Waspada, rasa gatal saat hamil juga bisa berisiko gawat janin
Waspadai gatal saat hamil tanda kolestasis intrahepatik.
Gatal yang terjadi selama kehamilan umumnya normal terjadi dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Namun dalam beberapa kasus, gatal bisa menjadi tanda suatu kondisi yang lebih serius seperti kolestasis intrahepatik (ICP) atau yang dikenal pula dengan kolestasis obstetri. Ini bisa membahayakan janin dan meningkatkan risiko gawat janin.
Mengenal kolestasis intrahepatik (ICP)
Beberapa wanita mengalami rasa gatal yang parah di akhir kehamilannya. Umumnya, ini terjadi karena peregangan kulit yang terjadi selama masa kehamilan.
Rahim yang tumbuh selama masa kehamilan membuat kulit disekitar perut meregang. Namun, kelenjar minyak tidak dapat memenuhi kebutuhan kelembapan kulit sehingga membuat kulit menjadi kering dan gatal. Biasanya rasa gatal ini muncul pada perut dan kaki ibu hamil.
Selain adanya perubahan kulit saat hamil, perubahan hormon selama masa kehamilan juga bisa membuat gatal menjadi semakin parah. Kondisi ini juga akan semakin memburuk bila ibu hamil memiliki eksim.
Terlepas dari semua itu, Bunda sebaiknya tidak menyepelekan gatal saat hamil. Bisa jadi, itu merupakan salah satu tanda dari kolestasis intrahepatik atau intrahepatic cholestasis of pregnancy (ICP).
Dilansir dari American Pregnancy Association, kolestasis intrahepatik ialah suatu kondisi di mana aliran empedu yang normal dipengaruhi oleh peningkatan jumlah hormon. Kondisi ini biasanya terjadi di trimester terakhir kehamilan ketika hormon sedang mencapai puncaknya dan menghilang beberapa hari setelah melahirkan.
Menurut Pusat Medis Rumah Sakit Anak-Anak Cincinnati, kolestasis terjadi pada sekitar 1 dari 1.000 kehamilan.
Artikel terkait: Jangan anggap remeh, ini 6 penyebab vagina gatal saat hamil!
Penyebab kolestasis intrahepatik
Hormon kehamilan memengaruhi fungsi hati, sehingga dapat memperlambat atau menghentikan aliran empedu. Dalam kondisi normal, empedu mengalir dari hati ke usus untuk membantu pencernaan.
Namun ketika aliran empedu di hati diperlambat atau dihentikan, terjadi penumpukan asam empedu di hati yang dapat tumpah ke dalam aliran darah.
ICP didiagnosis ketika asam empedu total (TBA) atau asam empedu serum diukur pada 10 mikromol/L.
Penelitian pada awalnya menunjukkan bahwa peningkatan asam empedu ini hanya disebabkan oleh estrogen, tetapi penelitian baru-baru ini telah menemukan bahwa progesteron dapat berkontribusi sebanyak mungkin pada hal ini.
Selain hormon, ada beberapa faktor yang dipercaya dapat meningkatkan risiko kolestasis selama masa kehamilan, yaitu:
- Riwayat pribadi atau keluarga
- Riwayat kerusakan atau penyakit hati
- Hamil anak kembar atau lebih
Gejala yang perlu diketahui
Gatal yang hebat adalah gejala utama kolestasis. Biasanya rasa gatal ini muncul ditelapak tangan dan kaki. Meskipun beberapa wanita juga mengaku merasakan gatal di sekujur tubuhnya.
Meskipun merasa gatal, tetapi kondisi ini umumnya tidak disertai dengan ruam. Rasa gatal ini seringkali memburuk di malam hari sehingga membuat ibu hamil sulit tidur.
Selain rasa gatal, ada pula beberapa tanda kolestasis lainnya, seperti:
- Warna urin gelap
- Nyeri di kuadran kanan atas (RUQ), tanpa batu empedu
- Menguningnya kulit dan bagian putih mata (jaundice)
- Lemas atau lelah
- Mual
- Kehilangan selera makan
- Depresi
Kompliksi yang disebabkan oleh kolestasis
Bayi yang sedang berkembang mengandalkan hati ibunya untuk menghilangkan asam empedu dari darah. Peningkatan kadar empedu pada ibu hamil dapat menyebabkan stres pada hati bayi.
Komplikasi dari kolestasis kehamilan dapat terjadi pada ibu atau bayi yang sedang berkembang. Dalam kasus yang serius, kolestasis dapat meningkatkan risiko gawat janin, kelahiran prematur, atau kelahiran mati.
Oleh karena itu, ibu hamil yang mengalami kolestasis harus dipantau secara ketat oleh tenaga medis untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
Bila Bunda mengalami gatal yang cukup parah dan menganggu, sebaiknya segera konsultasikan hal itu pada dokter kandungan untuk mendapatkan diangnosis dan penanganan yang tepat.
Referensi: American Pregnancy Association, Mayo Clinic
Baca juga
Bekas luka jahitan gatal setelah melahirkan, ini yang perlu Bunda lakukan