganggap anak sebagai manusia yang utuh, memiliki jiwa, nilai, perasaan, harapan, minat, dan kebutuhannya sendiri, sama seperti orang dewasa.
Agar komunikasi antara orangtua dengan anak mampu menciptakan kualitas hubungan yang baik, maka alangkah baiknya orangtua menumbuhkan rasa percaya, sikap terbuka, sikap suportif, serta menunjukkan kasih sayangnya melalui komunikasi nonverbal.
Artikel ini ditulis oleh Soraya Ratna, member dari VIPP dari The AsianParent Indonesia.