Teman curhat melulu di media sosial?
Kekuatan media sosial memang tak bisa dipungkiri lagi. Kini suatu pihak tak perlu bersusah payah membangun opini atau pandangan publik terhadap suatu hal atau produk, karena ia dapat melakukannya dengan lebih mudah dan hemat melalui media sosial.
Sayangnya, ada beberapa orang yang belum menyadari hal itu. Sehingga kian banyaknya pilihan jenis media sosial hanya dimanfaatkan tak lebih sekedar sarana untuk mencari teman curhat.
Memang tidak salah melampiaskan ganjalan di hati pada teman curhat di media sosial. Curahan hati yang ditulis dalam bentuk postingan, baik panjang atau pendek, cukup berperan dalam menumbuhkan kebiasaan orang untuk menulis, seperti menulis dalam buku harian.
Bedanya, buku harian bersifat personal dan tak seorang pun boleh membacanya kecuali atas izin pemiliknya. Sedangkan di media sosial, curahan hati kita dapat dibaca bukan hanya oleh teman curhat, namun juga oleh siapapun yang berada dalam lingkaran pertemanan kita. Jika tidak berhati-hati, bukan tidak mungkin kita tidak akan mendapatkan teman curhat yang setia dan malah disingkirkan dari pergaulan dunia maya.
Pada dasarnya manusia mudah bersimpati terhadap penderitaan sesamanya. Dan jika hubungan pertemanan di dunia nyata cukup erat, maka mereka tak akan keberatan ketika salah seorang teman curhat mengenai kegalauannya dan butuh untuk diperhatikan. Betul nggak?
Tapi jika yang terjadi kemudian adalah jika teman curhat terlalu sering dengan mengungkapkan kegalauannya dalam postingan jejaring sosial, maka mau tidak mau Anda sebagai teman dekatnya mulai kehilangan minat untuk menanggapinya.
Anda sudah pernah memberikan solusi bagi permasalahannya. Lalu mengapa ia terus menerus mengeluh? Hidup itu sudah berat, dan membaca keluhan teman di media sosial seperti turut memperberat hidup Anda.
Apakah ini saatnya Anda harus mengakhiri hubungan pertemanan? Tapi Anda merasa berat melakukannya demi mengingat hubungan pertemanan Anda dengannya di masa lalu. Jadi apa yang sebaiknya Anda lakukan?
Kami menyarankan beberapa hal berikut untuk menghadapi perilaku teman yang membuat Anda ikut-ikutan galau.
1. Canda
Senyum dan tawa adalah obat yang mujarab bagi hati yang sedang muram. Anda bisa menjawab atau mengomentari posting galau teman Anda dengan candaan Anda, atau mengirim kembali gambar-gambar lucu di timeline-nya. Lakukan ini setiap kali ia mengeluh sampai akhirnya ia lupa sedang ingin curhat dan malah mengakhiri status galaunya dengan tawa lebar.
2. Alihkan pembicaraan
Dia adalah sahabat dekat Anda semasa SMA dan Anda akan merasa sangat tidak enak kalau tidak menanggapi postingan sedihnya di Facebook. Tapi sahabat Anda hanya mengulang-ulang keluhan yang sama, dan Anda merasa bosan menanggapinya. Tak perlu memutus tali pertemanan, cukup alihkan perhatiannya dengan membicarakan hal lain yang berbeda 180 derajat dari topik tentang kesedihannya.
3. Ajak untuk bersosialisasi
Karena dia adalah sahabat terdekat Anda, maka seyogyanya Anda tahu apa saja hal-hal yang disukainya. Undang dia untuk mengikuti grup atau menjadi anggota fanpage penyanyi favoritnya. Masukkan ia ke dalam kelompok merajut, memasak, dll. mungkin akan membuka cakarawala baru bagi sahabat Anda, bahwa ia dapat belajar dan melakukan banyak hal selain mengeluh.
Dulu saya pun sering merasa kesal saat seorang teman selalu menulis posting yang isinya seakan-akan dialah makhluk paling malang di muka bumi ini. Ketika akan meng-unfollow dirinya, saya bertanya pada diri saya, dosa apakah yang pernah ia lakukan terhadap saya sehingga saya tak mau lagi berteman dengannya?
Ia mungkin sedang benar-benar ditimpa kemalangan, jadi mengapa saya begitu kejam terhadapnya? Mungkin ia hanya sedang sedih dan tak tahu harus berbuat apa. Sudah sepantasnya seorang teman baik seperti Anda membantunya menunjukkan jalan.