Ibu ini harus kehilangan rahim dan jari kaki setelah IUD masuk ke perut
Banyak dipilih, pemasangan alat kontrasepsi sisakan cerita mengerikan. Kisah ini menjadi satu di antaranya
Pemasangan alat kontrasepsi banyak dipilih untuk menunda kehamilan. Namun berhati-hatilah, kasus seorang ibu asal Baltimore, Maryland, Amerika Serikat menjadi pengingat bagi kita agar mengetahui dengan cermat tentang komplikasi IUD.
Tanai Smith, perempuan 25 tahun tak menyangka, pemasangan IUD akan membuatnya mengalami musibah mengerikan. Pasca melahirkan putrinya tiga tahun lalu, Smith memutuskan untuk menunda memiliki anak dan memilih alat kontrasepsi sebagai solusi. Dokter lalu merekomendasikan intrauterine device (IUD) yang dianggap efektif mengontrol kehamilan dan membuat menstruasi lebih nyaman.
Selama 3 tahun, Smith tidak merasakan hal apapun. Hingga akhirnya pada November 2017 diketahui ia mengalami komplikasi langka disebabkan IUD terlepas dari rahimnya, yang memaksa Smith menjalani operasi pengangkatan indung telur yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Komplikasi IUD, alat kontrasepsi menghilang
Enam minggu setelah melahirkan, Smith mantap memasang IUD. Ia merasakan efek samping antara lain kram, sakit kepala konstan dan sakit punggung ia rasakan. Dokter mengatakan kondisi ini akan mereda dengan sendirinya. Setelahnya Smith mengatakan ia baik-baik saja hingga tiga tahun lamanya.
Pada Oktober 2017, Smith mengunjungi obgyn untuk melakukan pemeriksaan. Saat pemeriksaan vagina, betapa terkejutnya ketika dokter tidak menemukan ada alat IUD terpasang di sana. Dokter menyebutkan bahwa ada kemungkinan alat kontrasepsi tersebut terjatuh.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, terdapat 3-5% kasus ketika IUD bisa saja terjatuh. Smith lalu dirujuk ke ahli radiologi untuk USG perut hingga rahim namun alat tersebut tak juga ditemukan.
Sebulan setelahnya, ia tiba-tiba merasakan sakit di bagian perutnya dan langsung mendapatkan penanganan darurat. Hasil X-ray menunjukkan ternyata alat IUD yang selama ini dikira menghilang ada di dinding perutnya!
Dokter menjelaskan ada 2 hal yang dapat menyebabkan kejadian ini, pemasangan IUD pasca melahirkan yang terlalu cepat sehingga membuat IUD terdorong ke atas. Penyebab lain yaitu otot rahim perlahan mendorong alat tersebut ke atas selama siklus menstruasi.
Operasi pun dilakukan untuk memindahkan IUD, dalam kurun waktu 4 minggu IUD diketahui telah bergeser ke bagian liver dan patah hingga 5 bagian yang membuatnya kian sulit untuk ditemukan dan diekstraksi.
Di malam berikutnya, Smith muntah hebat dan mengalami perdarahan vagina. Ternyata indung telurnya sudah menghitam dan dibutuhkan operasi histerektomi untuk mengangkat sebagian atau seluruh rahimnya.
Setelah operasi kedua, diketahui bahwa Smith juga menderita sepsis yakni kondisi zat kimia dilepaskan oleh sistem kekebalan masuk ke dalam aliran darah untuk melawan infeksi dan menimbulkan peradangan di seluruh tubuh.
Tak selesai sampai di situ, Smith juga mulai merasakan kesemutan di tangan dan kaki. Jari kakinya menghitam karena nekrosis, yaitu kematian jaringan tubuh karena minimnya darah yang mengalir.
Nekrosis sebenarnya dapar disembuhkan tanpa amputasi. Dengan proses yang disebut debridemen, jaringan nekrotik diangkat melalui operasi. Namun beberapa bulan setelahnya, Smith melakukan operasi terakhir untuk mengangkat semua jari kaki di kaki kiri dan ujung jari kaki di kaki kanan dan hasilnya tak ada lagi komplikasi.
Komplikasi IUD bisa terjadi, bagaimana mencegahnya?
IUD merupakan perangkat kecil berbentuk T yang dimasukkan ke dalam rahim. Sifatnya yang dapat digunakan dalam kurun waktu panjang membuat alat ini dinilai paling efektif dan banyak direkomendasikan ahli kesehatan untuk Anda yang ingin menunda kehamilan dalam waktu dekat.
Berdasarkan jenisnya, alat kontrasepsi IUD memiliki jangka waktu pemasangan tertentu:
- Liletta dan Skyla : 3 tahun
- Mirena dan Kyleena : 5 tahun
- ParaGard : 10 tahun
IUD bekerja dengan melepaskan hormon progestin yang disebut levonorgestrel setiap harinya. Hormon inilah yang berperan mencegah kehamilan, yaitu dengan mengentalkan lendir di area leher rahim untuk menghalangi dan menjebak sperma.
Hormon ini juga berfungsi mencegah telur meninggalkan ovarium saat periode ovulasi agar sperma tidak dapat membuahi sel telur. Alat komplikai ini aman untuk digunakan bagi Anda yang tidak dalam kondisi berikut:
- Memiliki STD (Sexually transmitted diseases) atau infeksi panggul
- Sedang hamil
- Menderita kanker serviks atau kanker rahim
- Mengalami perdarahan vagina
Selain itu, dokter tak akan menganjurkan penggunaan alat kontrasepsi ini untuk Anda yang menderita gangguan hati atau berisiko tinggi akan kanker payudara.
Penyebab IUD berpindah tempat
Berkaca dari kasus Tanai Smith, sangat mengerikan membayangkan alat kontrasepsi tak lagi berada di tempatnya. Pastikan Bunda berkonsultasi secara berkala dengan dokter selama memasang alat ini. Serviks akan menahan alat kontrasepsi ini pada tempatnya, namun pada beberapa kasus langka alat ini bisa saja terjatuh. Kondisi ini lebih berisiko pada golongan orang berikut ini:
- Anda belum memiliki anak
- Berusia di bawah 20 tahun
- Melakukan pemasangan IUD tepat setelah melahirkan atau melakukan aborsi di trimester kedua kehamilan karena kondisi tertentu
- Adanya fibroid, yaitu tumor di rahim yang bisa berkembang menjadi ganas dan menyakitkan
- Ukuran dan bentuk rahim yang tidak biasa
IUD biasanya akan terasa seperti keluar dari tempatnya saat periode menstruasi, untuk itu pastikan Anda mengecek berkala dan memastikan alat kontrasepsi tetap pada tempatnya. Segera hubungi dokter jika Anda merasakan beberapa hal. Misalnya terasa ada benda yang mendorong serviks ke atas.
Komplikasi IUD
Banyak menjadi pilihan karena diklaim efektif menunda kehamilan yang belum diinginkan, namun pada beberapa orang tak menutup kemungkinan akan mengalami komplikasi berbahaya berikut:
#1 Proses yang menyakitkan
Beberapa orang mungkin akan merasakan sakit saat tenaga medis memasukkan alat kontrasepsi ini ke dalam rahim. Mengonsumsi ibuprofen atau obat anti radang nonsteroid sebelum prosedur dapat membantu.
#2 Pelvic inflammatory disease (PID)
IUD juga memungkinkan membuat seseorang mengalami iritasi pada rahim dan serviks, yang disebut PID. Kondisi ini biasanya dialami satu bulan setelah proses pemasangan.
#3 Alat kontrasepsi keluar
Faktanya 1 dari 1.000 orang mengalami hal ini, yakni keluarnya IUD dari dalam rahim. Kondisi ini umumnya tidak menyebabkan komplikasi apapun namun dapat menyebabkan hasilnya tidak maksimal.
#4 Komplikasi kehamilan
Saat seorang ibu memutuskan memasang IUD, maka tingkat risiko komplikasi kehamilan akan menyertai. Hal tersebut meliputi keguguran, bayi lahir prematur, infeksi dan kehamilan ektopik.
Studi pada 2012 menunjukkan, mencabut IUD secepatnya segera setelah seseorang menyadari dirinya hamil dapat menurunkan risiko komplikasi IUD berbahaya.
Referensi : Fox News, WebMD, Medical News Today
Baca juga :
Pemeriksaan TORCH, seberapa penting untuk perkembangan janin?