Hidup sebagai penyandang autoimun, bukanlah hal yang mudah. Kisah inspiratif berikut mengisahkan perjalanan hidup penyandang autoimun.
Tak seorang pun mengira, Tika (nama samaran), wanita aktif yang berusia sekitar 40 tahun ini, mengidap penyakit autoimun. Penyakit yang tak bisa disembuhkan dan akan selalu muncul setiap kali kondisi tubuhnya melemah.
Pada mulanya ia tidak menyadari kehadiran penyakit autoimun ini. Ia hanya sering merasa lelah yang teramat sangat, bahkan terkadang mengalami kelumpuhan yang tiba-tiba di sebagian anggota tubuhnya.
Hal ini tentu saja amat mengganggu aktivitas wanita yang gemar melakukan perjalanan dan aktif membantu mendirikan sarana pendidikan di wilayahnya ini. Aktivitas yang memang selalu menarik mintanya.
Seiring dengan berjalannya waktu, ketidaktahuannya akan penyakit ini membuatnya semakin sering mengalami kesulitan, krena anggota tubuh seakan menolak untuk diperintah sesuai keinginan.
Ia memutuskan untuk menjalani berbagai pemeriksaan secara medis. Hingga akhirnya, berdasarkan observasi, dokter menjelaskan,bahwa ia mengidap autoimun.
Autoimun sendiri merupakan kondisi tubuh di mana antibodi yang seharusnya bertugas menyerang bakteri maupun virus yang berasal dari luar, namun secara menakjubkan, berbalik menyerang sistem-sistem tubuh sehingga menimbulkan kekacauan sistemik.
Ada berbagai macam penyakit autoimun, namun yang Tika rasakan hanyalah serangan manakala ia melakukan aktivitas berlebihan. Autoimun yang seharusnya menyerang penyakit dari luar berbalik menyerang titik-titik bagian tubuhnya yang lelah.
Tingkat serangannya pun bervariasi, sesuai dengan tingkat kelelahan yang dirasakannya. Terkadang ia merasa seluruh tubuh terasa lemas tak bertenaga. Merasa kesemutan dan pegal-pegal. Bahkan bagian-bagian tertentu terasa kebas, terutama bagian sendi.
Tak jarang sendi-sendi terasa kaku mengeras sehingga susah ditekuk. Dalam kondisi seperti ini, memegang gelas kerap terasa sulit untuk dilakukannya. Bahkan ada kalanya ia harus merasakan kelumpuhan total. Sehingga membuka mata pun menjadi hal yang teramat sulit untuk dilakukan.
Menyadari tak ada obat yang mampu menyembuhkannya, Tika akhirnya memilih untuk berdamai dengan penyakit ini. Ia tak ingin menyesali kondisinya yang sulit dimengerti orang lain.
Tetap berkarya dan berusaha
Dan karena tidak ingin membuat orang lain terganggu dengan kondisi tubuhnya, ia memutuskan untuk keluar dari kerja kantoran dan menjadi freelancer.
Dengan menjadi seorang freelancer ia bisa menyesuaikan aktivitas dengan irama tubuhnya, di samping itu ia pun mulai menekuni bisnis kuliner, cake & cookies yang bebas gluten. Bisnis ini sesuai dengan basic keilmuannya di bidang analis gizi.
Bisnis ini sangat menyenangkan bagi Tika, karena selain bisa berkreasi untuk dikonsumsi sendiri, juga memiliki peluang yang baik untuk berkembang. Apalagi kesadaran masyarakat akan pentingnya kudapan yang sehat dan bebas gula serta terigu pun semakin meningkat.
Sedangkan untuk menjaga kondisi tubuhnya agar tidak mudah diserang autoimun, Tika menjalani pengobatan secara medis dengan berkonsultasi pada dokter-dokter spesialis (jantung, penyakit dalam, ginekolog, rhematologi) maupun pengobatan holistik, yaitu : pengobatan terpadu untuk menyeimbangkan antara fisik, mental, emosional dan spiritual.
Dengan menjalani pengobatan secara terpadu, menjalani pola hidup sehat dan meningkatkan kepekaan tubuh, wanita ini tetap bisa beraktivitas, baik di dalam maupun di luar rumah, seperti : travelling, serta melakukan berbagai aktivitas sosial di daerahnya.
Menjadi lebih dekat dengan Sang Pencipta
“Kehadiran penyakit, tidak untuk disesali. Melainkan untuk dijadikan sarana agar lebih bisa memanfaatkan waktu luang dan waktu sehat, serta lebih dekat pada Sang Pencipta,” tuturnya dengan penuh keyakinan kepada theAsianParent.
Parents, semoga kisah inspiratif ini bermanfaat untuk kita semua.